Putus asa

104 6 0
                                        

Suara yang berasal dari alat pendeteksi jantung terdengar di kamar yang sunyi.

Terlihat gadis yang terbaring lemah di tempat tidurnya, tak ada tanda-tanda jika kedua mata itu akan terbuka.

Dibalik jendela ada seseorang yang selalu memperhatikan keadaannya. Berharap gadis itu akan membuka matanya.

"Bro, dari pada diliatin terus mending makan dulu yuk sama gue"

Seorang laki-laki dengan balutan seragam sekolah yang masih melekat dibadan yang cukup atletis untuk anak seusiannya, menepuk bahu pemuda yang sedari tadi menatap seseorang dibalik kaca.

Pemuda itu menggeleng, "Sepertinya tidak."

Cowo yang memakai seragam SMA pun tertawa karna mendengar nada bicara orang dihadapannya. Sangat kaku.

"Gak usah tenang gitu Tra, cuma beda satu tahun ini"

Pemuda yang dipanggil Tra pun lantas menoleh kearah anak laki-laki tadi, melihatnya dari atas sampai bawah. Semenjak cowo itu menjemputnya empat hari yang lalu diBandara, mereka jadi seperti teman lama yang kembali bertemu.

"Maaf Nik, sepertinya saya- eh maksud nya gue belum terbiasa."

Niko kembali menepuk bahu Patra tanda mengerti. Yang benar saja, Patra baru saja menginjakan kakinya di Jakarta dan Dia langsung menyuruh Patra menggunakan gue-elo seperti anak gaul zaman sekarang.

"Tapi udah ada peningkatan lah" Puji Niko dan duduk dikursi tunggu didepan kamar gadis yang membuat mereka sangat khawatir.

Patra kembali memperhatikan gadisnya yang sudah lama tertidur didalam sana bersama alat yang menanggung kehidupannya. Bahunya terkulai lemas, melihat betapa tak berdayanya dia saat ini.

"Dia bakal banggun Tra, percaya sama gue" kata Niko.

"Ya Keola akan segera bangun" tekad Patra menyemangati dirinya sendiri.

Mendengar hal itu Niko segera mengajak Patra keluar dari rumah sakit dan menuju kantin didekat taman rumah sakit ini.

Karna ini merupakan jam makan siang dan pasti banyak suster atau dokter-dokter cantik yang sedang makan disana.

"Lo pasti mau lihat suster dan dokter dikantin kan?" Selidik Patra karna melihat raut wajah sepupu Keola yang berseri-seri.

Hampir seminggu dia kenal dengan Niko, Patra tau sifat dan sikap Niko. Mereka gaul, bebas, modus dan playboy. Ciri-ciri anak zaman sekarang. Dan Patra merasa tidak cocok bergaul dengan Niko yang sangat amat eksis dibandingkan denganya.

Patra hanya seorang laki-laki yang baru merasakan kembali bagaimana rasanya dapat melihat. Dia tidak eksis ataupun gaul seperti Niko karna sedari dulu ia hanya bergaul dengan Citra, anak panti dan pasti Keola.

Dikehidupannya tak satupun dia bergaul dengan teman sebaya nya, hanya membaca buku braille miliknya dan komputer khusus yang dibelikan oleh ibu angkatnya.

"Jadi lo mau ikut gak" Tanya Niko yang kesal karna sedari tadi Patra hanya melamun dan tak bergerak sedikit pun.

Patra kembali tersadar, "Iya."

Mereka berjalan beriringan hingga sampai dikantin yang sudah banyak suster atau penjengguk untuk makan siang. Keadaan siang ini sangat ramai seperti kemarin-kemarin.

Patra menggeleng karna Niko yang sedari tadi menatap suster Training beserta teman-temannya yang sedang makan indomie disertai tawaan.

Seperti kemarin, Niko akan melihat wanita itu sampai tak berkedip. Mungkin karna suster itu merasakan sedang dilihat seseorang, dia menolehkan kepalanya kearah Patra dan Niko.

Asmara NusantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang