Cerita

86 6 0
                                    

"Ada apa?" Tanyanya bingung menatapku

Dan aku sedang berusaha menghapus semua imajinasi yang terus mengambang di kepalaku. Sial! Ini semua karena ciuman tadi siang

"A.. apa ini karena sepatuku kotor? Maaf ya.." katanya berusaha memasukkan sepatunya ke rak sepatu

Bukan karena sepatu kotormu! Ini semua karena pikiran kotorku...

"Ahaha.. itu tidak masalah kok, kamu masuk saja ya.." ucapku mendahului dia ke ruang tamuku. Setelah duduk di sofa, aku berusaha mengendalikan nafasku yang tidak teratur. Aku benar-benar berdebar! Pikiranku terus melayang kepada adegan kami tadi siang. Hentikan itu Annaa! Padahal belum tentu Ethan berpikiran sama kotornya denganku. Aku yang terlalu banyak menghayal. Fuaah!!

"Yoo.. kenapa kamu begitu tegang?"
Bisiknya yang membuatku hampir melompat dari dudukku. Astaga! Dia berbisik tepat di telingaku, sehingga suaranya terdengar begitu berat dan dekat! Dan juga, bagaimana dia tahu aku sedang begitu tegang, padahal aku sudah sangat berusaha menahan diriku untuk tetap terlihat santai

"Ka..kamu haus kan? Ma..mau minum apa?" Tanyaku tanpa menatapnya

"Mm.. terserah saja.. yang penting tidak merepotkan kamu" jawabnya

"Okee" akupun segera menuju ke dapur dan membuatkan minuman untuknya. Ethan kelihatannya tidak berpikiran macam-macam. Hanya aku saja yang berpikiran aneh-aneh sedari tadi. Malunya.. apa-apaan sih, seharusnya aku bersikap tenang saja

Setelah selesai, aku kembali menuju ruang tamu dan mendapati Ethan sedang senyum-senyum sendiri. Eh? Apa yang membuat dia tersenyum seperti itu?

"Kamu kenapa Than? Kok senyum-senyum begitu?" Tanyaku sambil meletakkan dua minuman di meja ruang tamuku

"Ini nihh.. kamu imut deh" ucapnya sambil menunjukkan album foto, tepatnya menunjuk satu foto yang benar-benar nggak banget deh. Fotoku waktu masih bayi dengan tubuh telanjang, sambil tersenyum lebar. Erghh.. meski di foto itu aku masih kecil, tapi tetap saja ada rasa risih ketika seorang cowok menatap tubuh polos kita.

"Nggak usah dilihat dong, malu tau.." ucapku berusaha membalik album tersebut, melangkahi beberapa foto. Beberapa foto terlewati dan, tap kami berhenti di sebuah foto. Foto kami bertiga, aku,Meg dan Leo

Kami kelihatan sangat gembira disana. Aku berada di tengah mengacungkan jari peace ku, Meg dan Leo merangkul kedua bahuku, dengan senyum yang tak kalah lebar. Di foto-foto selanjutnya, ekspresi yang kami tunjukkan juga sama, bahagia. Itulah satu kata yang mampu menyimpulkan. Foto kami bertiga sedang makan kue, bermain masak-masakan dimana Leo sebagai pelanggan dan kami berdua sebagai pelayan, Leo menangis ketika kami melukis wajahnya dengan spidol, dan banyak lagi foto-foto yang diabadikan di album itu.

Dan, foto terakhir yang ada di album itu adalah foto kami bertiga yang telah beranjak remaja. Leo berada di tengah sambil merangkul kami berdua. Meg dan aku tertawa begitu lebar sampai mata kami nyaris segaris. Bahkan di bagian bawah foto tertulis
"My Best Friends Forever and Ever"

Akukah yang menulis itu? Indah sekali ya persahabatan kami dulu, bahkan tak ada yang bakalan menyangka kami bakal berpisah seperti ini

Cinta yang merusak segalanya

Kenapa aku harus mencintai Leo?
Kenapa Meg harus mencintai Leo?
Dan kenapa Leo harus mencintai kami berdua?

Rasanya pedih sekali melihat segala kehancuran itu disebabkan ego kami masing-masing.

Seharusnya aku mengalah.. Tapi aku tak rela. Kalau begitu, seharusnya Meg yang mengalah! Tapi itu terdengar sangat tidak adil baginya. Hubungan kami sudah sangat serba salah. Harusnya kulupakan saja mereka berdua. Terdengar mudah tapi sulit terlaksana, mengingat persahabatan kami sudah lama terjalin

Who Told Me To Try Them AllTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang