Pagi ini sungguh Mijoo sudah cukup berkeringat, baru saja datang ke sekolah ia sudah harus mengambil buku-buku pelajaran teman-teman sekelasnya di ruang guru. Bukan karena ia pecundang, tapi terkadang menjadi anak yang terbilang pintar dan dikenal oleh guru itu melelahkan, belum lagi ia juga bersepeda dari rumah menuju sekolah. Bukan karena tak ada bus, tapi ia memang sangat suka dengan sepeda.
Kini Mijoo memeluk erat buku-buku yang ia bawa, dengan perlahan ia menyusuri lorong menuju kelasnya, belum lagi Mijoo harus menaiki tangga sebelum akhirnya Mijoo sampai di meja guru. Mijoo baru saja sampai pada anak tangga terakhir sebelum ia harus berjalan lagi melewati dua kelas tetangganya.
Bruuukkk ....
Mijoo merasakan perih dan ngilu pada lutut dan sikutnya, buku yang tadi ia bawa dengan hati-hati kini bertebaran di lorong ini. Semua siswa yang sedang berjalan atau bahkan yang sedang di dalam kelas berebut menghampiri sumber suara. Sungguh ini memalukan batin Mijoo, ia seolah bisa merasakan tatapan kasihan mereka kepadanya.
"Uhh~ apa itu mijoo?"
"Ya, kali ini dia korbannya."
"Bukankah sudah seminggu ini dia incarannya?"
"Benarkah? Kasihan sekali dia."
Semua bisikan anak-anak yang melihat Mijoo yang masih tersungkur di lantai semakin banyak terdengar, ini memang bukan kali pertama Mijoo dijahili oleh satu-satunya anak laki-laki paling nakal dan jahil disekolahnya. Jika dihitung ini sudah seminggu sejak Mijoo terus menerus diganggu hampir setiap hari, walau tak dapat ia pungkiri beberapa minggu kebelakang juga ia masih dijahili tapi tak sesering sekarang. Mijoo sudah mulai jengah.
Mijoo mengangkat kepalanya dan menatap si pelaku yang membuat lututnya terus berkedut ngilu. Menjengkelkan, dia malah tersenyum seolah tak terjadi apa-apa. Ingin sekali rasanya dia memukul hidung lelaki ini dan membuatnya pingsan kehabisan darah. Uhh~ namun sayang Mijoo gadis baik hati.
"Eoh! Mijoo-ya, tak apa?" Jiae teman sebangku Mijoo datang dengan wajah yang tegang, ia kemudian membantu Mijoo untuk berdiri dengan memegang bahu Mijoo.
"Yak! Oh Sehun!" Jiae nyaris saja berteriak sekeras yang ia bisa jika saja ia tak ingat mereka masih disekolah.
"Apa?" Jawab Sehun dengan wajah 'tak bersalahnya' tersenyum kearah Jiae dan berakhir dengan menatap Mijoo yang masih menatap Sehun geram.
"Apa katamu? Ini sudah keterlaluan Sehun, kau benar-benar sudah kelewatan. Lihat! Mijoo kesakitan dan kau hanya diam? Uhhh! Benar-benar!" Jiae memutar bola matanya jengah, "Ayo Mijoo, kita obati lukamu."
Jiae membawa pergi Mijoo menuju UKS dan membiarkan buku-buku yang tadi berserakan, berharap seseorang peduli dengan kelanjutan nasib buku teman-temannya.
Sehun masih terdiam berdiri hingga Mijoo dan Jiae menghilang menuruni tangga menuju UKS, tangan Sehun masih di saku celana seragamnya. Ia beralih memandang ujung sepatu sebelah kanan yang tadi ia pakai untuk menjegat kaki Mijoo. Menyesal? Entahlah. Kepala Sehun terangkat menyadari masih cukup banyak anak-anak yang memperhatikannya.
"Apa?!" Sentak Sehun yang sontak membuat setiap siswa yang masih memperhatikannya tergesa untuk segera lenyap dari pandangannya. Mereka seolah menciut jika itu berhubungan dengan seorang Oh Sehun, brandal jahil sekolah mereka.
"Aisshh~ benar-benar!" Sehun mendesah keras, ia mengacak rambut bagian belakangnya kasar lalu menendang salah satu buku malang yang entah milik siapa hingga buku itu melayang entah kemana lalu melangkah menuju kelasnya yang bersebelahan dengan kelas Mijoo. Entah kenapa, Sehun menyesal.
**
##next chapters is privated##
Cara baca chapter yg di private? Tinggal follow akun nyom ajasih qaqa, terus lanjut baca dehhh, mau di unfollow setelah baca? Feel free aja 😚😚😚😚😚😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling // osh
FanficLee Mijoo perempuan yang paling dipermasalahkan oleh Oh Sehun. ©nyom