14th

784 114 28
                                    

Pagi ini kelas Mijoo dan Jiae mendapat giliran jadwal berolahraga di lapangan sekolah yang beralaskan tembok rapih. Di lapangan ini ada dua buah ring bola basket dan trek untuk berlari jarak pendek dengan alas kecokelatan dan bergaris-garis putih. Pagi ini cukup cerah dengan langit biru dan cahaya matahari yang hangat.

Mijoo dan teman-teman satu kelasnya kini sedang meregangkan beberapa otot bagian tangan dengan dipandu oleh salah satu teman sekelas mereka. Lelaki itu, teman sekelas Mijoo yang menjadi pemandu pemanasan kelasnya bernama Byun Baekhyun. Lelaki yang bisa dibilang mungil ini memang menjadi salah satu seksi olahraga di kelas mereka, namun jangan salah, walau mungil Baekhyun adalah salah satu pelari hebat di sekolah mereka.

Materi hari ini adalah permainan bola besar, dan permainan bola basketlah yang akan mereka pelajari. Pak Song menyampaikan beberapa peraturan dan kata pengantar materi yang akan mereka lakukan untuk pelajaran hari ini bersamanya, mulai dari pengertian dasar hingga berapa point nilai yang akan mereka peroleh jika melakukan tes akhir dengan benar.

Seluruh anak-anak kelas Mijoo berhamburan ke tengah lapangan dan mulai memantulkan bola berwarna orange dengan garis-garis hitam di sekelilingnya. Pelajaran olahraga mereka dimulai dan Pak Song memberi sedikit contoh sebelum akhirnya satu persatu dari mereka melakukan hal yang sama.

Satu pandangan selalu tertuju pada Mijoo yang kini mendapat giliran untuk melakukan shoot, memperhatikan setiap gerakan yang dibuat oleh Mijoo bahkan mungkin helaian rambut Mijoo yang bergerak tertiup angin pun ia bisa tahu, matanya hanya untuk Mijoo saat ini.

Sehun sudah berada di atap sekolah saat ini, membolos jam pelajaran pertama dan sesekali meneguk minuman botolnya dengan pandangan yang hanya terarah untuk Mijoo. Sebenarnya bukan membolos, tapi tadi kelas Sehun di beri tugas untuk berpindah ke ruang musik dan mulai mempraktikan hasil materi minggu lalu, namun siapapun pasti tahu jika Sehun selalu mengikuti apa yang mood-nya mau.

Hembusan angin menerbangkan helaian rambut Sehun yang kecokelatan, ia meneguk kembali minuman botolnya dan tersenyum kecil saat melihat Mijoo dengan lucunya mengeluh karena bola yang ia lempar tidak sukses melewati ring. Sehun tertegun, desiran aneh terjadi pada tubuhnya dan kini ia merasa ngilu pada bagian dada hingga bahunya.

Kembali terlintas dalam ingatan Sehun tentang kejadian setelah mereka makan bersama. Tak pernah sekalipun dalam benak Sehun ia akan dengan beraninya mencium Mijoo kala hujan siang itu. Aneh, saat bersama Mijoo, Sehun rasa dia tidak bisa mengendalikan badannya sendiri.

Degupan jantungnya kembali tidak terkendali, Sehun seketika meneguk minumannya hingga habis tidak tersisa, mengapa suasananya memanas? Sehun menggelengkan kepalanya kuat, mencoba menghapus bayangan yang terlintas di benaknya. Kini Sehun melangkahkan kakinya menjauh dari tempat yang sedari tadi ia pakai untuk memperhatikan Mijoo, kembali ke ruang musik.

Bulir keringat membasahi anak rambut di dahi Mijoo, pelajaran olahraga baru saja selesai dan kini ia juga beberapa temannya termasuk Jiae sedang berjalan menuju toilet perempuan untuk berganti pakaian.

Mijoo selesai dengan kegiatannya berganti pakaian, kini ia sedang berdiri menghadap sebuah cermin besar dengan washtafel di depannya. Mijoo membasuh mukanya dengan air yang terasa menyegarkan di permukaan wajahnya. Matanya menatap wajahnya yang terpantul di cermin, memperhatikan lekukan indah berwarna kemerahan.

Seketika kedua pipinya terasa memanas dan detak jantungnya tak karuan, Mijoo mengingat kembali kejadiannya saat bersama dengan Sehun yang membuatnya tidak bisa tidur malam itu.

"Kau kenapa? Kau sakit Mijoo? Wajahmu terlihat memerah?" Jiae memperhatikan Mijoo yang berada di sampingnya.

"Ti-tidak, aku baik-baik saja." Mijoo tersenyum canggung kepada Jiae lewat pantulan wajah mereka di cermin.

Namun Jiae seolah tidak puas dengan jawaban yang di berikan oleh Mijoo, ia mengerutkan dahinya dan menatap Mijoo aneh. Jiae rasa ada yang di sembunyikan oleh Mijoo. Jiae mengedikkan bahunya, menyerah dengan tidak adanya respon yang di berikan oleh Mijoo.

Mijoo dan temannya yang lain kini sudah ada di dalam kelas, merapihkan pakaian mereka yang sudah selesai dipakai dan menunggu hingga deringan bel penunjuk jam istirahat berbunyi. Pelajaran Pak Song memang hingga jam istirahat tiba, namun anehnya Pak Song mengakhiri jam pelajarannya lebih awal, entahlah yang jelas itu menyenangkan untuk semua anak-anak kelas Mijoo.

Bel tanda jam istirahat baru saja berbunyi dan hampir semua anak-anak di kelas Mijoo satu persatu mulai keluar kelas. Begitupun dengan Mijoo dan Jiae, mereka sudah mulai melangkahkan kaki mereka keluar kelas. Namun baru satu langkah Mijoo dan Jiae berada di depan pintu kelas mereka, satu tangan menggapai pergelangan tangan Mijoo dan menariknya menjauh dari Jiae yang kaget dengan hal tersebut.

"Yak! Oh Sehun, mau kau bawa kemana Mijoo?"

"Aku pinjam sebentar."

Jiae mencoba mengejar Sehun yang membawa Mijoo entah kemana itu, namun gagal, mengapa langkah Sehun begitu cepat? Jiae mendengus sebal dan menghentakan kakinya keras ke atas lantai yang kini ia pijak, semoga Mijoo akan baik-baik saja batin Jiae.

Sehun membawa Mijoo menaiki tangga menuju atap sekolah, genggaman tangannya masih berada di pergelangan tangan Mijoo dan ia bisa merasakan Mijoo tidak memberontak sama sekali. Bagaimana Mijoo bisa berontak? Bahkan cengkraman tangan Sehun cukup kuat di pergelangannya, yang ada dia hanya akan mendapat rasa sakit nantinya.

Sehun melepas genggamannya, membiarkan Mijoo berdiri mematung di sana. Sehun melangkahkan kakinya ke tepian pembatas atap sekolah yang terbuat dari tembok-tembok kuat setinggi pinggang Sehun, menaikinya lalu berdiri di atas sana. Mijoo membulatkan matanya, sebenarnya apa yang akan di lakukan Sehun di atas sana?

"Yak! Apa yang akan kau lakukan Sehun? Turun!"

"Diamlah dan dengarkan."

Sehun menatap Mijoo yang kini juga menatapnya, hembusan angin menerbangkan anak rambut mereka masing-masing. Sehun masih terdiam, ia masih harus menyesuaikan degupan jantungnya yang begitu berdebar.

"Lee Mijoo ...." Sehun menghela napasnya, "Kau tahu aku menyukaimu kan? Jadilah kekasihku."

Mijoo mengerjapkan kelopak matanya cepat, sebenarnya apa ini? Mijoo masih tak mengerti. Apa Sehun baru saja menyatakan perasaannya?

"Yak! Jika kau bilang tidak, aku akan segera melompat dari sini." Sehun mengangkat satu kakinya dan mengarahkannya melayang-layang.

"Aish! Benar-benar." Mijoo berbisik pada dirinya sendiri, dalam dirinya kini seolah sedang ada peperangan antara ya dan tidak.

"Cepatlah, atau aku akan melompat ...." Sehun kembali melayangkan kakinya, "Satu ..., dua ...." Sehun semakin mencondongkan badannya.

Mijoo masih bingung, tapi bukankah Sehun tidak pernah main-main dengan ucapannya? Bagaimana ini? Mijoo menggigit bibir bawahnya kalut. Namun tiba-tiba ia melihat Sehun yang seolah kehilangan keseimbangannya dan ....

"Baiklah!" Seketika Mijoo berteriak dan menutup matanya ngeri.

Sehun tersenyum penuh kemenangan, tidak sia-sia ia melatih keseimbangannya dengan mengikuti kelompok skateboard bersama teman-temannya. Mijoo perlahan membuka matanya dan apa yang ia temukan? Sehun masih berdiri dengan kedua tangannya yang berada di saku celana juga senyuman, yang yah~ manis sekaligus menjengkelkan.

"Tidak bisakah kau turun dari sana Sehun? Itu mengerikan." Mijoo memegang dadanya yang berdetak tak karuan, bagaimana bisa Sehun betah berlama-lama di sana?

Sehun turun dari tembok pembatas dengan sekali lompatan, kini ia melangkah dengan cepat ke arah Mijoo dan seketika memeluk Mijoo yang masih terdiam. Sehun tersenyum lebar, tidak sia-sia ia memikirkan rencana ini selama pelajaran musik tadi.

"Kau milikku Lee Mijoo." Bisik Sehun tepat di telinga Mijoo.

Mijoo masih membeku di dalam dekapan Sehun, ada sebagian dalam dirinya ikut senang mendengar kata-kata terakhir yang diucapkan Sehun barusan dan sialnya degup jantungnya tidak bisa berbohong. Mijoo rasa ini konyol, bagaimana bisa pernyataan cinta yang ia dapat seaneh ini? Lagipula barusan itu pernyataan atau ancaman? Entahlah, yang jelas Mijoo belum tahu apa yang akan terjadi padanya mulai detik ini, setelah ia resmi menjadi kekasih seorang Oh Sehun, ya bisa dibilang begitu.

***



Falling // oshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang