Kebahagian Kecil

155 12 2
                                    

Kevala sedang duduk didepan teras rumahnya, dia sedang menunggu teman - temannya datang untuk menjemputnya. Mereka janjian untuk pergi kesalah satu icon di kota Bau - Bau ini, yaitu Wantiro.

Wantiro seperti dengan pantai kamali, dia hanya buka pada malam hari bedanya wantiro hanya ada stand penjual goreng yang berjejer dan pantai kamali ibaratkan seperti pasar malam jika diJakarta.

Suara ban yang berdecit dengan jalan membuat Kevala lantas mendongkak kan kepala kearah depan, ternyata teman - temannya baru saja tiba lantas ia segera menaiki motor temannya yang tidak diboncengnya dan ia pikir mungkin itu dia. Mereka melaju dijalanan yang masih saja ramai, lampu - lampu dipinggir jalan yang menemani perjalanan mereka karna tempat yang mereka ingin datangi berada diatas bukit, jadi mereka harus berhati - hati karna sepanjang jalan jurang yang ada dipinggir pembatas semakin tinggi dengan pohon - pohon besar.

Beberapa menit berlalu mereka tiba di Wantiro, mereka memilih stand yang tidak terlalu ramai pengunjung, mereka duduk dan segera memesan gorengan yang merupakan menu utama disetiap stand dan minum yang dijual semua hangat salah satu yang terkenal adalah Saraba, minuman yang terbuat dari jahe ditambah susu memang pas diminum saat udara dingin, apalagi malam.

Penjual itu mengantarkan tiga piring gorengan, empat gelas saraba dan empat gelas susu coklat hangat. Mereka melahapnya sembari bercengkrama, menanyai hal ini - itu, Kevala ingin melihat laut dibelakang mereka ia bersandaran dipembatas tiang dan melihat rumah - rumah yang berjejer dibawah sana ditambah lautan yang terbentang luas.

Ia menarik nafas panjang menghirup udara malam yang dingin lalu membuangnya secara perlahan, ia membalik-kan badannya dan betapa kagetnya saat didepannya sudah ada orang yang sangat amat ia hindari saat ia mengetahu keberadaannya petang lalu, kevala hendak pergi ketempat teman - temannya tadi duduk tapi Fabian langsung memegang tangannya.

Kevala melihat Fabian malas, "Ada apa.?"

"Aku, aku hanya ingin menyapamu tadinya kufikir itu bukan kamu" Fabian tersenyum melihat Kevala berada didepannya yang hanya menggunakan kaos lengan panjang dan blue jeans yang selalu ia pakai dulu.

"Lalu perlu apa lagi?" Kalimat yang kevala lontarkan membuat Fabian melepaskan cekalan tangannya, dan menatap Kevala seduh.

"Aku hanya ingin meminta maaf soal waktu itu."

Kevala mengela nafasnya dan menatap Fabian, "Tak apa, gue udah lupain masalah itu jadi lo gak usah merasa bersalah."

"Dan lagi mana kak Nana?" Tanya Kevala

"Nana ada dirumah pamannya, katanya ia malas keluar malam ini."

"Anyways, kau tampak berubah La" Ujar Fabian sembari merapatkan jaket miliknya.

"Everything has changed" Tukas Kevala dan langsung meninggalkan Fabian tapi sebelumnya dia langsung menengok kearah Fabian dan berucap, "Jangan ungkit masalah dulu lagi aku cukup bahagia dengan kehidupanku sekarang, selamat tinggal."

Kevala langsung meninggalkan Fabian yang masih melihat punggung Kevala yang menjauh dan berkata, "Ya kau cukup bahagia sekarang dan sakarang waktunya aku mundur dan melangkah ke depan."

***

Kevala sedang meminum air yang baru saja ia beli diwarung sebrang sana. Ia menutup botol air mineralnya dan menaruh disamping pahanya, ia kembali melirik patra yang masih membaca buku braille miliknya.

"Tra, tau gak semalem itu gue ke wantiro loh!"

Orang yang dipanggil pun menutup buku yang sedari tadi dibaca dan beralih ke Kevala yang sepertinya ingin bercerita kepadanya.

"Di Wantiro seru banget ya! Gue cobain saraba sama gorengan disana. Gilaaa... sumpah bener - bener enak!"

Kevala bercerita sangat mengebu - ngebu membuat Patra melengkungkan bibirnya keatas. Patra suka saat Kevala menceritakan keseharian gadis itu, entah lah tapi yang ia pikir gadis yangbsekarang ini sedang bercerita sangat energic.

"Ya saraba memang terkenal disini." Jawab patra meyakinkan kalau makanan yang dijual diWantiro sangat enak.

Kevala pun ikut tersenyum meyakinkan jawaban Patra dan kemudia ia kembali meminum air mineral yang berada disampingnya hingga tandas. Rasanya sangat panas setiap berdekatan dengan Patra bahkan akhir - akhir ini jantungnya selalu berdetak tak menentu dan pipinya selalu merona setiap melihat wajah keseriusan Patra saat pemuda itu sedang membaca buku braillenya dari jarak kurang lebih empat puluh centi dari jarak mereka duduk.

Kevala membuang mukanya kearah lain dan kembali tersenyum. Bahkan lebih lebar dari sebelumnya.

***

Maaf karna gue jarang update karna hp gue masuk rumah sakit. Apalah daya gue yang selalu update di android selain itu sih sebenarnya gue sedikit kecewa ternyata cerita gue gak ada yang baca hehe. Kecewa sih tapi ya emang mungkin gue blom layak untuk nulis cerita. It's okey. Dan lagi sebenarnya gu udah nulis 3 part dan gue tulis diDraft tapi gara-gara tuh hp rusak wasalam lah sama draft itu huaa gue sakitt hati tau! ...

- 30 desember 2015 -

Asmara NusantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang