(10)

3 0 0
                                    

Setelah 2 jam mengunci diri di kamar dan puas melakukan video call meski kamar kami bersebelahan, kami berniat untuk berenang.

Begini, biar aku jelaskan. Rumahku terdiri dari 4 lantai, lantai dasar ada dapur+ruang makan, kamar mandi, ruang tamu dengan TV, kamar Bi Jiyem, kamar Pak Sukidjem, garasi dan halaman belakang. Lantai selanjutnya ada kamar aku, kamar Amey, kamar Reefan, dan kamar Reza yang masing-masing kamar memiliki kamar mandi. Lantai selanjutnya adalah privasi para orang tua, kami tidak diperbolehkan ke lantai 3. Jadi aku sama sekali tidak tahu apa yang ada di dalam sana. Karena keamanannya yang dijaga ketat, bahkan ayah sampai menambahkan pintu pendeteksi retina.

Hmm, apa sih yang ada di dalam sana?

Dan lantai paling atas adalah kolam renang. Aku benar-benar tidak bisa membayangkan bila atap kami yang membatasi rumah dengan kolam renang rubuh, maka seisi rumah akan basah dan becek kecuali lantai privasi yang satu itu karena fasilitasnya dilapisi ini dan itu. Dan tidak lupa, bahwa rumahku ada liftnya. Luar biasa.

Pukul 15.30

Ketika aku dan Amey sampai di lantai teratas di kolam renang, ku lihat sebuah bayangan di dalam air. Seorang lelaki yang sedang berenang menyelam. Aku dan Amey yang hanya memakai baju minim alias bikini segera mundur beberapa langkah-- berniat untuk kembali ke kamar dan berganti baju dengan baju renang yang panjang sebelum orang yang berenang itu muncul ke permukaan melihat kami.

Ketika kami berbalik badan menuju pintu keluar,
"Rachel! Amey!" panggil seseorang yang membuat langkah kami terhenti.

Sial.

"Baju renang yang bagus!" teriaknya.

Kami berbalik badan memasang wajah memerah dan malu. Lalu cowok itu, benar. Reefan terkekeh melihat wajah kami yang merah seperti udang rebus. Rasanya ingin ku tonjok muka yang sok tampan itu. Dia menongolkan kepalanya di ujung pinggir kolam renang dan sesekali mengusap wajahnya yang basah. Lalu aku tatap mata Reefan dengan tajam dan aku yakin Reefan bisa langsung mengerti dari tatapan tajam ku itu yang artinya, 'awas liat pembalasan gue!'

Lalu dia membalas tatapan ku dengan senyum licik yang aku pahami kalau artinya,'baiklah, aku tunggu! Haha!'

Kemudian Amey menatap kami dengan mengerutkan dahi dengan tatapan yang aku pahami artinya,'kalian apaan sih?!'

"Sini adikku sayang, atau haruskah ku panggil mantan pacarku sayang?" katanya asal.

Asal kau tau, itu sangat sakit Fan! Akan ku tabok kau! Awas saja!

Tersadar dari lamunanku, dari jauh ku lihat Amey dengan wajah menekuk menghampiri Reefan yang masih di kolam renang. Kepala Reefan mendongak ke atas dan melihat wajah Amey yang memerah karena kesal.

Lalu muka tampan tersenyum yang sedang mendongak itu langsung diinjak sehingga kelelep di dalam kolam. Aku sampai tertawa mengakak sambil memegang perutku yang sakit tertawa. Amey menginjak-mengangkat kepala Reefan seperti kain pel yang dicuci di ember tarik-celup atau teh celup yang ditarik-celup. Lalu setelah beberapa kali, Reefan tidak muncul alias tenggelam. Aku shock dan takut kalau sampai Reefan kenapa napa. Lebih tepatnya kalau aku disalahkan bila Reefan kenapa napa.

Dari jauh aku berlari kecil dengan hati-hati agar tidak terpeleset malu ke arah Reefan di kolam renang yang tidak kunjung muncul ke permukaan. Tanpa babibu, aku dan Amey langsung nyebur dan narik badan Reefan yang kekar itu ke ubin. Setelah itu ku dekatkan telinga ku ke dadanya untuk mendengar detak jantungnya masih ada/tidak. Tiba-tiba sebuah tangan memegang punggung polos ku, lebih tepatnya memeluk ku. Terasa dingin menyentuh langsung kulit punggung ku. Spontan aku jijik dan berteriak.

"Aaaaaaaahhhhhhh!!!!!" aku berteriak dan nyebur ke air ketika ku tau kalau yang memeluk ku barusan ialah tangan Reefan dan segera mengusap usap punggung ku dengan air kolam renang tak mau ternodai oleh si jerk itu.

Lalu setelah muncul ke permukaan kolam renang, ku lihat salah satu kaki Amey ditarik Reefan. Amey yang terseret Reefan segera memberontak sampai akhirnya mereka berdua tercebur ke dalam kolam renang.

"Awas lo! Jail banget sih!" kata Amey sambil memukul bahu Reefan ala cewek.

Kemudian aku berfikir melamun,

Mungkin seperti itulah ketika aku bercanda dengan Reefan dulu. Jailnya tidak pernah hilang. Genitnya juga. Terus kalau-

"Haaaaaaaaaaaaaa!!!" teriak ku ketika aku kaget kalau Reefan menarik kakiku dari dalam kolam renang. Aku kelelep dan berusaha untuk pergi jauh-jauh dari Reefan yang dari bawah kolam masih menyelam dan mengincar kakiku atau kaki Amey.

Karena sebal, akhirnya kami naik ke atas kolam dan pergi ke ruang ganti untuk mandi dan ganti baju. Gara-gara si Reefan menyebalkan ituu-- aku jadi tidak bisa bebas berenang-_-

Sungguh menyebalkan!

The Amnesia GirlHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin