Jam pelajaran hari ini yang seharusnya Mijoo dan Jiae habiskan di kelasnya terpaksa harus mereka habiskan di dalam perpustakaan yang cukup ramai, karena hampir semua anak kelasnya berhamburan datang kemari. Ibu Han, yang harusnya mengajar di kelas mereka berhalangan masuk dan akhirnya mereka diperintahkan untuk mencari bahan tentang materi hari ini hingga jam pelajarannya berakhir.
Mijoo dan Jiae sudah duduk di salah satu tempat baca yang berdekatan dengan sumber cahaya dari kaca-kaca tak tembus pandang. Mereka sudah berkumpul dengan buku-buku yang mereka rasa berhubungan dengan materi hari ini. Bosan, terlihat jelas pada wajah Mijoo dan Jiae saat ini. Mereka sudah mencatat beberapa hal penting sedari tadi.
"Jiae." Mijoo menaruh balpoinnya dan menatap kearah Jiae.
"Apa?" Jiae masih asik dengan catatannya.
"Ada yang ingin aku katakan." Mijoo menahan kepalanya dengan sebelah tangan.
"Katakanlah." Jiae mulai memandang Mijoo
Ada rasa ragu menghampiri Mijoo, pasalnya ia tidak ingin seolah terlalu percaya diri dengan apa yang ia rasakan saat ini. Sehun menyukainya, ia rasa begitu dengan segala bukti yang ia alami sendiri. Namun, tidakkah itu terlalu terburu-buru? Dengan awal yang semua anak-anak tahu bahwa Sehun membuatnya seperti buruan dan sekarang dia menyukainya? Mijoo rasa itu aneh, atau dia memang tidak mengerti.
"Oh Sehun ...." Mijoo menggigit bibir bawahnya.
"Oh Sehun kenapa?"
"Dia bilang menyukaiku."
"Kau serius?!" Jiae hampir saja berteriak keras, ia membulatkan matanya dan menutup mulutnya sendiri.
"Aishh~ kau berlebihan."
"Yak, Lee Mijoo kau tak bercandakan?"
"Eoh," Mijoo menaruh kepalanya di atas meja.
"Kapan? Dimana dia menyatakannya?" Jiae bersemangat.
"Akhir pekan kemarin, di depan rumahku."
"Bahkan dia datang ke rumahmu? Uwaahh~ ini benar-benar berita hebat Mijoo." Jiae mengangkat tangannya membentuk lingkaran yang menurutnya besar, "Si anak jahil dan si anak baik bersatu." Jiae menautkan tangannya sendiri.
"Yak, kita tidak akan bersatu Jiae." Mijoo megangkat kepalanya dan mengerucutkan bibir.
"Apa kau merasakan sesuatu saat dia mengatakan itu?"
"Tidak ...," Mijoo menggelengkan kepalanya, "tapi, aku terus teringat akan hal itu."
"Tentu saja Mijoo-ya ...," Jiae tersenyum lebar, "Apa kau berdetak tak karuan saat di dekatnya?"
Mijoo terdiam, ia bingung harus menjawab iya atau tidak sedangkan pada kenyataannya ia begitu tidak bisa mengendalikan detakan jantungnya saat dia berada dekat dengan Sehun.
"Aku tahu kau juga menyukainya Mijoo." Jiae tersenyum lebar setelah melihat reaksi temannya yang kini hanya diam, ia tahu Mijoo juga sudah mulai ada rasa terhadap Oh Sehun, laki-laki yang dulu sering mengganggunya.
Jam istirahat baru saja dimulai, kini semua anak-anak yang berada di perpustakaan berhamburan keluar dan sebagian besar dari mereka segera menuju kantin. Begitupun dengan Mijoo dan Jiae mereka kini juga sedang berjalan menuju kantin sekolah mereka.
Jiae dan Mijoo sudah duduk disalah satu bangku di kantin dengan makanan yang sudah ada di hadapan mereka. Jiae menyantap makanannya dengan semangat sedangkan Mijoo sesekali lebih tertarik melihat ke jendela yang berada tepat di sisi kanan mereka, memandang ke arah lapangan. Di sana, di lapangan yang kini menyita perhatian Mijoo sudah ada Sehun dan beberapa temannya yang sedang bermain bola basket.
Mijoo memperhatikan setiap gerakan yang dibuat oleh Sehun, kemeja seragam yang Sehun pakai sengaja ia buka hingga menampilkan kaus putih dengan sedikit tulisan di sana. Mijoo kembali teringat dengan kejadian di malam akhir pekan dan kejadian di bus saat akan berangkat sekolah. Seketika jantungnya berdetak tak karuan, hingga membuatnya dengan cepat mengalihkan pandangannya kembali pada makanan.
"Aku tahu kau menyukainya, Lee Mijoo."
Jiae yang sedari tadi memperhatikan Mijoo tersenyum lebar, ia tahu Mijoo sudah mulai suka pada seseorang di luar sana, Oh Sehun.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling // osh
FanfictionLee Mijoo perempuan yang paling dipermasalahkan oleh Oh Sehun. ©nyom