pernyataan Cinta Patra

104 7 0
                                    

Setelah pulang ujian terakhir tadi siang Patra sama sekali belum keluar kamarnya. Dia segera tidur dan terbangun ketika hari mulai gelap.

Patra sedang duduk dipinggir tempat tidurnya. Tangannya memegang benda elektronik berwarna hitam. Tapi sama sekali tidak melakukan hal lebih selain menatap benda canggih itu.

Layar handphone miliknya berkelap-kelip menandakan ada pesan masuk. Segera dibukannya pesan dari orang yang ditunggu-tunggu Patra. Sebenarnya Patra merasa sangat pengecut karna yang selalu mengiriminya pesan duluan adalah Kevala. Gadis itu tak pernah bosan mengiriminya pesan-pesan yang membuat Patra senang sehingga menjadi kebiasaan bagi Patra sendiri.

Menunggu pesan dari Kevala adalah hal yang tak pernah membosankan, dan membaca pesan dari Kevala adalah hal yang paling menyenangkan.

Baginya melalui pesan singkat yang selalu mereka lakukan dapat membuat Patra yakin akan perasaannya. Tak ada keraguan lagi yang menyelimutinya. Sehingga sekarang dia sangat yakin.

Ditekannya nama Kevala sehingga terbunyi nada sambung. Patra menunggu sampai panggilan darinya diangkat oleh Kevala.

Dan saat Patra ingin memutuskan sambungan telponnya, suara Kevala yang sangat merdu dipendegaran Patra membuat Patra seketika kaku.

"Halo Tra"

Panggilan Halo dari Kevala tak disaut oleh Patra hingga panggilan ke-empat kalinya dari Kevala baru Patra sadar akan keterkejutan.

"Halo Keo, maaf tadi ngelamun"

Kevala tertawa ringan disana membuat hati Patra berdesir tanda bahagia. Diam-diam dia ikut tersenyum, bahkan sangat lebar diantara cahaya kerlipnya bintang-bintang.

***

Suara pintu tertutup membuat Citra mengalihkan pandanganya dari televisi yang sedang menayangkan film favoritnya.

Papa tirinya menghampiri mamanya yang sedang makan pudding coklat disamping Citra dan segera ikut duduk disamping Citra, sehingga gadis remaja itu diapit oleh kedua orang tuanya.

"Patra belum turun?" Tanya papanya ke Citra.

Citra hanya megangkat bahunya tanda tak tahu. Lalu dia membuka mulutnya kearah mamanya, meminta pudding milik mamanya yang baru saja tambah untuk ke-tiga kalinya.

Mamanya memotong pudding dengan potongan besar dan langsung memasukan kedalam mulut buaya anak gadianya itu. Papanya tertawa karna Citra yang tak bisa mengunyah karna mulutnya terisi penuh dengan pudding dari mamanya.

Citra terlalu memiliki nafsu yang besar akan segala macam makanan, walau sebenarnya dia sudah kekenyangan.

Langkah besar-besar menuruni undakan anak tangga. Pemilik langkah itu memperhatikan kedua orang tua nya yang sedang tertawa bersama adik tersayangnya. Dia mempercepat langkah kakinya sehingga dapat ikut berkumpul bersama mereka.

"Kakak Patra, ayo sini nonton bareng," Citra yang pertama kali melihat Patra menuruni tangga langsung berteriak memanggil kakak laki-lakinya.

Citra walau dirumah selalu saja teriak-teriak.

"Cit nanti pita suara kamu putus loh teriak terus" celetuk mamanya polos yang masih memakan pudding kesukaannya.

"Mama ihh jahat banget sih" Citra mengerutu karna ucapan mamanya yang entah itu polos beneran atau pura-pura polos.

Papanya kembali tertawa melihat gerutuan anak gadisnya. Patra berdiri didepan Kevala dan mengelus rambut coklat tua adiknya. Citra langsung menegadah matanya melihat Patra berbinar, matanya melihat lengkungan senyum dari patra.

Asmara NusantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang