%%special Chapter

656 74 0
                                    

"We'll be the lucky ones." – e)(o

---

Langkah kaki Mijoo sejak keluar dari kelas memang sudah terpacu begitu cepat dan kepalanya tertunduk hingga penglihatannya hanya terfokus pada jalan yang ia pijak. Bagaimana tidak? Indra pendengarannya seolah ingin meledak mendengar segala pertanyaan dari semua teman-teman sekelasnya yang jelas saja kaget dengan kabar bahwa nyatanya dia berkencan dengan seorang Oh Sehun, manusia terjahil di sekolah mereka.

Bagai sambaran kilat di siang hari, pernyataan Sehun saat jam istirahat di kantin tadi memang begitu mengejutkankan bahkan untuk Mijoo sendiri dan dengan cepat tersebar. Mijoo bahkan baru saja berniat untuk memberi tahu Jiae hari ini bahwa dia memang berkencan dengan Sehun, namun kesempatannya ternyata lebih dulu di ambil oleh Sehun, ia jadi merasa tak enak pada sahabatnya yang satu itu.

Tatapan setiap anak yang melihat Mijoo melewati mereka seolah berkata bahwa "Good luck Mijoo, kau baru saja berkencan dengan seorang Oh Sehun" oh ayolah, Mijoo merasa sangat tidak nyaman dengan tatapan mereka, bukan malu karena kenyataan bahwa dia berkencan dengan Sehun, namun tidak bisakah Sehun berbicara dengannya dulu sebelum bertingkah begitu konyol seperti di kantin tadi? Mijoo rasa dia ingin menyeret Sehun dan membuatnya bungkam saat itu juga, namun apa daya Mijoo.

Mijoo masih berjalan begitu tergesa, yang ada dipikirannya hanya sampai kamarnya secepat yang ia bisa. Jiae sudah terlebih dulu bergegas pulang, ia memiliki urusan bersama ibunya setalah sebelumnya mengatakan "Aku butuh penjelasanmu Mijoo, pegang terus handphone-mu nanti malam" dan Mijoo tahu ini akan terjadi.

Mijoo terhenti seketika sesaat setelah ia merasa kepalanya menabrak sesuatu, itu tak sakit namun cukup membuatnya terkejut. Ia mengangkat kepala dan fokusnya kembali menangkap seseorang yang jelas sangat ingin ia hindari setidaknya hingga esok tiba, Oh Sehun.

Sehun yang tangannya berada di saku celana, menatap Mijoo yang masih terbengong di hadapanya setelah beberapa detik sebelumnya kepala Mijoo menabrak tepat di bagian dadanya. Apa yang membuat Mijoo begitu tertunduk hingga tak menyadari bahwa Sehun sudah ada di hadapannya?

"Yak~ kau kemana saja? Haruskah aku terus berlari mencarimu? Aku juga lelah." Sehun menghembuskan nafasnya.

Mijoo kembali tertunduk dan memilih diam memainkan jari-jarinya gugup. Memangnya siapa yang menyuruhmu mencariku Sehun, batin Mijoo berkecamuk. Ada rasa belum siap jika harus terus berinteraksi dengan Sehun di sekolah, entahlah tapi Mijoo takut dengan ancaman dari para penggemar Sehun yang mungkin sekarang sedang mengatur rencana aneh untuknya walau sebenarnya belum ia alami.

"Hey, mengapa kau terus menunduk?"

Sehun sedikit membungkukan badannya dan mencoba menyatukan fokusnya pada milik Mijoo. Hingga membuat Mijoo mengangkat kepalanya dan membalas tatapan milik Sehun.

"Sehun ...," Mijoo menggigit bibir bawahnya ragu, "apa ini salah satu rencanamu untuk menjahiliku?"

"Apa maksudmu?" Dahi Sehun berkerut, tak mengerti dengan apa yang baru saja Mijoo ucapkan.

"Kau ..., mengajakku berkencan." Suara Mijoo mengecil, ia juga tak yakin dengan apa yang ia ucapkan, "maksudku, kau tahu bukan yang menyukaimu bahkan banyak yang lebih baik dari pada aku?"

"Jadi, kau pikir alasan aku mengajakmu berkencan itu?"

"Bukankah itu sangat jelas?"

Mereka kembali terdiam, hanya saling bertukar tatapan hingga Mijoo yang terlebih dahulu mengalihkannya dan bergelut dengan pikiran mereka masing-masing.

"Kau tak suka berkencan denganku?" Sehun memiringkan kepalanya mencoba menangkap kembali fokus Mijoo.

"Bukan itu maksudku, aku hanya takut dengan alasan dibaliknya."

"Kau hanya belum percaya padaku kan?" Tangan Sehun terulur dan mengusap puncak kepala Mijoo, "Biarkan aku membuktikannya."

Tatapan mereka kembali bertemu dalam diam. Sehun mengerti dengan apa yang Mijoo rasakan, jelas saja itu pasti terjadi setelah apa yang Sehun lakukan padanya. Namun sungguh Sehun berani bersumpah bukan itu alasannya.

"Apa aku harus mulai dari sekarang? Hingga kau merasa paling beruntung telah menerimaku?"

Sehun tersenyum sebelum akhirnya merangkul bahu Mijoo dan kembali membawanya berjalan menghabiskan sisa lorong hingga mereka benar-benar keluar dari gedung sekolah. Mijoo tersenyum kecil, mungkin Sehun benar ia hanya belum percaya pada dirinya. Semoga apa yang Mijoo takutnya benar-benar hanya ketakutannya saja.


/////

Falling // oshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang