Kembali "Dua"

3.9K 209 3
                                    

Sudah hampir setengah tiga. Ini pertanda Dikka sedang melakukan kebiasaan barunya.
Belajar mengaji irama bersama teman baru .
Ini Dikka lakukan setiap selesai jum'at sampai pukul 3.

Sembari menunggu Dikka pulang, Najwa menyiapkan pesanan pesanan yang dikirim hari ini.
Najwa menerima pesanan hanya pada pada hari jum'at dan membuka kedai pada hari sabtu dan minggu saja.
Walau hanya dihari itu, kedai cocofai tak pernah sepi. Semua menikmati kue - kue yang beraroma khas coklat tersbut, bagi pelanggan buatan Umi Najwa dan Najwa memiliki rasa unik yang berbeda, dan tentunya enak.
Najwa dikenal sebagai Cloning Uminya,karena kehebatannya dalam membuat kue.

*
" Dek bg mau nanya nih? "
Sembari menutup qur'an, artinya mengaji untuk hari ini sudah selesai.

"Tanya apa bg? Jangan susah susah yah, Dikka belum belajar nih." Cengingiran khas Dikka keluar.

"Ya elah Dikk, bg gk bakaln ngetes ujian MTK kamu yang dapet 5 itu kali"
Balas Kharim.

"Hussh bg! Entar kedengeran sama fans fans aku gimana, ntar mereka sangka artis ny bego" mencubit tangan besar Kharim.

"Kenyataan"
Mengacak ngacak rambut Dikka. Kharim tertawa renyah.Dia tak menyangka dia bisa berteman dengan anak ingusan seperti Dikka.

"Bg serius nih mau nanya"
Menghentikan tawa, dan mulai menampakan raut serius nya.
Kharim hanya mengangguk sambil merapikan kembali rambutnya.

"Kalau seandainya kakak kesanyangan mu berkata sesuatu yang menyakiti hatimu.Dengan menuduh mu melakukan sesuatu yang melukai hatinya.Apa yang akan kau lakukan terhadapnya?".

"Dikka langsung memeluk Kak Awa dan meminta maaf"

"Kenapa?"

"Tentu, Karena Dikka menyayangi nya. Dikka takut saat Dikka membalas kebencian Kak Najwa, malah akan menjauhkan kami. Dikka takut kehilangan untuk kedua kalinya."
Tatapan nya hanya lurus kedepan,Ada sedikit luka menganga dihati lelaki kecil disamping Kharim itu.

"Sekalipun sebenarnya kamu tidak melakukan kesalahan, dan kamu memaafkannya?"

"Bukan masalah siapa yang benar atau salah, memaafkan adalah kerendahan hati untuk menerima kenyataan yang terjadi. Bagaimana bisa kita tidak memaafkan manusia, padahal setiap detiknya Allah memaafkan hamba hambanya yang berbuat dosa karena taubatnya.
Dikka tak ingin jadi pendendam,Bunda gak mau melihat anaknya dilimuri kebencian. Walau Bunda udah gak disamping Dikka, Dikka selalu ingin menjaga nasihat bunda.
Semoga Allah slalu memberi keringan hati umtuk Dikka"
Dikka tersenyum. Dia terlihat dewasa.
Bahkan dirinya malu dengan sifatnya sendiri.

Kharim hanya terdiam untuk beberapa saat, memikirkan apa ia dengar dari Dikka. Ia pun teringat kembali perkataan dan ceramah Najwa.

Bismillahirrohmanirrohim
Hatinya yakin.

Kharim berdiri dan menatap Dikka, sembari mengajak Dikka untuk keluar mesjid. Bola mata coklat yang berkilau itu menampakan keyakinan.

"Makasih dek, Ini sangat membantu bg."
Tersenyum lalu memasang jaket motornya.

"Siip bg! hemm ,Jadi nih?"
Balas Dikka sambil naik keatas motor Kharim.

"Iya lah, ditraktir siapa sih yang gak mau ? "
Tak lupa senyum mautnya ia keluarkan, sehingga gadis gadis yang menatapnya dijalan lumer bak coklat di dalam penggorengan.

Bunyi khas motor pun meninggalkan Mesjid yang penuh kenangan.

*
"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikum salam, Dikka kamu lama ban.."
Najwa tekejut. Bagaimana bisa orang yang sedang berdiri didepannya itu bersama adiknya.
Kharim pun ikut-ikutan terkejut.

"Kamu"
Ucap mereka serentak.

"Hei hei ada apa nih? . Kalian saling kenal ."
Tanya Dikka dengan herannya.
Dia menggaruk kepalanya yang tak gatal. Jelas donk, dia kan anak yang bersih ^^

"Eh iya Dikk"
Jawab Kharim.
Najwa hanya terdiam untuk beberapa saat.

"Hooi kak malah bengong, ini nih bg Ghazi yang sering aku ceritain itu. Gantengkan"
Menyenggol lengan Najwa.
Sontak pipinya mulai merona.

"Eh i-ya , eh " jawab Najwa sekilas.
Bagaimana tidak terkejut laki laki didepan Najwa tersebut berpenampilan berbeda, mungkin sangat berbeda. Kharim memakai baju koko, dan tidak memakai anting, dan juga rambutnya yang rapi tidak berantakan seperti disekolah seperti biasa.
Kharim pun terkejut dengan jawaban langsung Najwa.

Ini kamu?. Ah yang benar. Kau tahu kau begitu tampan.
Ucap hati Najwa.

"Lah kok jadi keduanya bengong. Kak mending Dikka ajak ke Kedai ya bg Ghazi nya"
Ucap Dikka membuyarkan lamunan keduanya.
Lantas Najwa langsung memberikan kunci kedai dan menyuruh mereka segera pergi kekedai.Najwa segera masuk kerumah dan mengambil beberapa kue yang sudah ia siapkan sesuai pesanan adiknya tadi sebelum pergi jum'atan. Kata Dikka temennya akan main kesini.

Itu Najwa kan. Gak salah nih. Cantik.
Batin Kharim. Ia tak menyangka bahwa kakak Dikka adalah Najwa. Najwa Dwi Fairuz.
Dikka memang menceritakan tentang Najwa. Tapi itu sangat jauh dari kepribadian Najwa disekolah, suka bercandanya saja yang sama. Dimata Dikka Najwa adalah sosok kakak pengganti orang tuanya. Najwa adalah orang yang keibuan, bijaksana dalam mengambil keputusan, dan selalu membantu problem-problemnya. Pantas saja Kharim tak berpikir itu adalah Najwa .Terkadang Dikka sedih, karena ia sadar bahwa Kakaknya lebih menderita dari pada dia.
Berbeda dengan Najwa diskolah yang selalu tersnyum dan ceria, dan sifat kekanak kanakan khasnya. Tak tergambar sedikitpun wajah kesedihan.

"Kok diam diaman sih? Katanya teman sekelas"
Heran dikka melihat tingkah mereka berdua.
Dikka akhirnya duduk diantara mereka dimeja persegi kecil itu. Najwa dan Kharim duduk berhadapan. 

Mereka berdua hanya diam, sibuk dengan pikiran mereka masing masing.

"ehemm. Dikka ngerti sekarang,kalian berdua.."
Tatap Dikka dengan tatapan mengintimidasi.

"Enggak!" Jawab Najwa Karim serentak. Mereka lalu bertatapan.
Seketika Najwa segera menunduk.

"Tuh kan ciieeeee , ehem kak Najwa sama Bg Ghazi. Pipiw pipw." Ledek Dikka sambil bergaya menembak. 

Telfon pun berdering. Bukan telfon Dikka, melainkan telfon Kharim.

"Assalamu'alaikum kak,
Hemm..
iya gw pulang sekarang." Jawab Kharim lalu menutup telfonya.

"Dek bg harus pergi, ada perlu" memakai kembali jaket kulitnya.

" Bg ini juga belum dimakan. Main pergi aja."

"Iya bg buru buru, lain kali aja,
Dah, Assalamu'alaikum." berlari keluar.

"Tunggu Ghazi" ucap Najwa yang langsung lari kedalam rumah.
Kharim pun menghentikan langkahnya ke motor.

"Nih, hati -hati dijalan. Assalamu'alaikum"
Memberikan kotak kue berbungkus khas kedainya dan langsung pergi meninggalkan kharim.

"Eh fai.."
Balas Kharim,namun Najwa sudah masuk kedalam.
"Wa'alaikum salam"
Kharim tersnyum sebelum menghidupkan motornya dan berlalu pergi.

*
"Kak ngapain dibelakang pintu? Keluar aja kan bg Ghazinya udah pergi.Gak usah pakai acara gagap gagapan kali"
Ucap Dikka sedikit menggoda kakaknya.

" eh Dikka" Najwa cengengesan karena tertangkap basah oleh adiknya.

"Kakak berhutang penjelasan ke Dikka loh"
Ucap Dikka berlalu kedalam rumah, dengan tatapan curiganya. Ia berhasil membuat kakaknya berdiri mematung dipintu.

⏩⏩

Hem, cocok gk Kharim sama Najwa nih???

Kita liat aja kelanjutannya ya B-)

Dadah . ASSALAMU'ALAIKUM pembaca .

Kepingan Hatiku Tertinggal DisiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang