"Aku Reefan," katanya masih belum melepaskan topeng itu.
JLEBB!!
Rasanya hatiku seperti terdorong ke dalam jurang kehancuran. Aku menjatuhkan es krim tadi dan es krim itu jatuh tepat di kakinya. Haha rasain.
"Sebenci itukah kamu sama aku?" katanya lirih. Aku tidak bisa melihat ekspresi wajahnya yang tertutup topeng. Bahkan dia tidak peduli kalau es krim tadi mengotori kakinya yang bersandal jepit itu.
"Iya! Aku benci sama kamu! Aku benci aku amnesia! Aku benci jadi orang bodoh yang ga tau apa-apa! Aku benci keadaan! Aku benci diri ku sendiri!" kata ku menekankan setiap kata sambil perlahan membiarkan air mata mengalir deras membasahi kedua pipi ku.
Reefan memeluk ku dan melepas topeng itu, aku bersandar di dada bidangnya. Masih sehangat dan senyaman dulu. Membuatku tenang dengan aroma tubuhnya yang khas. Lalu aku melepaskan pelukan itu. Ku lihat bajunya cukup basah karena air mataku yang saking derasnya. Aku menatap lantai kosong. Pandangan ku kosong. Pikiran ku kosong. Dan hati ku juga kosong. Rasanya kosong.
"Aku hanya ingin minta maaf, kita ini 'kan keluarga..," katanya sambil menekankan kata keluarga. Aku tersenyum paksa.
"Aku juga minta maaf karena membentak mu, aku sangat sebal dengan semua ini..," kata ku menggigit bibir bawah ku.
"Jadi kamu masih cinta sama aku?" katanya tiba-tiba.
"Hah?! Aku udah berkali-kali bilang, Reefan. Aku suka sama orang lain. Dan kamu ga bisa maksain hati aku.. Kamu udah tunangan sama Minny kan? Buat apa ngarepin aku??" jelas ku. Dia tersenyum miris menatap lantai.
"Minny selingkuh, dan aku yakin Amey udah bilang ke kamu," kata Reefan kaku.
"Toh, aku sekarang masih berstatus pacaran sama Kevin. Kamu juga masih berstatus tunangan kan sama Minny?" kata ku. Rasanya ruangan rumah sakit yang berAC tidak menjadi penghalang hawa panas untuk memenuhi ruang rawat ini.
"Ya memang. Tapi kamu pasti tau kan kalau Kevin selingkuh sama Minny?!" tanya Reefan membuat tenggorokan ku merasa tercekik. Aku tidak bisa membalas perkataannya itu. Rasanya perlahan itu menusuk dan membuat goresan luka lain di hati. Aku memalingkan muka lalu kembali berbaring.
"Keluar sana, aku mau tidur!" kata ku. Lalu ku dengar Reefan menghela nafas panjang. Dan suara hentakkan kakinya yang mulai samar-samar. Dan suara pintu besi yang telah tertutup.
Hanya sepi menggema di ruangan bercat putih ini. Tidak ada orang selain aku. Baru saja 3 hari yang lalu pulang dari RS, sekarang masuk ruang rawat lagi.
"Apa benar aku ini tidak bisa mendapatkan Fahrel?" Ujar ku dalam hati. Aku menggeleng-geleng berusaha mengusir pikiran tentang Fahrel itu dan mengganti topik lain. Tidak, aku akan tidur. Aku cukup lelah.
Dan akupun tertidur.
---
Gelap...gelap...gelap...
"Hai Chel...!" ujar suara itu. Aku mencari sumber suara ke seluruh arah. Tentu aku tidak bisa melihat, semuanya gelap.
Kemudian sebersit cahaya muncul di hadapanku. Sungguh menyilaukan mataku. Kemudian timbulah sosok seseorang dari cahaya itu. Tidak salah lagi, wajah itu.
Kak Ted.
"Hai Rachel.. Kamu apa kabar?"
Aku yang masih mematung pun, bingung sendiri. Tiba-tiba semua warna hitam menjadi putih terang. Ruangan putih. Hanya ada aku dan Kak Ted. Aku mendongak memandangi Kak Ted yang sejengkal lebih tinggi dari ku. Lalu Kak Ted tersenyum pada ku. Senyum yang paling aku rindukan selama ini.
"Rachel... Kamu masih secantik dulu..," kata Kak ted.
Hanya seorang Kak Ted yang berkata kalau aku cantik.
"Rachel, kakak kangen sama kamu..," kata Kak Ted sambil memeluk ku. Aku masih mematung dan tak membalas pelukan nya. Kemudian Kak Ted melepaskan pelukan nya.
"Kamu harus tau ya Chel.. Semua orang itu sayang sama kamu. Karena kamu cantik. Dan kamu ga perlu ragu. Kakak akan selalu dukung keputusan kamu. Kamu juga nggak boleh lama-lama disini sama kakak. Disini Kak Ted kesepian, tapi ga apa-apa. Karena akhirnya Kak Ted ketemu sama nenek. Kamu baik-baik ya Chel, kakak sayang sama kamu." ucap Kak Ted berjalan menjauh, menjauh, dan hilang.
Padahal aku belum sempat membalas kata-katanya. Dia telah pergi lagi. Aku yang masih mematung di ruang putih itu, berusaha mencerna kata demi kata yang Kak Ted lontarkan. Berharap jika itu ialah hal baik,"
ŞİMDİ OKUDUĞUN
The Amnesia Girl
Teen FictionApa daya bila aku ialah seorang perempuan amnesia yang menganggap masa lalunya baru saja terjadi kemarin? Aku mencoba untuk menerima semua kenyataan. Impian ku menjadi seorang pianis pun hancur. Begitu juga jati diriku. Hancur. Berkeping-keping. Yan...