Siang hari di hari minggu ini begitu cerah, bahkan awan-awan yang biasanya menggelayut manja di atas sana tak nampak ada hingga membuat matahari tidak ragu untuk memancarkan cahaya hangatnya. Namun entah kenapa hembusan angin yang dingin masih saja terasa di telapak tangan, sepanjang kaki dan wajah Mijoo yang tak terbungkus apapun. Menyesal dengan tindakannya yang hanya memakai celana pendek.
Mijoo masih terus mengayuh sepedahnya menyusuri jalanan beraspal di sepanjang pinggiran sungai yang selalu ramai menurutnya, tempat ini memang memiliki taman-taman yang begitu terawat. Matanya sesekali melihat-lihat ke sekeliling jalan yang ia lewati, cukup banyak keluarga bahkan pasangan yang sedang menikmati waktu bersama mereka.
Mijoo merasa bosan menghabiskan hari minggunya hanya berdiam diri di dalam kamar, sudah banyak lagu yang ia putar hingga menari-nari tak karuan. Jadi, siang ini ia memutuskan untuk bersepedah setelah sebelumnya berpamitan kepada kedua orangtuanya yang terakhir kali ia lihat mereka masih saling merangkul di depan televisi.
Saat sedang dengan asiknya mengayuh sepedah dan melihat ke sekeliling, Mijoo tidak menyadari bahwa di depannya sudah ada anak kecil yang berusia sekitar dua tahun sedang berjongkok dengan bola di kedua tangannya tepat di tengah-tengah jalan yang kini akan dilalui oleh Mijoo, dan saat Mijoo mengalihkan pandangannya ke depan ia begitu terperanjat karena jarak antara sepedahnya dengan anak kecil tadi sudah semakin dekat hingga membuatnya membelokan sepedahnya ke sembarang arah.
Bruuukk ....
Sekali lagi Mijoo merasakan perih di lutut dan telapak tangannya, juga tak lupa dengan pahanya yang berdenyut sakit. Ia merintih pelan, kemudian mengusap lututnya yang berdarah. Uuhh~ itu tempat yang sama seperti luka yang Sehun buat beberapa waktu lalu.
"Kau tak apa-apa?"
Mijoo mengangkat kepalanya dan menemukan si sumber suara, dahinya mengkerut sepersekian detik setelah menemukan sosok itu. Oh Sehun? Mengapa kini dia ada di hadapan Mijoo? berjongkok dan seolah sangat kaget dengan keadaan Mijoo saat ini. Mijoo masih terdiam, masih belum mengerti dengan kehadiran Sehun saat ini hingga suara tangisan anak kecil menyadarkan Mijoo dari ke tidak mengertiannya.
"Oh Sehun, cepat tenangkan dia." Mijoo mengarahkan telunjuknya pada anak kecil yang kini terduduk tak jauh dari mereka.
Sehun tanpa aba-aba langsung mendekat ke arah dimana anak kecil tadi terduduk, ia menggendong anak itu dan mencoba membuatnya tenang. Sedangkan Mijoo masih berusaha berdiri dengan menahan rasa perih di lututnya mengabaikan sepedah biru kesayangannya yang masih tergeletak tak berdaya.
Mijoo dengan cepat menghampiri Sehun yang sedang menggendong anak kecil tadi, memperhatikan mereka sebentar lalu mencoba ikut menenangkan anak kecil itu seperti apa yang sedang Sehun lakukan.
"Yak, apa kau menabraknya?" Sehun memandang Mijoo yang kini ada disebelahnya.
"Tentu tidak, kurasa dia terkejut karena aku jatuh di hadapannya saat akan menghindar."
"Lalu dimana orangtua anak ini?" Sehun menatap anak kecil yang ada dipangkuannya, "yak, berhentilah menangis, kumohon ...." Sehun memeluk anak kecil itu.
Mijoo memperhatikan Sehun, Mijoo merasa menemukan kembali salah satu sisi lain dari seorang Oh Sehun yang kebanyakan orang ketahui. Tanpa disadari kini Mijoo tersenyum kecil mellihat apa yang sedang dilakukan oleh Sehun.
"Oh anakku."
Sehun dan Mijoo sontak mengalihkan pandangannya pada seorang perempuan berbaju biru yang mereka rasa sudah berkepala tiga. Perempuan itu mendekat dan mengambil alih anak kecil tadi dari pangkuan Sehun.
"Oh, selamat siang." Mijoo membungkuk dan menarik jaket varsity baseball milik Sehun, memberinya kode untuk ikut membungkuk. Perempuan itu membalasnya dengan senyum hangat.
"Maafkan saya sudah membuat anak Ibu menangis. Sepertinya dia mengejar bolanya dan terdiam di tengah jalan ini, saya rasa dia terkejut karena saya jatuh tepat di hadapannya."
"Kau terjatuh? Apa kau terluka?" Perempuan tadi nampak terkejut.
"Ah, hanya luka kecil." Mijoo tersenyum.
"Maafkan aku, aku harus mengurus dulu kakaknya dan dia kutinggalkan sendiri tadi, apa benar kau tidak apa-apa?"
"Tentu, aku tidak apa-apa."
"Sekali lagi maafkan aku, kalau begitu kami permisi." Perempuan tadi sedikit membungkukan badannya dan melangkah menjauh dari sana, yang di balas bungkukan oleh Mijoo.
Sehun dan Mijoo masih terdiam memperhatikan perempuan tadi yang semakin jauh dari pandangan mereka. Hingga Mijoo tersadar dengan rasa perih yang kembali terasa dari lututnya. Ia merintih kecil lalu menundukkan kepalanya melihat luka di lututnya.
Sehun menyadari itu, ia melirik sebentar ke arah luka Mijoo lalu dengan cepat ia berjalan ke arah sepedah Mijoo yang masih tergeletak, membawanya berdiri lalu menggapai tangan Mijoo. Entah kemana yang jelas Sehun tak suka dengan rintihan sakit yang Mijoo keluarkan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling // osh
FanfictionLee Mijoo perempuan yang paling dipermasalahkan oleh Oh Sehun. ©nyom