Sebuah Izin

111 8 0
                                    

Lapangan sekolah ramai dengan anak-anak yang baru saja melaksanakan upacara pertama di semester baru.

Mereka silir mulir masuk kekelas masing-masing. Terdengar dari kelas X-7 yang baru saja berdoa dan memberikan salam kepada guru BK yang baru masuk.

Bu Anita membalas salam dari muridnya, setelah itu mereka menyanyikan lagu Indonesia Raya yang selalu dilakukan sebelum memulai pelajaran.

Setelah menyanyikan lagu kebangsaan, mereka duduk dan sibuk bercengkrama dengan teman-temannya yang lain.

Sepertinya mereka masih sedikit malas jika hari pertama sudah langsung belajar.

"Ibu tidak akan mengajar kalian." Ujar Bu Anita yang berdiri didepan kelas.

Murid yang tadinya cemberut langsung berteriak tanda sangat senang dengan ucapan Bu Anita barusan. Ini mukzijat.

"Ibu hanya ingin memberikan kabar, salah satu teman kalian tidak dapat hadir."

Semua murid dikelas celingak-celinguk melihat seisi kelas. Apakah ada temannya yang tidak hadir hari ini.

Dan salah satu murid sadar saat bangku disebalahnya kosong tak berpenghuni.

"Kevala!"

Semua berseru karna sadar kevala tak hadir hari ini. Mereka bertanya-tanya ada apa dengan gadis itu?.

Melihat anak muridnya yang ribut karna binggung kevala tak hadir. Bu Anita menyuruh semua muridnya untuk tenang.

"Ya teman kalian Kevala tidak hadir hari ini. Dia sedang dirawat dirumah sakit karna mengalami kecelakaan." Jelas Bu Anita dan mendapat respon kaget dari muridnya.

"Dirawat dimana bu?" Tanya Ira yang duduk dibangku paling depan dekat jendela.

"Rumah sakit Harapan kita, di Jakarta"

"Jadi gak bisa jenguk dong" Tanya Belva ke Bu Nita.

"Bisa kalau kau pergi ke Jakarta" Ledek Galih yang memang sangat suka menggangu temannya dikelas.

"Kalau kamu pergi ke Jakarta, jangan lupa ajak saya ya" Ujar anak sekelas menggoda Belva yang tampak sangat geram dengan tingkah mereka.

Tapi untuk dia sudah terbiasa dengan kelakuan teman sekelasnya yang memang semua pada aneh.

"Sebaiknya kita berdoa saja buat kesembuhan Kevala agar bisa berkumpul bersama kita lagi."

Semua anak kelas X-7 menundukan kepalanya tanda khusyu berdoa untuk temannya yang sedang mengalami sebuah musibah.

Bu Anita berpamit pergi setelah selesai mendoakan kesembuhan untuk Kevala.

Berangsungnya Bu Anita yang sudah keluar kelas. Murid X-7 pun langsung berisik seperti lebah yang keluar dari sarangnya.

Ada yang mengobrol, selfie, joget didepan kelas, keluar kelas dan teriak-teriak seperti Orang Utan.

***

Diruang yang tidak terlalu besar terdapat dua orang yang sedang berkutat dengan buku-buku yang ada dimeja bundar dihadapan mereka.

Seorang wanita yang sepertinya sudah lumayan tua dengan setia menjelaskan kepada pemuda yang kini memijat pelipisnya.

"Sepertinya kamu harus sedikit istirahat?" Tanya guru Bahasa inggrisnya.

Sebenarnya itu juga bukan guru karna dia belajar hanya bahasa inggris dan pelajaran tentang management perusahaan.

Awalnya Patra sangat tidak terbiasa dengan ini tapi untungnya dia sudah bisa mengerti dengan pelajaran tersebut terutama Management perusahaan, karna dia merupakan pewaris perusahaan tambang terbesar milik ayah angkatnya.

Asmara NusantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang