Dari layar laptop Kevala melihat raut wajah Patra yang berbinar senang. Wajah cowo itu sangat bahagia karena sesuatu yang belum dia katakan ke Kevala.
"Hmm.." Patra berdehem kencang dengan sesekali tertawa.
Melihatnya seperti tadi membuat Kevala mengulum senyuman dibibirnya. Hanya melihat Patra dari layar selama bertahun-tahun itu sudah cukup, setidaknya beberapa saat.
Karena, kadang kala Kevala sangat merindukan Patra. Berharap dia akan muncul didepan pintu rumahnya dan membawa bunga saat seperti dia menyatakan perasaannya saat siang hari.
Itu sangat mengejutkan, tapi entah kenapa juga sangat menggagumkan.
Kevala menatap Patra jengah. Cowo itu sama sekali tidak merubah ekspresi wajahnya, wajah dengan senyum konyol itu sangat menyebalkan kalau dilakukan oleh seorang Patra.
"Udah siapin air buat minum belum? Takut kamu kaget dan gak fokus? Sapa tahu butuh aqua,"
Kevala menatapnya lagi, dengan tatapan kesal. " jangan bercanda terus deh Tra".
Patra nyengir dan suara kecil itu terdengar. "Ambil minum dulu gih," suruhnya lagi dan mau tak mau membuat kevala mendorong kursi rodanya kebelakang.
Melihat itu Patra tersenyum misterius.
Kevala membawa segelas air putih ditangan kirinya sedangkan tangan kanannya dia gunakan untuk mendorong kursi rodanya. Dia sangat kesulitan saat ini ditambah tiba-tiba dadanya yang mulai sesak.
Dua minggu yang lalu dia juga merasakan hal seperti ini tetapi lebih ringan dari pada hari ini. Dadanya semakin sesak dengan roda yang semakin melaju. Kepalanya pusing dan ngengaman gelas kaca itu semakin mengerat.
Kevala berhenti sebentar untuk menghilangkan sesak didadanya yang selalu datang tiba-tiba, ditambah kepalanya yang tiba-tiba sakit. Itu membuatnya makin kesulitan.
Dipaksanya dirinya untuk masuk kekamarnya kembali karena dia sadar Patra sedang menunggunya.
Saat Kevala membuka knop pintu secara perlahan dan memasuki kamarnya secara perlahan juga tanganya tiba-tiba keram.
Perlahan tangan sebelahnya juga ikut keram membuat gelas yang digengam erat terlepas mengenai lantai hingga pecah dan pecahan-pecahan tersebut berhamburan disekeliling kamar Kevala.
Patra yang sedari tadi menunggu Kevala lantas langsung menatap layar laptopnya setelah mendengar suara gelas pecah. Patra bertanya dengan suara yang sangat 'khawatir'.
"Keo?" Tanya Patra dan dibalas ringisan kesakitan dari balik pintu yang terbuka lebar.
Patra tak dapat melihat Kevala karena terhalang pintu dan lemari pakaian Kevala. Dia terus-terusan bertanya ada apa tapi hanya dibalas ringisan kesakitan.
"Patra aku gak kuat,"
Hanya itu yang didengar Patra dan setelahnya tak ada lagi ringisan kesakitan tadi.
***
*Patra POV*
Setelah penerbangan siang dari Sulawesi akhirnya sore ini aku sudah berpijak dikota ibukota lagi. Susana yang masih sama membuatku diam-diam tersenyum.
Jalan yang macet, suara bising dari kendaraan yang berlalu lalang serta suara orang-orang yang berteriak entah untuk menjejalkan dagangan yang dijual dipinggir jalan atau kenek kopaja yang memangil penumpang untuk naik kopajanya.
Suasana ini tak berubah selama lima tahun belakang, selalu padat dan sesak. Tapi sore ini aku kembali merasakan suasana padatnya ibukota hanya untuk seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmara Nusantara
Teen FictionAmazing cover by @snow-flurries ♡♡ Gadis ibukota yang pindah ke daerah Sulawesi Tenggara disana ia bertemu pemuda tunanetra yang mempunyai semangat hidup tinggi. Tanpa ia sadari ia telah jatuh kedalam pesona seorang Patra yang notaben baru saja ia...