12th

782 119 7
                                    

Siang ini, di taman yang cukup ramai dengan cuaca yang begitu cerah, Sehun masih menggenggam pergelangan tangan Mijoo dan membawanya menuju salah satu bangku taman didekat mereka dengan sebelah tangannya yang mendorong sepedah Mijoo.

Mijoo terdiam dan menurut saja dengan tindakan Sehun yang membawanya terus berjalan, seolah tidak peduli dengan luka di lututnya yang kembali terasa perih saat Mijoo semakin berjalan.

Mereka akhirnya sampai disalah satu bangku taman yang berada tepat di bawah pohon cukup rindang. Sehun melepas genggaman tangannya dan mengarahkan Mijoo untuk duduk lalu menyimpan sepedah Mijoo di samping tempat duduk.

"Diamlah di sini, aku akan segera kembali." Sehun menatap Mijoo sekilas lalu melangkahkan kakinya menjauhi Mijoo.

Mijoo masih saja terdiam dan hanya memperhatikan Sehun yang semakin menjauh dari pandangannya. Mijoo tak tahu Sehun akan kemana, tapi entah mengapa ia juga tak ada niatan untuk beranjak dari bangku ini, sebagian dari dirinya ingin menunggu Sehun hingga lelaki itu kembali.

Hembusan angin yang kembali terasa membuat Mijoo sedikit bergidik dingin sekaligus merasa segar. Entahlah ia tak mengerti, yang jelas Mijoo menyukai hembusan itu. Mijoo kembali melirik luka di lututnya, ada beberapa debu di sana yang bercampur dengan darahnya yang mulai mengering.

Tak lama Sehun kembali dengan satu kantung keresek putih di tangannya. Ia menaruh keresek itu di samping Mijoo dan berjongkok di hadapannya. Sehun membuka obat merah yang tadi ia beli, menuangkannya pada kapas lalu mengusapkannya pada luka di lutut Mijoo. Mijoo meringis merasakan perih dan membuat Sehun memperlambat gerakannya.

Mijoo memperhatikan setiap gerakan yang dibuat oleh Sehun, matanya tak henti menatap dan terpaku pada Sehun. Mijoo bisa merasakan semakin lama detak jantungnya semakin tidak beraturan.

"Selesai." Sehun menempelkan plester pada luka Mijoo, lalu mengalihkan pandangannya pada Mijoo.

"Terimakasih." Mijoo dengan cepat mengalihkan pandangannya kesembarang arah dan dengan kaku membetulkan anak rambutnya.

Sehun duduk di samping Mijoo, meraih kantung keresek yang tadi ia simpan di samping Mijoo dan mengeluarkan dua buah minuman kaleng dingin dari sana.

"Ini minumlah." Sehun memberikan salah satu minuman itu kepada Mijoo.

Mijoo menerima minuman itu, membukanya lalu meneguknya sekali, begitu pun dengan Sehun. Mereka masih terdiam, merasa sama-sama tidak tahu untuk memulai percakapan atau apapun itu. Menikmati semilir angin yang seolah semakin mendingin, membuat mereka ingin segera mencapai rumah masing-masing. Namun tidak, Sehun dan Mijoo masih bertahan terduduk diam di bangku taman ini, seolah menikmati.

"Kau sedang apa di taman ini?" Mijoo mengalihkan pandangannya ke arah Sehun, menghapus keheningan di antara mereka.

"Aku bosan di rumah, lalu berniat untuk bermain basket di sana." Sehun menunjuk sebuah lapangan yang memang sudah ada beberapa laki-laki yang seumuran dengan mereka tengah bermain bola basket.

"Lalu kenapa masih berdiam di sini?"

"Mood-ku hilang karena kau," Sehun memutar kepalanya kearah Mijoo, "Kau harus mentraktirku makan."

"Kenapa harus?

"Aku sudah mengobatimu dan kini mood bermain basketku hilang karenamu"

"Tapi aku tidak menyuruhmu mengobatiku."

Sehun menatap Mijoo, benar apa yang dikatakan Mijoo padanya, namun mana mungkin Sehun mengabaikan Mijoo yang terluka bukan? Sehun menghembuskan napasnya perlahan dan kembali mengalihkan pandangannya ke lapangan. Sebenarnya Sehun tidak tahan lama-lama menatap Mijoo, jantungnya tidak bisa berkerja normal jika itu terus dilakukan.

Mijoo juga ikut terdiam dan mengalihkan pandangannya pada ujung sepatu yang ia kenakan. Tak ada salahnya bukan berterima kasih pada Sehun? Itu yang sedari tadi ada dipikiran Mijoo, lagi pula ia juga sudah dibantu oleh Sehun tadi. Mijoo rasa permintaan Sehun atau lebih terdengar seperti ancaman tadi tak ada salahnya menurut Mijoo.

"Baiklah, ayo kita makan bersama." Mijoo berdiri dari duduknya dan memposisikan badannya menghadap Sehun.

"Sungguh?" Sehun mengangkat kepalanya dan menatap Mijoo yang berdiri dihadapannya.

Mijoo mengangguk lalu tersenyum kearah Sehun. Oh jangan tanya bagaimana keadaan Sehun saat ini, ia jelas saja senang dengan ajakan Mijoo. Bagaimana tidak? Ini kali pertama Sehun akan makan dengan Mijoo, bahkan saat ini ia sudah benar-benar lupa dengan rasa ingin bermain basketnya.

"Apa kau baru saja mengajakku berkencan Mijoo?"

Sehun tersenyum lebar dan beranjak dari duduknya lalu mengejar Mijoo yang sudah mulai berjalan dengan sepedah. Dalam pikiran Sehun ada satu hal yang baru saja terlintas, apa Mijoo juga menyukainya? Satu hal yang belum bisa Sehun pastikan, yang jelas hari ini pasti akan menyenangkan.    

***


Falling // oshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang