Tamu

79 7 0
                                    

Kuhabiskan waktuku,duduk dengan wajah merengut. Belum apa-apa aku sudah dituduh akan mengacaukan segalanya. Menyebalkan sekali bukan? Belum lagi aku dibanding-bandingkan dengan cewek lain yang bernama Candace itu. Mempermainkan Ethan? Serendah itukah aku di mata Daddy sialan itu? Aku tidak mempermainkan Ethan, melainkan aku memanfaatkannya di atas persetujuannya. Bukan salahku kan? Aku hanya menerima tawarannya saja. Siapa yang tidak mau,ada seorang laki-laki yang bersedia begitu saja dijadikan sebagai pelampiasan?

Selain itu hal yang membuatku merengut adalah Ethan. Hello? Dia sepertinya lupa waktu ketika sudah bermain dengan teman-temannya. Sudah berapa lama aku menunggu? Memang sih tadi dia sudah menawariku untuk pulang, dan aku sendiri yang mau menonton dia sebentar. Tapi siapa sangka, menontonnya melakukan parkour begini malah membuatku semakin sulit mengendalikan diriku. Antara ingin melihat dan juga berusaha tidak melihatnya.

Ingin melihatnya karena percaya atau tidak, dia tampan sekali.. Aku tidak menyangka olahraga parkour ini begitu keren! Melompati balok-balok yang lumayan tinggi dan mendarat dengan berguling ataupun melangkahi berbagai macam rintangan hanya mengandalkan diri sendiri. Tentu saja itu membutuhkan kekuatan dan kelincahan. Mau tak mau akupun terkagum-kagum

Sedangkan aku juga berusaha tidak melihatnya, karena aku takut, semakin lama, hatiku akan semakin menyukainya..

***

Fiuhh akhirnya..
Setelah lama menunggu, akhirnya Ethan selesai juga.. dengan tersenyum ia berjalan mendekatiku. Aku masih dengan tampang merengut menyambutnya

"Sudah nunggu lama?" Tanyanya dengan tubuh basah bercucuran keringat

"Tentu saja! Aku sudah hampir berkarat disini!" Jawabku sedikit kesal

"Maaff.. maaaf.. jangan ngambek dongg.. Maafin yaaa" ucapnya sembari mencubit daguku

"Huhh.. Lakukan sesuatu agar aku memaafkanmu" jawabku lagi mengujinya. Hmm.. kira-kira apa yang akan dilakukannya ya?

"Aku peluk nihh supaya dimaafin?" Tanya nya sambil membentangkan tangannya

Aku perhatikan seluruh tubuhnya telah basah oleh keringat. Eeww dipeluk dengan keadaan seperti itu nggak banget

"Gak jadi deh.. Kamu bauu" ucapku sambil bercanda

"Apaa?? Kamu bilang aku bau?? Rasakan ini!"

Belum sempat aku melihat apa yang terjadi, dia sudah memelukku dengan tubuh yang basah seperti itu.

"Gyaaaa! Lepasin aku!" Ucapku sambil meronta-ronta

Kukira ia bakal melepaskan pelukannya, tapi ia malah semakin mempererat pelukannya sambil tertawa

"Ini nihh.. supaya kamu ikutan bauuuu!!" Ucapnya sambil tertawa

Aku terus meronta hingga akhirnya ia melepasku sambil tertawa-tawa

"Uukkh capekkk!" Ucapku sambil ngos-ngosan. Ini benar-benar membuang energiku

"Lagi yaa?" Ucapnya lagi sambil hendak memelukku lagi

"Gaak mauuu!! Ampunnn!" Ucapku dengan tertawa juga berusaha menghindarinya

"Heii.. hentikaan. Ini bukan tempat pacaran!" Suara sewot terdengar dari belakang kami

Ups. Pemilik suara jutek itu tentu saja Daddy, dengan muka tak kalah sewotnya

"Uuhh.. enaknya punya pacar ya.. bisa bermain-main seperti itu.. aku jadi iri~ Pacaran yok?" ucap Baldy sambil merangkul Big Body

"Ishh.. geli.. pergi sana!" Ucap Big Body sambil berusaha melepaskan tangan Baldy

Kami semua tertawa melihat mereka. Ternyata sedari tadi mereka sudah berkumpul dan menonton adegan peluk-pelukan kami. Malunya..

Dengan canggung aku menarik-narik kecil ujung baju Ethan, untuk minta pulang. Kurang nyaman atas semua tatapan cowok yang melihat kami. Terutama tatapan Daddy, yang paling tajam menatap kami berdua. Lebih tepatnya menatapku seakan aku ini seekor pengganggu

"Em? Mau pulang?" Tanya Ethan yang untung saja mengerti kodeku. Aku mengangguk dan kami segera pamit untuk meninggalkan gedung itu. Dan aku.. meninggalkan gedung itu tanpa sempat bertanya ini itu, tentang Leo..

***

Dalam perjalanan pulang, aku dan Ethan hanya berdiam-diaman saja. Aku melihat dia, berjalan dengan santai, dengan senyuman kecil tersungging di bibirnya, seakan ia sedang memikirkan hal-hal yang menyenangkan. Tidak seperti aku. Banyak sekali hal-hal yang mengganjal di hatiku. Dan tentu saja itu tidak menyenangkan. Mengenai Leo dan terutama Daddy.

"Hhh..." aku menghela nafas beratku

"Hmm? Ada apa? Kok dari tadi merengut aja sih? Ada masalah?" Tanya Ethan sambil menoleh padaku

"Mm..." aku ingin menceritakan tentang apa yang Daddy katakan. Tapi aku takut akan memperburuk keadaan. Haeh diam sajalah dan cobalah untuk melupakannya

"Tidak ada.." jawabku sambil mengangkat kedua bahuku

"Benarkah? Kamu tidak menyembunyikan sesuatu?" Tanyanya menyelidik

"Tidak ada apa-apa kok. Hehehe.. eh, teman-temanmu menyenangkan ya?" Ucapku mengalihkan topik pembicaraan

"Ahh.. yaa.. daripada teman, mereka itu lebih cocok dikatakan saudara. Aku beruntung memiliki mereka" jelasnya dengan wajah sumringah. Tampak sekali kalau ia benar-benar menyayangi teman-temannya itu. Benar yang dikatakannya. Dia beruntung memiliki teman yang saling menjaga. Bukan teman yang saling menusuk.

Mau tak mau aku merasa sedih teringat Meg dan Leo. Bersahabat lama tidak berarti persahabatan akan terjaga satu sama lain. Aku gagal mempertahankan persahabatanku. Padahal aku berusaha menjaga perasaan Meg, tapi malah ia menusuk perasaanku. Begitu juga dengan Leo, kukira ia akan menjadi sahabat sekaligus pacar terbaik. Tak disangka kedua sahabatku ini bersekongkol menikamku bersama-sama. Menikmati pemandangan betapa menderitanya aku dikhianati seperti ini.

"Hei.. kok kamu berwajah sedih seperti itu lagi?" Tanya Ethan mulai menggenggam tanganku.

"Aku tiba-tiba saja teringat mereka berdua." Jawabku tertunduk.

"Tidak perlu dipikirkan.. mereka yang rugi kehilangan sahabat sepertimu."

Aku terdiam saja. Bagaimana bisa tidak kupikirkan? Mengingat aku sangat menyayangi Meghan, dan sangat mencintai Leo

Kami berdua akhirnya terdiam saja. Hanya suara langkah kaki yang terdengar mengiringi perjalanan kami ke rumahku. Tapi tangan Ethan masih menggenggam tanganku erat. Tangan besar kokohnya itu terasa hangat dibawah sana. Sama hangatnya dengan tangan Leo. Tapi.. Samakah dia dengan Leo? Bila aku bersama dia, apakah akhirnya akan tetap sama juga? Benarkah ia mencintaiku? Jika kau benar-benar mencintaiku...Bantulah aku benar-benar melupakan Leo, agar aku bisa mencintaimu

Tiba-tiba ia menghentikan langkahnya. Eh? Tidak mungkinkan dia mendengar isi hatiku? Aku pun menoleh padanya. "Ada apa? Kok tiba-tiba berhenti?"
Kulihat ia menatap lurus dengan rahang mengeras. Akupun ikut menoleh ke arah yang dilihatnya

Deg

Leo!

Sedang bersandar di depan rumahku






























***

































To be continued

Who Told Me To Try Them AllTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang