Astaga, aku tidak sadar ternyata sedari tadi aku melamun sepanjang lift yang meluncur menuju lt. 3 membayangkan isi ruangan itu sendiri sampai Reza membuyarkan lamunan imajinasi ku. Ternyata sudah sampai di lt.3. Aku dan Reza melangkah keluar dari lift. Ku lihat 2 ruangan seperti yang Reza jelaskan. Yang sebelah kiri kamar papi mami dan yang kanan pintu yang memakai pemindai retina itu. Sumpah, aku pikir isinya adalah rahasia terbesar perusahaan papi atau resep masakan?
"Aku tidak mengerti bagaimana kau bisa ngehack itu dan paham betul isi ruangannya. Aku sudah 17 tahun tinggal disini tapi bahkan tidak pernah ke lt.3 ini! Berasa seperti maling tau gasih ngendap ngendap gini!!" omelku. Lalu dia menatapku dengan tatapan,'diamlah atau ku bunuh kau!'
Dan BTW aku baru ingat kalau usiaku sudah 18 tahun. Ingatanku belum pulih juga sihh!
Dan tanpa tapitapi lagi, aku segera menutup rapat mulutku. Tentu saja aku tidak ingin dilahap hidup-hidup di tempat sepi seperti ini. Bisa-bisa detektif sendiri tidak menemukan ku berhubung Reza seperti aktor-aktor di film mission impossible yang tidak meninggalkan jejak.
Tunggu.. Apa benar Reza itu seperti mata-mata? Masalahnya dari mana dia dapat keahlian ngehack, bertarung, tidak meninggalkan jejak, bahkan aneh Reza bisa dan paham betul menggunakan pistol, pisau, dan gun lain-lain. Ah pikiran macam apa coba yang mampir ke otakku, haduh ada-ada aja.
"Weyy... Ayo masuk, aku sudah membuka security systemnya," ucapnya lalu masuk ke pintu yang terbuka perlahan itu meninggalkan ku yang mematung.
"Hah? Bagaimana? Dari tadi aku melihatmu tidak melakukan apa-apa, bagaimana tiba-tiba pintu sudah terbuka?" ucapku menyusulnya masuk dengan wajah menekuk. Aku melangkahkan kaki untuk masuk. Langkah ku terhenti.
Seketika wajahku yang menekuk itu langsung lemas melihat isi ruangan itu yang lebih indah dari imajinasi ku. Ada air mancur dari kayu, airnya sangat jernih. Banyak bunga-bunga terutama pink dan putih yang menusuk hidung mancung ku. Menusuk dalam arti merangsang ku untuk lebih rileks. Entah kapan sebuah musik gaya angklung klasik sudah mulai beralun. Ternyata semuanya dilakukan otomatis. Aku yang masih berdiri di depan pintu yang otomatis telah tertutup tadi sukses melongo dan menganga ga percaya. Aku menghela nafas panjang. Tiba-tiba seorang perempuan tua yang tidak lain adalah Bi Jiyam yang memakai baju putih rambut di konde muncul entah dari mana membawa sebuah nampan mangkuk semacam krim. Entahlah aku tidak tau.
"Non?!" kata Bi Jiyem dengan tampang kaget.
"Bi Jiyem muncul dari mana?" kata ku masih berdiri di depan pintu. Sedangkan Reza yang sedang duduk di kursi kayu langsung menghampiriku dengan tampang sebalnya.
"Hey!! Apa yang kau pencet tadi Chel?" ucap si Reza yang sudah ada dihadapanku.
"Ng... Upss,.." kataku setelah menyadari kalau aku menginjak sebuah tombol hijau-- yang ternyata untuk memanggil Bi Jiyem untuk melakukan relaksasi.
"Aduh non, tuan rumah bisa marah besar kalau tau ini. Mending non keluar aja ya non, saya jadi takut sendiri," ucap Bi Jiyem dengan wajah khawatir menatap ku dan Reza.
Lalu Reza melempar tatapan,'bagaimana nih?'
Aku mengerucutkan bibir dan berfikir,
Ah kalau sudah sampai sini untuk apa kembali? Mumpung ada Bi Jiyem kan? Papi mami juga kerja!
Aku tersenyum horor.
"Rachel, ku mohon jangan pasang senyuman itu! Aku bergidik ngeri sekarang ini!!" teriak Reza si penakut dengan panik mengingat rambut panjang ku yang tidak dikuncir. Aku nyengir menjulurkan lidah.
"Kita sudah sampai disini Bi, ayo kita mulai..! Ya Za yaa.. Pliiiiiss," ujar ku menatap Reza dengan puppy eyes.
"Yayaya baiklah..! Bibi! Kami ingin dilayani.." ucap Reza tanpa rasa hormat ke Bi Jiyem.
Aku memasang tatapan,'Dasar tak tau diri!' Dia membalas dengan tatapan,'Berisik! Mau atau tidak?'
Lalu Bi Jiyem bingung sendiri memandangi kami.
Kemudian dimulai. Aku dan Reza mengganti baju kami dengan baju handuk di ruangan tertentu. Disini terdapat berbagai ruangan kecil lainnya yang setiap ruangan kecil itu ada kegiatan.
Setelah itu Reza memilih untuk berendam di air panas di ruang tengah sebelum dipijat refleksi dengan batu panas di ruang pertama. Sedangkan aku memilih untuk langsung lulur lumpur di ruangan kedua kemudian dipijat dengan batu panas di ruangan pertama.
OMG!!! Im so excited!!!
---
ŞİMDİ OKUDUĞUN
The Amnesia Girl
Teen FictionApa daya bila aku ialah seorang perempuan amnesia yang menganggap masa lalunya baru saja terjadi kemarin? Aku mencoba untuk menerima semua kenyataan. Impian ku menjadi seorang pianis pun hancur. Begitu juga jati diriku. Hancur. Berkeping-keping. Yan...