(9) SHOCKED

3 0 0
                                        

Setelah kami pulang dari Dunkin donuts, kami langsung berbaring penat. Bukan di kamar, tetapi di taman belakang rumah. Disana terdapat sebuah kolam yang dihuni oleh 3 ikan mas dihiasi dengan air mancur mini yang menenangkan, sebuah ayunan coklat yang dapat diduduki 4 orang, sebuah tempat untuk bbq, dan sisanya rerumputan hangat luas nan hijau. Hari ini cuaca sangat bersahabat. Aku dan Ameylia berbaring di rumput menatap langit cerah biru polos tanpa awan. Kami tertawa-tawa mengingat masa lalu kami, terutama yang menyenangkan. Kami bermain permainan lama seperti tebak kata.

Tidak terasa matahari sudah di atas kepala bibi Jiyem--pembantu kami yang sekaligus saksi dari kehidupan ayah/papi, ibu dan mami sekaligus juga istrinya Pak Sukidjem-- sudah memasak soto ayam dengan sambalnya yang super menggoda menyuruh kami untuk ke meja makan. Ketika kami sampai di pintu masuk ruang makan, langkah kami terhenti melihat seorang wanita usia 30-an dengan 2 pemuda sepantar dengan kami. Benar.

'Mami' Camill, Reefan dan Reza.

Aku benar-benar shock!

"Hai dik..," ucap Reefan ke arah kami.

Kami menjawab serentak dengan tatapan buang muka. Aku menghela nafas. Selera makan kami, tepatnya selera makanku rasanya sudah hilang ketika melihat wajah mereka bertiga. Lalu aku dan Amey duduk bersebelahan. Aku dan Amey sangat menyukai nasi soto dengan sambal, meski di meja makan ada ayam goreng, ikan gurame, dan sup ayam, kami tetap memilih hanya nasi soto dengan sambil. Kami mengambil sebagian nasi di piring yang ada di mangkuk besar dan menyendok soto di mangkuk besar bergantian untuk di migrasikan ke piring kami, lalu setelah aku dan Amey mengambil sambal, kami langsung meninggalkan mereka bertiga yang sudah memulai makannya duluan. Rencananya kami akan makan di taman, tapi...

"Rachel, Ameylia duduklah dan makan bersama kami," kata seorang perempuan, mami Camill.

Langkah kami terhenti akan suara itu. Rasanya mereka telah menyihir kami agar kami kaku dan tidak bisa melanjutkan langkah apalagi mengabaikan perkataan mami Camill.

Kemudian kami duduk. Satu bangku tersisa, bangku ayah, maksudku bangku papi. Kami pun menyendok nasi soto tersebut.

Sepi.

Lima menit berlalu. Hanya dentingan sendok-garpu dengan piring yang terdengar. Aku pun mulai bosan, sehingga aku kebablasan untuk berbicara duluan.

"Sotonya enak ya Mey?" tanyaku ke Amey tanpa mengalihkan pandangan ku dari piring.

"Iyalah, mami yang masak." jawab seseorang, suara lelaki, Reefan.

Rasanya mulutku telah berhenti mengunyah dan membuatku melongo. Langsung ku hentikan aktivitas makan ku begitu juga dengan amey. Kami minum segelas air putih yang tersedia di depan kami. Lalu kami beranjak pergi dari keheningan yang menusuk itu, tapi lagi-lagi langkah kami terhenti setelah sudah sampai di depan pintu.

"Bagaimana kabar kalian?" tanya Mami Camill.

Lalu kami berbalik dan menatapnya.
"Baik," jawab kami singkat.

"Saya ini mami kalian, seharusnya kalian tidak bersikap sedingin itu pada saya. Saya yakin kalian kenal saudara-saudara kalian. Rachel dulu sempat pacaran kan sama Reefan? Kalian saling mengenal jauh pastinya, kenapa tidak bertegur sapa sedikitpun?"

JLEBB!!

Astaga, kenapa dia mengungkit masalah itu?! Canggung!!

"Aku harus ke kamar mandi, maaf aku duluan," kataku meninggalkan mereka.

"Aku akan mencukur bulu ketiak ku, permisi." kata Amey blak-blakan lalu keluar menyusul ku.

Dari jauh, ku lihat Amey berlari kecil ke arahku, aku pun memperlambat jalan ku.

Bulu ketiak? Yang benar saja!

Kami berlari menuju arah kamar kami yang bersebelahan dan berkomunikasi lewat HP dengan LINE video-call membahas rasa sebal kami, dan aktivitas selanjutnya yang akan kami lakukan. Sore hari ini, kami akan berenang di lantai atas.

The Amnesia GirlHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin