(3) INGAT

1 0 0
                                    

"Jadi, kau sudah ingat?" tanya Nancy di samping kiriku. Aku menoleh dan hanya tersenyum tipis sambil mengangguk. Lalu sejenak ku berfikir.

"Tunggu,.. Kau bilang apa? Aku putus dengan Reefan?" tanyaku dengan mata berkaca-kaca.

"Emm.. I-iya," kata si Reza terbata-bata.

"Oke, hiks. Trima kasih sudah mau membantu mengingatkan," jawab ku tersenyum pahit menahan air mata.

"Tenang saja, kamu akan baik-baik saja. Kamu yang selalu cantik dan bawel dihadapan kita semua," ucap sesosok lelaki yang sepertinya pembuat masalah dengan tampang bonyok pipi ungu setelah tadi ditonjok Reza.

"Aku Daniel, pacar kamu, baru kemarin kita jadian," kata si cowok tadi.

"Tapi ka-" kata Randy terpotong oleh Daniel.

"Diam lah Randy, aku berusaha membantunya mengingat kita semua." jawab si Daniel berdiri dan menghampiriku.

Kok aku punya feeling ga enak ya? Aku takut jadinya. Gumam ku sambil berfikir.

"Sudahlah sayang, jangan terlalu memikirkan, kau butuh istirahat," kata si Daniel lembut lalu mengecup kening kanan ku.

Astaga! Dia mencium kening ku!!!!

"Hey! Kau tidak pantas menyebutnya begitu. Akulah pacar mu yang sebenarnya Chel. Ingatlah aku! Dia cuma mantan yang masih terus mengejarmu. Dia cuma cowok sialan tukang selingkuh, yang kasar-" jelas Rendy terpotong karena ditarik Daniel ke luar ruangan. Aku tidak tau apa yang mereka bicarakan. Namun, itu pasti tidak baik. Selagi mereka di luar ruangan ku, Reza mengajak ku mengobrol.

"Rachel, tadi Randy sangat mengkhawatirkan mu. Dia yang mengajak kita semua ke sini. Dia sangat mengkhawatirkan mu. Apalagi Nancy, dia kepingin liat kondisi kamu, dia takut kamu bener-bener lupa sama dia," ucap Reza terkekeh pelan dengan senyum manisnya.

Senyum itu, senyum yang mirip Reefan. Apa aku masih mencintai Reefan? Apa Reefan masih mencintaiku ya? Kalau iya, aku berharap masa masa itu terulang kembali. Masa dimana dia membawakan ku bunga, kejutan, mencium kening dan pipi ku, mencium tanganku, dan memberi cinta tulusnya.

Seharusnya ayah tidak usah memberitahu ku semua masalah ku. Biarlah aku amnesia selamanya, supaya aku tidak perlu tau masalah-masalah itu.

"Chel..," suara Michel membuyarkan lamunan ku.

"Eh, iya, kenapa?" tanyaku.

"Daritadi aku nanya, kamu inget nggak waktu kita nyusruk ke got? Waktu kita umur 10 tahun, inget nggak?" tanya Michel tersenyum menahan air matanya. Kemudian kantung mata itu terlalu penuh, sehingga air mata Michel tumpah.

"Apa? Michel atau Cilly? Michelly Cilly," ucapku pelan berbicara sendiri sambil mengingat ingat.

Terasa seperti kenangan itu, semua kenangan ku bersama seseorang yang istimewa kembali berputar dan terekam dengan samar-samar. Tanpa ku suruh, air mata sudah lebih dulu menetes. Akhirnya, aku ingat bahwa Michel dan Cilly ialah orang yang sama. Michelly yang biasa ku panggil Cilly. Pantas saja ketika ku baru sadar kemarin, Michel yang paling kejer menangis. Spontan ku langsung duduk dan memeluk Michel.

"Maafkan aku yang pikun ini, Michel dan Cilly ialah orang yang sama. Maaf aku lupa... Hiks," ucapku dan Michel tersenyum.

Bruggk!!

Lagi lagi suara orang memukul orang.

"Siapa itu? Tolong panggilkan security!" teriak Michel panik.

Lalu Reza keluar dan melerai mereka. Benar sekali. Randy dan Daniel yang bertengkar. Lagi.

Aku hanya bisa melihat dari tempat tidurku melalui jendela tebal buram yang jauh dari ranjangku.

Lalu segera mereka semua pamit untuk pulang, meminta maaf atas keributan yang terjadi. Aku mengangguk sambil terkekeh pelan untuk menutupi blackhole di hati terdalamku.

--

21 titik luka di kepala, 15 di badan. Kegagalan fungsi hati dan ginjal yang tidak utuh. Gegar otak yang ganas.

Itulah yang dikatakan dokter padaku tentang luka di tubuh Ameylia kembaran ku tersayang. Sudah seminggu aku dan Amey kesepian di rumah sakit ini. 3 hari ku masih terbaring lemah sambil kebingungan. Sedangkan Amey belum sadarkan diri. Aku berfikir, mengapa tidak ada yang menjenguk ku?

The Amnesia GirlHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin