Janji

94 4 0
                                    

"Kita pacaran beneran ya?"

*

Untuk saat ini, kata pacaran adalah kata yang paling kutakuti. Terutama jika terucap dari Ethan.

Bukannya aku tidak menyukainya, malahan, aku telah jatuh cinta padanya. Bahkan kemarin siang adalah siang yang paling indah seumur hidupku.

Alasan yang membuatku sulit untuk menjawab pertanyaannya tadi adalah... yahh kalian semua pasti tahu. Tidak perlu bohong deh, aku belum bisa melupakan Leo.

Jika aku menerimanya, itu sama saja menyimpan sebuah kebohongan besar untuk Ethan

Alhasil, aku tidak menerima ataupun menolak ajakan pacaran itu. Aku cuma terdiam menggantung pertanyaannya itu. Melihat gelagatku yang bingung, Ethan malah menenangkanku sambil tersenyum manis, "Tidak apa-apa kalau kamu belum bisa menerimaku. Selama kamu disampingku, aku sudah menganggap kamu itu pacarku"

Sial. Ucapannya malah membuatku semakin merasa bersalah. Karena semuanya serba salah! Menerima ataupun menolaknya, sama dengan menyakitinya.

Kecuali aku benar-benar melupakan Leo. Hal yang bisa kulakukan saat ini adalah berdoa.

Semoga Leo tidak akan pernah muncul lagi dihadapanku, agar aku tidak kembali mencintainya, dan semoga Ethan menjadi pemilik hatiku seutuhnya

*

Setelah ciuman pertamaku waktu itu, kuputuskan untuk menghabiskan lebih banyak waktu bersama Ethan. Seperti makan bersama, jalan-jalan bersama dan aku menemaninya latihan. Karena aku percaya jika kita lebih sering menghabiskan waktu dengan seseorang, hubungan itu akan semakin erat bukan?

Seperti inilah aku saat ini, karena pertandingan parkour antar geng sebentar lagi akan dilaksanakan, Ethan dan teman-temannya semakin keras latihan. Aku menemaninya latihan, sekaligus mendekatkan diri dengan teman-temannya. Dan untungnya aku bisa akrab dengan mereka semua. Kecuali Daddy, tentu saja. Ia masih begitu jutek, ketus dan emosian terhadapku. Parahnya ia bersikap begitu hanya khusus kepadaku. Jika ia berhadapan dengan teman-temannya, ia akan bersikap sangat ramah. Kontras sekali denganku. Kurang ajar

Ia pernah mengusirku ketika aku menemani Ethan latihan parkour di gedung kosong ini. Alasannya, dia takut aku akan menjadi penghalang keberhasilan mereka dalam pertandingan parkour. Padahal toh aku cuma duduk manis menontonnya saja. Tanpa ribut, tanpa protes dan tidak mengganggu sedikitpun. Entahlah, aku merasa Daddy sangat sentimen terhadapku. Untung saja, aku langsung dibela Ethan dan teman-temannya yang lain. Helloo.. Tentu saja aku patut dibela! Waktuku telah lama kuhabiskan disini, duduk berjam-jam sampai bosan seperti yang kulakukan saat ini.

Dan sepertinya Ethan menyadari aku bosan. Aku mendapati ia melirikku berkali-kali. Ups. Dia menghentikan latihannya. Ia mulai berjalan menghampiriku. Langsung saja jantungku bereaksi keras melihatnya mulai mendekatiku. Astagaa... Dia tampan sekali dengan rambut basah penuh keringat seperti itu.. Dan tanpa diduga..cup, ia mencium bibirku pelan

"Kamu bosan ya? Maaf ya.. Mau pulang?" Tanyanya sambil tersenyum dan duduk di sebelahku
Aku masih berusaha mengatur debaran jantungku. Semoga ia tidak mendengar debaran keras itu.
"Ahaha.. Tidak apa-apa, kamu lanjut latihan saja"
"Kalau kamu lelah, aku antar kamu pulang saja.." Ucapnya sambil mengacak-ngacak rambutku
"Tidak masalah kok, aku juga ingin bersantai disini.. Kamu kembali latihan saja.."
"Emm... Kami sebentar lagi akan selesai sih, tunggu sebentar ya?"
"Yap" ucapku sambil tersenyum padanya, menunggu ia beranjak pergi. Tapi, ia malah tetap duduk sambil terus menatapku lembut. Tanpa diperintah, wajahku jadi semakin memanas saja. Sejak kapan aku merasa senang ditatap lama olehnya..

Ia menarik daguku pelan, tersenyum sebentar kemudian memejamkan matanya dengan wajah yang sedikit dimiringkan. Akupun memejamkan mataku, siap menyambut kecupan bibir lembutnya itu...

"Hoi! Disini bukan tempat pacaran!!" Teriak seseorang yang sudah kuhapal suaranya. Daddy sialan. Kubuka lagi mataku dan mendapati semua orang ternyata tengah melihat kami dengan tersenyum-senyum mesum. Sialan. Seperti anak kecil kepergok mencuri permen, aku merasa sangat malu.

"Uhhh.. Sweeet bangett dehhh.. Aku mau dong diciummmm" ucap Seaweed
"Aduhh.. Anna beruntung sekali dehh.. Aku iriii..." Ucap Baldy
"Aku beneran ingin punya pacar deh... Ethan, kita pacaran yokk" ucap Big Body diikuti oleh tawa semua orang. Kecuali Daddy tentu saja.

"Ahh.. Kalian semua mengganggu saja! Dasaaarr!" Ucap Ethan tertawa sambil beranjak berdiri. Kemudian ia menatapku "Tunggu sebentar ya.. Aku urusi bocah tengik ini" ucapnya sambil nyenyir menampilkan gigi taring mungilnya. Aku pun tertawa, dan kemudian aku terpana melihatnya menggerakkan bibirnya tanpa suara. Siapapun pasti mengerti apa yang dia bisikkan itu. "I love you"

Ia pun berbalik pergi dan memiting Baldy sambil tertawa-tawa. Sementara aku duduk sendiri ditemani debaran jantungku yang tidak karuan ini.

***

"Melamunin apa sih?" Tanya Ethan tiba-tiba sambil duduk disebelahku. "Itu.." Ucapku sambil menunjuk dengan ujung daguku. Tampak dari atas gedung kosong ini. Matahari bersinar keemasan akan segera terbenam. Benar-benar pemandangan yang indah sekali.

Aku menyadari ternyata tinggal kami berdua di atas gedung ini. Teman-teman lainnya langsung pulang setelah latihan.

Tiba-tiba bahuku terasa berat sebelah. Akupun melirik ke samping, tampak Ethan sedang menyandarkan kepalanya di atas bahu kananku dengan mata terpejam. Badannya naik turun teratur. Ia sedang mengatur nafasnya perlahan, dengan semua keringat membasahi hampir seluruh tubuhnya.

Apakah ia kecapekan setelah latihan beratnya selama ini?

"Hei, kenapa kalian berlatih sangat keras untuk pertandingan yang bahkan tidak resmi ini?" Tanyaku penasaran

Iya menarik kepalanya dari sandaran bahuku."Emm.. Kenapa ya? Enak saja sih jika kita bisa menang dari musuh.." Ucapnya santai
"Musuh? Kalian bertanding dengan musuh??" Tanyaku sedikit kaget
"Ya, tentu saja dengan musuh, makanya kami benar-benar ingin menang dari mereka.."
"Taa..tapi, musuh itu identik dengan orang jahat. Seperti yang di TV-TV, penjahat akan melakukan segala hal kotor untuk menang. Bukankah begitu? Tanyaku khawatir

"Sebenarnya, bukan musuhku sih, tapi musuh Daddy. Tapi, seperti yang kamu tahu, musuh Daddy, adalah musuh kami semua. Daddy meminta kami untuk melawan mereka, ya kami lakukan saja.."

"Tunggu dulu.. Daddy yang meminta kalian untuk melakukan ini semua??" Tanyaku panas
"Mm.. Iya sih"
"Apa-apaan dia? Apa haknya mengatur-ngatur kalian seenak jidatnya itu?" Tanyaku kesal. Sudah dia bersikap jutek padaku, dia juga menyuruh-nyuruh Ethan dan teman-teman lain untuk menuruti kemauannya. Emangnya dia siapa?!!
"Kami sih tidak keberatan, lagi pula parkour juga olahraga, dengan berlatih, kami akan sehat juga kan? Jadi, membantu Daddy melawan musuhnya, bukan masalah untuk kami." Jawabnya
Aku masih tidak mengerti "Kenapa sih kamu mau terima begitu saja? Kan bisa saja kamu menolaknya?"
"Emm..yaa...-" Ethan tampak mengerutkan dahinya seperti sedang mencari kata-kata yang tepat "-..anggap saja aku sedang membalas hutang budi.."
"Hutang budi? Budi apa?"
"Budi masa lalu.. " ucapnya
"Boleh aku tahu?" Tanyaku menatapnya
"Tentu..." Ucapnya sambil tersenyum

Kemudian Ethan bercerita panjang sebuah cerita yang benar-benar sangat mencengangkanku. Betapa gelapnya diri Ethan yang dulu. Dan aku sangat bersyukur saat ini, ia dapat kembali ke jalan yang lebih baik

Setelah itu, tak kusangka aku telah mengiyakan sebuah janji yang akan kusesali nantinya. Karena aku sendiri tahu, sampai kapanpun aku tak akan bisa menepatinya


























***



























To be continued

Who Told Me To Try Them AllTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang