Aku mengangkat lengan tangan sebelah kananku yang sudah terpasang arloji berwarna coklat keemasan. Aku melihat jarum pendek yang sudah teruncuk angka nomor satu dan jarum panjang menuncuk angka nomor delapan.
Sekarang aku sudah berada diluar gerbang semenjak bel berbunyi sepuluh menit yang lalu, aku menunggu hingga jam dua untuk menemani patra. Kira-kira sudah hampir dua minggu-an aku selalu menemaninya sehabis pulang sekolah dan setelah azan ashar aku akan pulang kerumah. Tenang aku sudah meminta izin sama sang majikan kok, jadi aman terkendali.
Daripada menunggu kaya orang bego lebih baik aku jalan saja menuju pantai kamali. Sepanjang jalan aku hanya melihat rumah-rumah dikiri dan kanan dan disaat sudah memasuki kawasan pantai kamali aku celingak- celinguk mencari keberadaan Patra. Saat aku jalan menyusuri tempat ini akhirnya aku melihat patra yang seperti biasa menghadap barat dan meraba buku dipangkuannya.
Aku pernah bertanya padanya, memangnya kamu tidal bosan baca terus?. Dan apa jawabannya, dia menjawab, "Aku tak bisa sekolah normal seperti kalian sebenarnya bisa saja tapi menurutku pelajarannya akan sangat berbeda karna pasti aku akan sekolah di SLB (Sekolah Luar Biasa). Dan berhubung aku tidak sekolah dan tidak tau apa-apa setidaknya lewat buku ini aku menjadi sedikit tahu apa yang tidak Ku ketahui."
Dia sangat berbeda dengan orang- orang yang pernah aku kenal, dia memiliki semangat yang tinggi disaat kekurangannya menghambat keinginnya untuk maju tapi lagi dan lagi dia tidak pernah menyalahkan Tuhan dengan kekurangan yang diberikan ketubuhnya dia juga jarang mengeluh dengan keterbatasan yang dia miliki, membuatku sadar betapa lemahnya diriku yang selalu mengeluh kepada Tuhan. Aku menghampiri dan menepuk bahu kanannya, dia sedikit kaget tapi tidak berapa lama dia tersenyum yang selalu bisa membuat hatiku berdesir entah karna apa.
Aku melirik buku dipangkuanya, hanya titik- titik bergaris membuatku mengelengkan kepala karna merasa sedikit pusing melihat deretan titik- titik putih itu. Aku berbalik arah menjadi kesebelah utara, aku memandangi air laut yang jernih dengan batuan-batuan karang didasarnya ditambah ikan kecil-kecil yang lucu.
"Kamu baru pulang ya Keo?" Tanya Patra masih dengan meraba bukunya.
"Yap, aku sedang disini bisa lihat laut yang tenang apalagi bisa lihat kamu." Kataku sembari tertawa membuatnya ikut tertawa juga.
"Bisa banget gombalnya" Aku hanya tertawa dan mengubah posisi duduk yang semula menghadap laut kini menjadi menghadap Patra. "Aku serius tau, kamu tuh kaya mario Teguh bisa buat orang termotivasi. Tapi kamu memotivasi aku dengan semangat dan kegigihan agar tidak rendah dimata orang."
Dia diam dan kemudian senyuman yang akhir- akhir ini selalu berputar berulang- ulang diotakku pun terbit kembali. Dasar cowo murah senyum.
"Begitu ya? Berarti saya juga termotivasi karna kamu." Katanya yang membuatku langsung penasaran
"Oh ya? Apa motivasinya?" Tanyaku semangat
"Kamu gak malu bergaul dengan orang yang memiliki keterbatasan seperti saya ini."
Kepalanya mendongak kearahku, aku melihat bola mata dibalik kaca mata beningnya. Korneanya memang sangat berbeda dengan kornea orang pads umumnya dia lebih lonjong tapi aku suka dengan warna pupil matanya, coklat seperti batang pohon dihutan dan tatapannya memberikan suatu kenyaman jika dilihat lebih lama.
Aku langsung melihat kearah laut lagi saat aku menatap mata miliknya, ini gak baik untuk kesehatan jantungku kedepannya. Lebih baik cari aman. Saat aku sudah kembali normal aku kembali menghadap Patra dan cengegesan tak karuan.
"Bisa aja lu, tapi thanks ya!."
"Yap"
"Gue ke warung sana dulu ya, has he he lo mau gak?" Tawarku dan langsung berdiri dihadapnnya.
"Boleh lah" katanya, dan kubalas "oke"
Aku berlari kecil dan menyebrang ke Warung kecil disebelah jalan. Aku membeli dua botol air mineral dingin dan memberikan uang lima ribuan dan dua ribuan. Setelah membayar aku ingin menyebrang tapi dari ujung sana aku dapat melihat 'Dia' memasuki salah satu tempat makan disekitar pantai kamali.
Dia ngapain disini? Semoga aku tak bertemu! Aku belum siap dengan hati ini yang masih menyimpan sebuah kesakitan. Aku langsung berlari menuju tempat Patra tadi dan menyerahkan botol air mineral yang tadi kubeli.
"Tra gue pulang duluan ya, sorry gak bisa lama" kataku memakai tas dipundakku dan segera pergi meninggalkan Patra yang seperti masih ingin bertanya. Tapi aku tak ingin ditanya dulu, maafkan aku patra.
Tanpa melihat kebelakang lagi aku berjalan dengan cepat takut bertemu orang yang tadi kulihat.
***
Hello epribadeh... Apa kabar? Baik kan pasti? Alhamdulillah
Tuh ane updatekan, harusnya dari tadi udah pengen gue publish tapi wattpad error sehingga draft yang udah gue tulis kehapus, kampret bener kan? Buat gue galau merana dah :v
Udahlah ya gue banyak cingcong amat, pokoknya cekidot sama part ini dan jangan lupa liat video dimulmed ❤❤
Comment or vote please, thanks. See you muachhh
- 05 November 2015 -
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmara Nusantara
Genç KurguAmazing cover by @snow-flurries ♡♡ Gadis ibukota yang pindah ke daerah Sulawesi Tenggara disana ia bertemu pemuda tunanetra yang mempunyai semangat hidup tinggi. Tanpa ia sadari ia telah jatuh kedalam pesona seorang Patra yang notaben baru saja ia...