Sebuah Titik Awal

3.6K 212 0
                                    

" Assalamu'alaikum "
Kharim mengetuk pintu rumah itu.

" Iya, wa'alaikumslam. Sia.."
Jawab Najwa sedikit tecekat melihat Kharim berdiri didepan pintu dengan senyuman yang menggantung diwajahnya.

"Terkejut amat liat gw, emang gw hantu"

"Eh--
Gak,.. cari Dikka?. Bentar awa panggilin"
Najwa kikuk,ia melangkah masuk.
Namun tangan besar itu menahannya.

"Eh sorry"
Melepaskan genggamannya.
syok, melihat sikap  Kharim.
"Gw boleh masuk."

"Eh iya,eng- gak
Eh,..."
"Boleh kan???"
Berlalu masuk meninggalkan Najwa.

"Heeei !!" Pekik Najwa.
Dasar tidak sopan !!
Gerutunya dan masuk kedalam.

*
" Hai Dik, wah ngapain lu"
Sapanya sambil menepuk pundak Dikka.

"Eh bg Ghazi, kapan datang. Nih lagi bantuan kak Awa. Mau bikin kue"

" Wah, bg boleh bantu gak"
Balasnya antusias.

"Dikka, kan tamu kamu datang, lebih baik kamu ajak dia main. Biar kakak sendiri yang buat kue. Gak papa kok"
Ucap Najwa, mengisyaratkan untuk membawa keluar Kharim.
Jelas dia agak risih dengan lelaki itu. Bukan karna apa.
Degupan jantungnya tidak bisa berkompromi dengannya.

Dibelakang Najwa seseorang juga sedang mengisyaratkan untuk dia tetap disini.

"Heem ,kayaknya  malah bagus deh kak, kalau Bg Ghazi mau bantu. Lagian kan dia yang nawarin, gak baik loh kak nolak bantuan "
Dikka mulai memasang senyum pepsodennya. *ups
Dia berhasil membuat kakaknya cemberut. Kharim memasang senyum kemenangan.

Yess. Gw berhasil.
Batin Kharim bahagia.

*

" Yang harus kalian patuhi adalah jangan buat berantakan dapur ini okeh "
Tegas Najwa sambil berjalan didepan mereka dengan memegang sendok aduk. Dia seoerti sedang memberikan peringatan kepada para asistennya.
Dia sadar, bahwa akan ada hal yang berantakan terjadi.
Mereka bertiga memakai celemek.
2 lelaki itu sebenarnya enggan, tapi karna Najwa memaksa jadi mereka memakainya. Bisa juga Najwa jail *hahaha
Akhirnya acara buat kue dilakukan di toko kue nya. Najwa takut terjadi fitnah.

"Siap boss !" Jawab 2 lelaki itu serentak sambil hormat ke Najwa.
Najwa sedikit tertawa melihat tingkah mereka yang seperti anak anak.

Baru beberapa menit diperingatkan. Hal tersebut terjadi, Dikka yang asal asalan menuangkan tepung sampai tumpah. Kharim yang memecahkan telur sampai cangkangnya masuk.
Najwa hanya bisa menggeleng pusing.

Najwapun akhirnya membantu dua anak laki laki tersebut.
Sampai pada saat membuat adonan. Sebuah peristiwa hebat terjadi.Tepung yang dibawa Dikka tumpah. and actually ,Tepat mengenai wajah Kharim.

"Maaf bg, Dikka gak sengaja" sambil membersihkan wajah Kharim yang sudah putih .
Najwa tertawa.

"Gak pa pa kok dik" jawabnya santai.
Ternyata ada terigu digenngaman nya, yap kharim siap membalas.

" Tapi..."
Kharim memotong kalimatnya, dan melemparkan tepung tersebut  kewajah dika.

"Bg Kharimm! "
Teriak dikka yang berusaha mengejar Kharim yang kabur.

Perang tepung pun tak bisa dihindarkan.
Najwa pun  tak sengaja masuk kemedan pertempuran karena ulah sang adik.

"Eitz belum mahram, ehemm " ucap Dikka menggoda  kedua kakaknya itu.

Najwa dan Dikka hampir saling melempar  tepung. Tapi hampir baru.
And
" 1 2 ... 3  !!" ucap mereka bersamaan sambil mengeroyok Dikka.

Walau perang tepung terjadi. Kue tetap masuk keoven. Dengan bentuk yang sangat sangat aneh.

*
"Ehem"
Najwa menghampiri Kharim yang sedang duduk dihalaman depan. Dia membawa kaos.

"Buat gw."
Sambil menunjuk dirinya sendiri yang berlumuran tepung.

Najwa mengangguk.

Najwa telah mengganti baju nya dengan gamis berwarna hijau tosca.
Gamis sederhana,tapi Najwa terlihat anggun menggunakannya.

" Fai,  gw dengar dari Kak Dzaki. Dia cerita tentang gw "
Ucapnya, Najwa hanya bersandar di dinding dekat pintu luar, persis dibelakang bangku halaman depan.

"Iya, maaf"

"Kenapa minta maaf ?"

"Kar-na telah  ikut campur oleh masalahmu."
Jawabnya gugup

"Heem, sepertinya itu tidak buruk. Malah mungkin ini jalan yang telah diberika Allah untuk masalah gw.
Menurut lu,  apa yang sekarang harus gw lakukan?"

"Menurut awa. Jawaban itu ada dari hati mu.
Kamu gak harus memaksakan diri. Semua butuh proses. Temukan siapa dirimu. Awa hanya bisa berharap Ghazi menjalani yang terbaik.
Berterimakasih lah pada Allah yang maha bijaksana. Aku dan Dikka bukan apa apa dibandingkan denga izinNya."
Najwa menunduk dan terseyum dibarengi dengan Kharim yang menoleh kearahnya.
Kharim menlihat ketulusan di senyuman ini. Ia pun ikut tersenyum.

"Okeh liat gw semester baru"
berdiri dan menatap langit biru yang sedang mengintip percakapan mereka.
Najwa seketika menegakan kepalanya.

"Hem, mau awa tunjukin di mana kamar mandi nya"

"Eh iya,. Gw lupa"
Cengingiran.

Najwa menunjukan  arah kamar mandi, berhubung kamar mandi Dikka sedang ia pakai.

*
"Assalamu'alaikum "
Kharim masuk kedalam rumah.

"Ayah belum pulang bg."
Meletakan bungkusan dan melemparkan dirinya kesofa didepan tv.

"Belum. Dari mana lu"
Membuka bungkusan.

"Apaan nih, bentuk nya aneh banget"
Mengmbil satu kue.

"Jangan liat bentuk ya, rasanya dong" jawab Kharim santai.

" Enak Zi"
Jawabnya antusias

"Siapa dulu kokinya"

"Eh tunggu dulu, kak pernah ngerasain kue ini deh, pertama dirumah sakit, kedua di..."
Mencoba mengingat.

"Rumah Najwa."

"Ah itu. Ehhhh-- kamu ketempat dia ?"
Sontak Dzaki terkejut.

"Hehehe"
Kharim hanya bisa cengengesan.

"Ehem habis dari rumah siapa Ghazi, sampai sampai salam ayah gak kedengeran"
Suara baerat itu mengejutkan kakak beradik ini.

"Eh Ayah udah pulang"
Jawab Kharim sambil mencium punggung tangan sang ayah. Dzaki pun selanjutnya.

"Anak ayah lagi falling ... falling apa kak"
"Falling in love yah" jawab Dzaki dengan tawanya, karena melihat tingkah ayahnya yang sok jadi anak muda.

"Gak kok yah, habis dari rumah teman"
Jawabnya mencoba mengeles.

"Rumah temen apa calon istrii"
Balas Dzaki meledek Kharim.

"O ya, jadi kerumah gadis itu kak"
Gantian sang Ayah meledek Kharim.

"Au ah, ghazi mau mandi yah"
Kharim berdiri dan berjalan menuju tangga. Sebenarnya dia malu.

" Awas kepeleset gara gara inget sama Najwa"
Dzaki masih dengan tawanya yang tak bisa berhenti.

Baru saja diperingatkan. Kharim sedikit kepelesat naik tangga.

"Awwww!! " teriaknya.

"Tuh kan"
Kini tawa Dzaki dan Ayah yang menggema melihat tingkah Kharim.

⏩⏩

Assalamu'alaikum , maaf baru up ..

Lanjut nih???
Lanjutt dong.. ^ ^

Kepingan Hatiku Tertinggal DisiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang