Surat Apa

3K 174 2
                                    

Waktu ujian tiba, semua siswa duduk dengan tenang mengisi jawaban demi jawaban yang mereka anggap benar.
Setiap siswa tentu mengharapkan nilai terbaik, agar orang tercintanya bahagia. Terutama orang itu.
Bagi Najwa kini, paman dan bibinya lah orang tua nya. Mereka yang bersusah payah membiayai sekolah dan segala keperluan. Walau tidak tinggal serumah, setiap ada kesempatan ia sempatkan untuk berkunjung dan membantu bibinya.
Bahkan sehari sebelum ujian.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam, siapa?"
Berjalan kearah pintu utama

"Eeh kak Awa, Cindy ada kak Awa nih."
Sedikit berteriak memanggil anaknya.
Najwa mencium lembut pipi Bibinya.

"Gimana kabarnya si Kecil Bi?"

"Tuh bocahnya, biasa Wa aktifnya tu bikin Bibi capek"
Memperhatikan Cindy yang berlari menuju Najwa.

"Halo princess, udah makan?"
Sambil menggendong Cindy.

"Udah tante awa, tante   jadi belikan indi pemen?"

"Hemm, tante gak yakin bawa, coba cindy sendiri yang cari dalam tas tante?"
Memberikan tasnya yang sengaja dibuka.

"Yaudah yuk kedalam, Bibi lagi masak ni Wa, jaga cindy yah"
Menuju dapur.

"Siip Bi,"
Mengajak cindy bermain di dalam.

____

"Bismillah,"
Najwa fokus menjawab soal soal yang tertera pada kertas dua lembar itu.
Hari ini adalah ujian untuk mata pelajaran Matematika dan biologi.
Dia mata pelajaran yang saling bertolak belakang dengan Najwa.
Mtk adalah pelajaran kesukaanya.
Sedang biologi adalah pelajaran yang ia sulit menghafal.

"Najwa bisa jawab, insyaallah"
Sebelum menjawab soal biologi entah mengapa, ia ingin menoleh kearah Kharim yang berada disampin ujung bangku, mereka berdua terletak saling ujung dibaris yang sama.
Tak disangka lelaki itu pun menoleh kearah Najwa.

Bodoh. Ngapain kamu wa. Cari malu aja.
Merutuki dirinya sendiri.

Najwa langsung menunduk kearah soal, seolah olah sedang membaca.

Bakalan kangen gua sama lu Fai, kacamata biru.
Batin Kharim.
Ia tersyum.

_______

"Dikka, kamu lihat kacamata kakak gak?"
Bertiak dari dalam kamar, ia rasa kacamata nya disekitar tempat tidurnya. Tapi tak ada.

"Di dalam laci meja rias kak,"
Teriak Dikka dari lantai bawah. Tepat nya diruang tamu.

"Iya didalam laci, kok bisa ya.
Perasaan gak megang laci deh tadi."
Berguman sendiri, sambil melekatkan kacamata.
Saat semua terlihat jelas, ada satu benda yang menjadi pusat perhatiaanya.

 Saat semua terlihat jelas, ada satu benda yang menjadi pusat perhatiaanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ini"
Memegang kotak musik yang terletak dimeja nya.

"Ah Dikka, kamu gak perlu beli ini, paka bunga segala lagi samping samping."
Menahan isakan tangisnya.

"Dikkka!!!"
Teriaknya lagi sambil menuruni tangga.

"Apaan sih kak , berisik banget deh. Dikka lagi belajar nih"
Sibuk dengan buku bukunya.

"Makasih yah."
Memeluk Dikka dari belakang.

"Hei hei, makasih buat apa kk?"
Tanya nya pura pura tidak tahu.

"Pandai sekali kamu, sampai meletakan kacamata kakak didalam laci, tau aja gak bisa liat."
Melepas pelukan sembari menjitak kepala dikka.

"Iya iya, maaf kk.
Gak papalah sekali sekali. Gimana suka gak"
Tanyanya penuh harap.

"Ini indah, Dik. Makasihnya adikku tersayang"
Memeluk dikka kembali.

"Iya sama sama kak. Sekarang lepasin kak, Dika gak bisa napas nih"

"Ya elah Dik, tp kamu dapet ini dari uang buat beli ini dari mana?"
Tiba-tiba tatapannya berubah menjadi tatapan intimidasi.

"Sebenarnya itu ada dari Bunda."

"Dik bercanda kamu gak lucu"

"Iya kak, Dikka dapet dari Bi Siti, katanya ini kado dari Bunda. Bunda memberikan surat ini kepada Bibi, sebelum kecelakaan itu terjadi."
Menyerahkan selembar surat berwarna biru langit.

"Benarkah ini. Bunda telah menyiapkan nya sejak lama."
Air mata itu pun tak bisa dibendung lagi. Ia mengalir.

"Bunda juga ngasih surat untuk Dikka, tapi kata Bibi surat itu harus dikasih pas Dikka ulang tahun."
Wajahnya menjadi masam.

"Ah entar juga kamu dapat kok Dikk, kan tinggal menghitung Bulan."
Memeluk Dikka kembali.
Ia bahagia, karna ada sesuatu yang bundanya tinggalkan sebelum pergi.

"Ya udah kakak kedalam yah, mau baca surat Bunda."

"Iya, ntar kasih tau yah apa isinya."

______

Teruntuk Anak Bunda.
Najwa.

Assalamualaikum.

Selamat ulang tahu anakku. Umur mu sekarang  15 yah, pasti sulit sekarang tanpa Bunda dan Abi. Maafkan kami. Firasat Bunda memang surat ini akan sampai padamu ketika Bunda tak ada. Kamu tau dunia bisnis itu kejam. Kita tak ada yang tahu akan terjadi sesuatu. Jaga dirimu baik-baik. Jaga Dikka. Bunda dan Abi bangga punya anak sepertimu. Tetap lindungi adikmu. Bunda menyimpan sesuatu yang penting untuk kehidupan kalian selanjutnya. Lihat  koper besar dikamar Bunda.

Bunda ingin kamu memberikan surat satunya lagi pada keluarga Bapak Amri. Berikan pada saat kamu sudah lulus SMa.  Dia sahabat Abi. Alamatnya ada pada surat itu. Itu penting untuk melindungimu. Bunda harap kamu bisa menerimanya. Ini semua Bunda lakukan demi kamu nak .

Tetaplah tersenyum dan bahagia.Satu hal lagi tetap curahkan segala hal pada Allah. Bunda dan Abi selalu dihatimu.

Kecup Sayang
Bunda Abi


Apa maksud surat ini  ? Apa ini yang buat Abi sama Bunda pergi..
Ya Allah Awa kangen Abi Bunda..

Memeluk surat itu, tetesan air mata itu kembali jatuh dan semakin terisak.

---------
Assalamu'alaikum

Hai hai apa kabar??
Semoga pembaca sehat yah.  Baik raga dan jiwa.

Tunggu kelanjutannya yaaa ^^

Kepingan Hatiku Tertinggal DisiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang