Setelah mendapatkan telepon dari Niko, Patra berlari keluar dari kamar hotelnya. Tak dipedulikan teriakan serta makian yang diarahkan keapadanya, saat dia menabrak laki-laki berbadan gempal.
Patra hanya menoleh sekilas serta mengucapkan maaf dan kembali berlari menuju Rumah sakit yang berjarak beberapa meter dari hotel tempatnya menginap.
Saat tiba didalam rumah sakit khusus rawat inap, Patra menuju lift. Tapi lift yang ditunggunya tak kunjung terbuka bahkan masih berada dilantai paling atas gedung rumah sakit.
Tanpa menunggu lama, kemudian dia kembali berlari lewat tangga darurat hingga lantai tiga. Kamar Kevala berada paling pojok dilantai tersebut.
Tak dihiraukan nafas yang sudah terputus-putus serta keringat yang bercucuran. Saat laki-laki itu melihat keluarga Kevala yang diam mematung sambil terus menatap kearah kamar Kevala yang sudah ada dokter yang menangani nya.
Bahkan mamanya Kevala tampak bergetar didalam dekapan suaminya yang tadi pagi baru tiba dari Pekanbaru karna pekerjaannya yang sering mengelilingi Indonesia bahkan mancanegara.
Papanya Kevala sudah berkali-kali menenangkan istrinya yang tak kunjung berhenti menangis. Patra mendekati keluarga Kevala dengan mata yang memperhatikan jelas kedalam kamar gadis itu.
Seorang suster mencoba mengelap keringat yang bercucuran dari dahi dokter yang sedang menekan dada Kevala menggunakan CPR berulang kali, sehingga badan kevala terangkat dan kembali terhempas dibangkar miliknya.
Semua orang tampak tegang. Niko merangkul adiknya -Nana- kedalam rengkulan cowo itu. Nana menggigit kuku ibu jarinya gemetar. Nana mencoba menghilangkan rasa takutnya tapi tidak berhasil karna sekarang air mata yang menampung di kelopak matanya akhirnya terjatuh, membasahi kedua pipi yang selalu memerah itu.
Suara high heels yang beradu dengan lantai diikuti sepatu hitam mengkilat dari belakang membuat Patra menoleh. Pengantin baru itu baru tiba setelah dihubungi oleh Niko.
Naura mendekatkan dirinya ke kedua adik kembarnya. Mengelus rambut Nana. Bahkan sekarang Naura seperti ingin menangis juga melihat Kevala yang sedang ditangani oleh dokter dan suster-suster didalam.
Lengan besar Dika segera melingkupi seluruh jemari Naura yang dingin serta kaku, tak dapat digerakan. Membisikan kata-kata yang menenangkan agar Naura tak menangis histeris.
Semua orang terpukul, kesedihan mengelimuti orang-orang yang ada disini. Udara yang dingin membuat semua seperti mati rasa. Tak ada suara hanya isak tangis yang melongos keluar dari para wanita yang sedang berada direngkulan orang tersayang.
Hanya Patra yang diam, masih tetap memperhatikan kamar Kevala, sedangkan badannya disenderkan kedinding yang dingin.
Air muka yang sangat kaku ditunjukan oleh Patra. Sudah hampir satu jam setelah ia menerima kabar detak jantung Kevala yang melemah, Dokter yang menangani didalam sana tak kunjung keluar. Membuat semua panik dan takut saat dokter itu keluar akan memberikan kabar yang buruk untuk mereka.
Pintu terbuka dan keluarnya dokter serta dua suster dari belakang dokter tersebut. Papa dan mama Kevala segera menghampiri dokter muda yang sangat cantik itu dengan tatapan was-was.
Dokter cantik itu lantas tersenyum kearah orang tua serta semua yang ada disana. Dokter itu melihat kearah dalam kamar Kevala, senyum tak hilang dari wajah lembutnya.
"Dia kembali."
Hanya itu yang diucapkan sang Dokter setelah itu berlalu pergi bersama kedua suster yang ada dibelakangnya.
Mendengar itu semua orang tergagap, terlebih Mama Kevala yang sudah lebih dulu masuk kedalam kamar anaknya.
"Ayo Tra masuk, malah diam disitu!" Teriak Niko saat melihat patra yang mulutnya sedikit terbuka setelah sang dokter mengatakan bahwa 'Dia kembali'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmara Nusantara
Fiksi RemajaAmazing cover by @snow-flurries ♡♡ Gadis ibukota yang pindah ke daerah Sulawesi Tenggara disana ia bertemu pemuda tunanetra yang mempunyai semangat hidup tinggi. Tanpa ia sadari ia telah jatuh kedalam pesona seorang Patra yang notaben baru saja ia...