Selamat membaca..
" Kak awa !! Ada Bi siti nih ". Teriak Dika dari luar rumah. Lebih tepatnya di kedai samping.
Aduh Dikka, kan bisa kerumah, ngapain coba teriak teriak, emang ini hutan apa. Astagfirullah.
Gerutu Najwa sambil merapikan jilbabnya yang kasak kusuk karna sedang memasak, berlalu kekedai.
Kedai itu tidak lah besar, namun terkesan minimalis dengan dekor luarnya yang berbau coklat.
Ya, ini kedai coklat. Namu bukan jualan coklat akan tetapi lebih tepatnya kedai ini tempat jualan kue kue yang khusus berbahan coklat.
Kedai ini bernama "Choco Fai".Dulu wanita tua itu yang menghendle semuanya, Tapi sekarang tanggung jawab itu terlempar begitu saja pada gadis muda berjilbab cukup lebar itu.
Pada awalnya, ia menyerah untuk mengelola kedai itu, namun orang sekeliling* slalu mensupport nya termasuk Dika.
Hingga akhirnya kedai itu tidak jadi ditutup, lagian jikalau di tutup
Mau dibiayai dengan apa coba adiknya dan kehidupannya .••••
"Hoii kak, gimana pendapatan kita untuk hari ini?".
Mencoba menghitung dengan nunjuk nunjuk uang yang dipegang Najwa.
"Kamu mau bantuin apa ngerecokin?".
Memukul tangan dika."Alhamdulillah untuk hari ini dik, kita bisa nabung untuk jaga-jaga". Tambah Njawa sambil merapikan uang yang sudah ia hitung.
Dika tersenyum."Kak dika kangen sama Umi Abi".
Berdiri dan berjalan masuk kamar nya.Najwa hanya bisa menatap pungung kecil itu.
Kasihan adikk awa, dia harus hidup tanpa kasih sayang di umurnya yang sensitif ini.
Batinnya terluka.
Hanya bendungan kristal bening yang bisa ia keluarkan untuk saat ini.Allah, kuatkan hati dan raga ini untuk menjalani takdir yang Engkau hadiahkan kepada keluarga ku .
Timpal Najwa diakhir doanya di sepertiga malam yang sunyi ini.••••
Brukk!! .. seperti biasa Najwa jatuh dari tempat tidurnya.
Sepertinya ini sebuah tradisi Najwa untuk bangun, untung saja itu tidak menghubungkan diriya dengan asmanya.Rutinitas pagi dilaksanakan seperti biasa. Walaupun tidak bersama ayah ibunya.
Bahkan menyiapkan bekal untuk adiknya.
" Kak udah siap belum ? Dika mau datang pagi nih kesekolah". Teriak dika dari pintu luar."Iya, sabar dong dik !" Balas Najwa sambil mengigit roti tanpa selai karena sibuk menyelai roti dika.
Dika pamit. Namun ia tak sadar kakakny pucat sekali. Ia hanya berlari kecil keluar rumah sambil tersenyum kearah Najwa.
Hanya senyum tipis yang bisa ia balas sebelum ia duduk lemas di pintu rumah.Sakit. Kini Najwa sedang dalam keadaan tidak memungkinkan untuk bersekolah. Bisa jadi karena kesibukannya akhir akhir ini. Tapi apa daya langkahnya tak kian berhenti begitu saja untuk menuju sekolah itu. Keras kepala.
⏩⏩
Up ☺
Apa yang akan terjadi pada Najwa??
Entahlah hanya penulis dan Allah yang tahu