(11)

2 0 0
                                    

Setelah mandi, segera aku memakai sebuah baju berbulu berlengan panjang dengan celana jeans pendek dengan rambut blonde terurai sepinggang. Setelah itu aku bersantai di kamar dan membanting tubuhku di kasur. Kadang aku memikirkan kelakuan Reefan di kolam renang tadi yang membuatku cekikikan sendiri. Aku menghela nafas panjang dan memejamkan mataku. Tiba-tiba..

Duarrr!! Duarrrr!!!

Suara gemuruh bersahutan yang mengganggu ketenangan dan mengagetkan ku. Membuatku kembali ke alam sadar ku.

Seperti yang di iklan sabun dettol.
Aneh memang, tadi panas sekarang hujan.

Kemudian aku duduk di kursi meja belajar ku sambil memandang derasnya hujan dihiasi kilatan-kilatan cahaya yang menyala-nyala. Rasanya aku menyesal memakai celana pendek. Aku memeluk tubuhku kedinginan.

Terbesit di pikiranku tentang cuaca sejuk nan dingin ini sangat cocok untuk bermusik. Segera ku raih gitarku di samping meja belajar tanpa beranjak dari kursi yang ku duduki sejak tadi. Kemudian aku memetik gitar sedikit-sedikit memastikan kalau tiap senarnya bernada pas. Aku biarkan kamarku gelap, hanya dihiasi oleh kilatan cahaya dan suara gemuruh yang mencekam. Dan ketika aku bernyanyi, aku selalu terbawa dan hanyut dalam imajinasi ku sehingga lagu yang ku nyanyikan itu ngena di hati siapapun yang mendengarnya. Ku tarik nafas dalam-dalam dan mulai memejamkan mataku untuk memulai bernyanyi dan memetik gitar. Dan aku mulai.

Heart.. Beats... Fast...
Colours and promises
How to be brave
How can i love when im afraid
To fall
But watching you stand alone

All of my doubt
Suddenly goes away somehow...

Ku hentikan nyanyian dan petikan gitarku setelah ku merasa seseorang telah memperhatikan. Aku selalu tau ketika ada orang yang memperhatikan ku, entah bagaimana pokoknya pasti tiba-tiba aku merasa tidak nyaman. Ku tatap dalam-dalam siapa yang berdiri di sana, tentu saja sulit melihatnya dalam kamar gelap ku dengan cahaya kilatan yang terbatas. Dia tersenyum penuh arti. Ku pikir Reefan, nyatanya Reza. Aku tersenyum lega.

Senyum itu lagi!

Senyum manis yang dimiliki Reza sama dengan senyum yang dimiliki Reefan. Sama-sama meluluhkan. Bagai magnet.

"Hey kenapa kau berhenti?" ujar Reza lalu duduk sila di karpet bawah dihadapanku. Mungkin bisa kalian bayangkan posisi kami yang santai. Segera aku menarik-narik ke bawah celanaku yang pendek sepaha itu. Terpahat senyum kikuk di wajahku lalu aku menghela nafas. Rasanya hidupku berat.

Duarr!!!!

Suara gemuruh sukses mengagetkan ku untuk kesekian kalinya dan untuk kali ini aku sampai tersungkur ke bawah dan membuat Reza tertiban badanku yang tadi sedang duduk manis di bawah, untung saja kami dibatasi dengan gitar yang ku mainkan tadi.

Dia menatap mataku dalam, aku juga menatapnya. Baru ku sadari Reza memiliki mata yang seindah Reefan, sangat indah pastinya. Berwarna hijau dan menenangkan ku ketika melihatnya. Membuatku teringat seseorang. Tentu saja.

Reefan yang pernah mengisi hidupku.

Kami belum bergerak juga dari posisi jatuh-menindih kami ini. Rasanya aku tersihir melihat wajah Reza yang mirip nya banget banget sama Reefan. Fix aku melongo. Kemudian dia mendekat dan mendekat, mungkin jarak wajah kami hanya sekepal tangan. Rambutku langsung terkibas angin yang masuk dari luar mengingat jendela ku yang sengaja ku buka. Dan,

Duarrr!!!

Suara gemuruh lagi-lagi membuyarkan lamunan flashback ku dengan Reefan. Lalu kami saling memisahkan diri. Dia mundur sejauh 1 langkah dariku. Aku juga akhirnya duduk di bawah dihadapannya sambil memangku gitarku dan sesekali memetiknya untuk menghindari momen awkward ini.

OMG, aku ceroboh

"Maaf..," ucapnya tulus menundukkan kepalanya dan lagi-lagi menyadarkan ku dari alam imajinasi ku.

"Aku.. benar-benar minta maaf, tidak seharusnya kita begitu. Kau adalah sahabatku dan sekarang.. kau adalah adikku. Sungguh berat menerima itu," ucapnya lirih. Aku tidak menjawab, hanya menunduk masih memetikkan gitar.

Rintihan hujan di luar masih terdengar keras. Segera aku bangun dan menutup jendela yang terbuka. Ternyata tidak ada gemuruh lagi, hanya suara hujan yang sangat deras.  Teringat peristiwa tadi... Ah abaikan!

Aku masih diam dengan wajah semerah semangka menahan malu.

Astaga! Mengingatnya membuatku tengsin bangetttt!

"Aku.. juga minta maaf. Ngomong ngomong apa kau bisa main gitar?" tanyaku mengganti topik dan menodongkan nya gitar classic yang ku mainkan tadi. Dia tersenyum mengangguk dan menerima gitar yang ku suguhi tadi.

Aku ternganga mendengar lagu yang ia nyanyikan. Sungguh ngena banget di hatiku. Serasa... Itu ditulis hanya untukku.

Setelah dia selesai bernyanyi, aku bertanya.

"Untuk siapa lagu itu?"

"Kau" jawabnya.

The Amnesia GirlHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin