TEN(Almost Is Never Enough)

52 11 4
                                    

And we almost, we almost knew what love was. But, almost is never enough.
-Ariana Grande ft. Nathan Sykes. Almost is Never Enough.





MALAM ini bulan tampak sabit, otak ku kembali mengingat kejadian tadi saat Calum membawa ku pergi ke tempat yang tak kuduga. Ternyata, dia membawa ku ketempat yang jauh.

"Cal? Kita mau kemana ?" Tanyaku untuk yang kesekian kalinya. Dan hanya dibalas senyuman oleh Calum. Baik, kalau saja senyuman Calum tidak semanis ini mungkin aku sudah marah sejak tadi.

"Sudah, ku bilang nona cantik, kau akan melihatnya sendiri."

"Tapi, ini sudah dua setengah jam kita di perjalanan. Dan kita belum sampai. Aku merasa bosan."

"Tenanglah, lima belas menit lagi kita sampai, persiapkan dirimu, cantik,"
Katanya sambil mengedipkan sebelah matanya. Oh, tuhan aku sungguh ingin berteriak sekencang-kencangnya. Ups.

Diperjalanan ini lebih banyak pepohonan, perkebunan, aku tidak terlalu tahu ini dimana. Tapi, sungguh ini tempat yang indah. Sejuk, jauh dari perkotaan dan tenang. Calum memakirkan mobilnya disebuah rumah. Tidak terlalu besar, sederhana tapi kelihatannya nyaman.

"Disini, kita sudah sampai."

"Rumah siapa yang kau parkir,Cal? Aku tidak mau kalau nanti orangnya keluar dan mengejar kita lalu, dia menuntut untuk izin parkir darinya."

"Overthinking" Ia menggelengkan kepalanya, dan membuka pintu mobilnya dia juga membukakan pintu mobil untuk ku. Aku tersipu malu, jujur ini pertama kalinya aku diperlakukan seperti ini. Hanya Calum. Lalu, ia menggandeng tanganku dan membimbingku menuju suatu tempat.

"Close your eyes, Darcy." Perintah Calum. Tanpa banyak bertanya aku menutup mataku seperti yang ia perintahkan.

"Then, follow me." Ia merangkul ku, jantung ku kali ini berdetak lebih cepat dari biasanya. Jujur, aku sangat bingung dengan perlakuan Calum yang seperti ini.

Aku merasa ada bebatuan saat berjalan tadi, kata Calum kami sudah sampai. Lalu, ia pergi meninggalkan ku ia bilang ada sesuatu yang harus diambil di mobilnya. Aku masih menuruti perintah Calum untuk menutup mataku.

2 menit
3 menit
5 menit

Apa-apaan ini lama sekali Calum meninggalkan ku? Batinku ingin sekali membuka mata, tapi satu sisi juga aku tidak ingin mengecewakan Calum. Aku tunggu saja. Toh, mungkin ia sedang dalam perjalanan.

15 menit.

Oh, aku seperti orang bodoh. Aku menunggu seseorang sambil menutup mataku dan tidak melakukan apapun. Langsung kubuka mataku. Terlihat, aku sedang berada ditaman. Tapi, kali ini beda ini taman yang dulu aku dan Calum sering kunjungi. Tapi, mengapa tadi diperjalanan aku masih tidak tahu. Teringat aku dan Calum menaiki ayunan yang sekarang sudah berkarat, lalu mainan jungkat jungkit yang sudah usang. Aku memutar kepalaku merasakan adanya suara langkah kaki.

"Sudah ku bilang tutup matamu. Dasar nakal." Ternyata ia membawa ice cream dikedua tangannya persis seperti waktu dipantai.

"Kau lama sekali, makanya kubuka mataku."

"Bilang saja kau takut." Katanya sambil menjulurkan lidahnya.

"Terserah, tapi mengapa kau membawaku kesini Cal?"

"Sudah ku bilang ini surprise, haha lagipula aku hanya ingin mengenang masa kecil kita."

Sejenak jantung ku berdegup kencang saat ia mengatakan kata "kita" di dalam kalimatnya.

"Kau ingat? Kau pernah terjatuh dari ayunan itu lalu kau menangis, karena aku terlalu keras mendorong ayunan mu? Dan kau berakhir dengan dahimu yang lebam? Hahaha itu sangat lucu sekali,"

"Shut up! Kau juga saat bermain jungkat jungkit kau ketakutan saat aku mengangkatmu tinggi-tinggi. Lalu, kau menangis karena aku mengangkatmu tinggi da-"

"Kau menangis saat aku tidak sengaja merobek gambar-"

"Dan kau berakhir dengan membelikan ku ice cream."

Kami berdua sejenak terdiam. Dan melihat ice cream ditangan masing-masing.

"Sepertinya, kita terlalu banyak makan ice cream." Kata Calum.

"Hahahahahha" aku dan Calum tertawa menyadari sesuatu yang berakhir dengan kami akan bersama menghabiskan ice cream bersama.










Secara tidak sadar aku tersenyum sendiri sambil membayangkan kejadian tadi. Senyumku pudar dalam sekejap. Teringat Calum mengucapkan selamat tinggal saat dimobil setelah perjalanan tadi. Bukan sampai jumpa besok atau aku akan menjemputmu. Lalu mencium keningku lama. Hal ini bukanlah yang biasa. Senyuman yang aku yakini dipaksakan. Dan aku berharap ini bukan yang terakhir kalinya aku melihat dia. Atau senyuman yang menghangatkan itu.

WE (c.h)Where stories live. Discover now