Kembali "Tiga"

3.7K 219 2
                                    

"Assalamu'alaikum kk"
Membuka pintu kamar pasien 059.

"Wa'alaikumslam, duduk disini Zi"
Menepuk sofa mempersilahkan kharim duduk.

"Kata dokter, Ayah sudah bisa pulang besok, hufff"
Merebahkan punggungnya kesofa.

"Hemm,.
kalo gitu biar gw yang siapin barang barang nya kk. Kak dzaki pulang aja sekarang,biar ayah gw yang nungguin"

"Kamu serius?" Tanya Dzaki sesikit terkejut.

"Ii-iya" jawab kharim sedikit menunduk.

"Ok siip, kakak percayakan ayah sama kamu"
Berdiri dan berlalu keluar ruangan.

Hening.
Kharim hanya duduk dikursi dekat tempat tidur ayahnya. Pak Anwar.

"Yah, maafin Ghazi selama ini udah sangat durhaka sama ayah.
Maaf karena membuat Ayah jadi seperti ini.
Jujur Ghazi rindu sama diri Ghazi yang dulu, Ghazi gak pengen lari lagi.
Ghazi gak pengen kehilangan orang yang Ghazi sayangin kedua kali nya."
Beberapa butir air itu akhirnya jatuh.
Ghazi menggenggam tangan sang ayah.

"Cepat sembuh ya Yah, Ghazi sayang ayah."
Mencium tangan Ayah nya.

Tiba-tiba satu tangan mengelus lembut kepala yang tertunduk itu.

"Maafkan perkataan ayah waktu itu. Ayah sadar ayah gak seharusnya melimpahkan kepedihan saat itu ke kamu".
"Ayah sangat sayang padamu, kamu  sama dengan Dzaki. Anak Ayah sampai kapan pun." Pak Anwar tersenyum.

Seketika tangis Ghazi semakin pecah.

Beberapa saat kemudian Ghazi sudah duduk tertidur berbantalkan tangan sang ayah.

"Ayah akan slalu disini nak, jangan  jauhi ayah lagi"
Masih mengelus lembut kepala Kharim.Setitik embun pun jatuh dari pelupuk mata sang ayah.

Trimakasih ya Rabb, tlah mengembalikan anakku.
Bati Ayah Kharim.

*

"Jadi mereka yang telah merubah Kharim. "
Tersenyum melihat Kedua orang yang sedang bercanda dihalaman depan.

Dzaki mematikan moge nya, dan menghampiri kedua orang itu.

"Ehemm Assalamu'alaikum."
Ucap Dzaki.

"Wa'alaikumsalam"
Serentak Dikka dan Najwa.
Mereka sedikit heran dengan Kedatangan Dzaki.

"Maaf, pasti kalian gak kenal saya ya.
Saya kakak nya Kharim"

"Haaa."
Mereka berdua terkejut.

Melihat keduanya terkejut sontak membuat bingung Dzaki.

"A em a" gagap Najwa.

"Ohh bg Dzaki !"
Teriak Dikka.

"Huss dek kok teriak sih"
Najwa menutup telinganya.

"Iya, kamu Dikka kan?"
Balas Dzaki dengan senyuman yang menghiasi wajah nya yang begitu cerah.

"Hemm, bg lebih baik ngobrolnya didalam aja"
Senyum Najwa sembari mempersilahkan Dzaki masuk.
Dzaki mengangguk.

*
Najwa membawakan minum untuk Dzaki dan juga adiknya.
Najwa duduk dengan masih menggenggam nampan.

"Bg Dzaki ganteng ya, benar kata bg Kharim."
Ucap Dikka membuka percakpan.

"Ah Dikka biasa saja, kamu malah lebih ganteng."
Balas Dzaki.

"Ah bg Dzaki, kalau Dikka memang selalu ganteng bg"
Balasnya sambil merapikan rambut.

Najwa hanya bisa tertawa kecil melihat kepedean adiknya ya bangkit lagi.

"Hemm, sebenarnya bg kesini. Mau ucapin terimakasih sama adek berdua.
Makasih udah merubah adik bg.
Dulu dia tidak seperti itu, bahkan bg sempat khawatir dia melupakan dirinya sendiri."
Raut ny yang bahagia mulai luntur diakhir kalimat yang ia lontarkan.

"Ghazi sekarang udah mau bicara lagi sama bg, dan juga sudah mulai mau pakai baju koko, bahagia banget bg lihat dia,kepergok lagi ngaji"
Tambah Dzaki yang mulai berkaca-kaca.

"Bg Dzaki, kami senang kok berteman dengan bg Kharim. Dia gak keliatan badung kok, cuman pas pertama ketemu aja sedikit bingung dengan penampilannya yang kayak preman."
Jawab Dikka dengan polos nya.
Najwa yang mendengar perkataan adiknya, langsung mencubit Dikka.

"Awww, sakit kak. Kak Najwa apaan sih"
Mengelus ngelus tangannya.

"Maaf bg, kadang Dikka mulutnya gak ke rem"
Biacara Najwa akhirnya sembari sedikit munundukkan badannya.

"Hahaha, gak papa kok, ehhem nama adek  siapa ?"

"Najwa Dwi Fairuz panggil aja Najwa bg"

"O iya, Najwa!! Ooh jadi ini gadis yang dia panggil pas ngigo tadi malam."

"Ehh? Maksudnya apa ya bg? "
Najwa sedikt bingung, dia menggaruk garuk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.

"Ih masa kak Najwa gk ngerti, itu bg Ghazi kayaknya mimpiin kakak"
Dikka terseyum lebar.

"Hahaha, iya benar dik. Kayaknya kita bakal jadi adik Kakak deh Dik."
Balas Dzaki sedikit menggoda Najwa.

Pipi Najwa mulai memerah.
Dia sedikit tersipu malu.

"Bg Dzaki ada- ada aja, o iy Awa penasaran seperti apa dulunya Kharim."
Senyum Najwa.

"Wah adik ipar bg, mau tau ya. Pas banget bg malah memang mau cerita."
Balas Dzaki kembali menggoda Najwa.
Pipinya pun semakin merona hebat.

Mereka bercengkrama layaknya adik kakak, termasuk Najwa yang terlihat sangat menikmati kedatangan Dzaki bagai memiliki seorang abg, sayang tidak mahrom.

"Yaudah bg pamit ya, terima kasih juga makanannya. Jadi irit makan malam nih"
Ucap Dzaki sembari berjalan ke moge nya.

"Iya bg, kapan kapan main kesini lagi ya, ajak bg Kharim sama Ayah bg ya"
Balas Dikka sambil melambaikan tanganya.

"Sipp"
Memberikan jempolnya.
Dzaki meghidupkan mesin.
Sebelum pergi mengendarai motornya.
" Najwa, yang tadi itu serius loh. Kharim manggil kamu pas tidur.
Bye.
Assalamualaikum"
Teriak Dzaki dan berlalu meninggalkan rumah kakak beradik itu.

"Kak jangan bengong dong, Dikka tau kak Najwa senang, tapi gak sampai menganga juga tu mulut"
Tawa Dikka pecah melihat ekspressi kakaknya yang lucu karena mendengar ucapan terkahir Dzaki.

Kesadaranya kembali. Najwa akhirnya menjitak kepala Dikka dan berlari masuk kedalam rumah.

"Kak Najwa!! "Teriak Dikka sambil mengejar kakak nya.

⏩⏩

Gimana Chapt ini ?? Jujur agak terharu ngelihat Kharim sama Ayahnya baikan :')

Terimakasih yang udah baca cerita ini sampai sekarang.
^^

ASSALAMU'ALAIKUM .

Kepingan Hatiku Tertinggal DisiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang