16th

738 111 24
                                    

Hembusan angin menerpa dengan tiba-tiba wajah Mijoo yang baru saja menginjakkan kakinya di atap sekolah siang ini. Tangannya masih berada di genggaman Sehun, entah mengapa Mijoo tak pernah menolak saat Sehun menggenggam pergelangan tangannya lalu menarik Mijoo kemana pun Sehun mau.

Mijoo masih belum tahu untuk apa sebenarnya Sehun membawanya kemari, ia hanya mengikuti kemana saja Sehun membawanya. Satu hentakan dari kaki Sehun seketika membuat mereka terhenti berjalan, membuat keheningan diantara mereka. Sehun memutar tubuhnya menghadap Mijoo dan terdiam, menatap Mijoo.

"Kau mau apa membawaku kemari?" Mijoo membalas tatapan Sehun yang ada dihadapannya.

"Menemui anak-anakku."

"Huh?"

Mijoo megerutkan dahinya bingung, anak-anak Sehun? Apa maksudnya ini? Sehun tersenyum melihat reaksi yang Mijoo berikan, mengapa Mijoo mudah sekali membuat Sehun tersenyum? Tangannya kembali meraih pergelangan tangan Mijoo dan melangkah ke tempat di mana 'anak-anaknya' berada.

Mijoo bisa merasakan perlahan genggaman ditangannya melonggar, lalu Sehun menatapnya kembali. Di hadapan mereka kini sudah ada tiga buat pot bunga dengan pohon kaktus yang terlihat berbeda jenis di setiap pot. Jadi, apa ini yang disebut 'anak-anaknya' oleh Sehun? Mijoo menatap Sehun mencoba meminta penjelasan.

"Lihatlah, ini anak-anakku." Sehun berjongkok dihadapan ketiga pot bunga miliknya, tersenyum kecil seolah bangga melihat ketiga tanaman itu tumbuh cukup besar sekarang.

Mijoo menatap puncak kepala Sehun yang berjongkok di sampingnya tak percaya, bagaimana bisa seorang Oh Sehun begitu konyol saat ini? Dia memanggil ketiga tanamannya anak-anak? Heol~.

"Ah, kau tunggu sebentar di sini, aku akan mengambil air untuk mereka."

Sehun meninggalkan Mijoo yang masih menatapnya tak percaya, membuatnya masih terdiam dan mematung di hadapan ketiga pot bunga milik Sehun. Mijoo memperhatikan satu persatu tumbuhan itu, mereka terlihat begitu segar. Mata Mijoo menangkap secarik kertas tertempel di setiap bagian depan pot bunga. Ia berjongkok mencoba semakin memfokuskan penglihatannya. Apa maksud dari angka-angka yang tertulis di kertas itu?

"Apa yang kau lihat?" Sehun datang dengan satu ember air ditangannya, berjongkok di samping Mijoo lalu mengikuti arah pandang Mijoo.

"Ini," Mijoo menunjuk kertas yang sedari tadi menjadi perhatiannya, "apa maksudnya?"

"Itu tanggal lahir mereka." Sehun tersenyum ke arah Mijoo.

"Heol, Kau aneh Oh Sehun." Mijoo menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

Sehun tertawa kecil mendapat jawaban dari Mijoo, ia adalah orang ketiga yang menyebutnya aneh hanya karena tanaman ini, sebelumnya Kyungsoo dan Chanyeol juga menyebutnya aneh saat ia memperlihatkan ketiga 'anak-anaknya' ini. Memang apa salahnya jika Sehun menanam bunga ini?

"Apa menanam bunga begitu terdengar aneh?"

Sehun mengambil air dari ember yang tadi ia bawa dengan kedua tangannya, lalu menyiram salah satu tanamannya. Mijoo masih memperhatikan setiap gerakan yang Sehun buat, dalam benaknya terlintas bahwa nyatanya Sehun terlihat begitu perhatian saat ini.

Mijoo yang sedari tadi hanya memperhatikan, seolah tertarik akan kegiatan yang Sehun lakukan akhirnya mengikuti apa yang kini masih dilakukannya, menyiram bunga dengan kedua tangan. Sehun sontak mengalihkan perhatiannya pada Mijoo lalu tersenyum menyadari bahwa Mijoo terlihat senang saat tangannya menyentuh air.

Satu cipratan air mengenai bagian pipi Mijoo, disusul dengan makin banyaknya buliran air yang menerpa wajahnya. Sontak Mijoo menutup wajahnya dengan kedua tangan dan mencoba menggeser posisinya menjauh dari Sehun yang terus menerus melempar buliran air ke arahnya.

"Yak, hentikan Sehun."

Sehun seperti tidak mendengar, ia masih asyik terus menyipratkan air pada Mijoo. Sehun tertawa, mengapa hanya karena air bisa begitu menyenangkan? Mijoo mulai mempercepat langkahnya menjauhi Sehun yang terus mengikuti dengan buliran air yang ia lemparkan, oh ayolah, Mijoo masih ada pelajaran setelah ini.

"Sehun hentikan! Kumohon, rambutku sudah basah."

Mijoo berhenti berlari dan menatap Sehun yang beberapa langkah ada di hadapannya, mencoba memberinya tatapan memohon andalan Mijoo. Ia bisa melihat Sehun masih tersenyum lebar dengan ember yang masih ia bawa.

"Baiklah."

Sehun menaruh ember yang sedari tadi ia bawa lalu mengusapkan telapak tangannya sembarangan pada jas seragam. Sehun kembali tersenyum ke arah Mijoo yang kini sedang sibuk mengusap-usap rambutnya, lalu melangkahkan kakinya mendekat pada Mijoo.

"Maafkan aku." Sehun sedikit membungkuk, mencoba menyamakan tatapannya pada mata Mijoo. Tangan Sehun terulur ikut mengusap bagian rambut Mijoo yang basah karena ulahnya.

"Ini tidak lucu Sehun, aku masih ada pelajaran setelah ini." Mijoo menatap Sehun jengkel.

Sehun kembali tersenyum memperlihatkan deretan giginya lalu mengusap bagian pipi Mijoo yang masih berair. Tidak bisakah waktu berhenti sebentar saja agar Sehun bisa terus seperti ini bersama Mijoo? Sehun sungguh ingin berlama-lama bersamanya. Jangan tanya bagaimana keadaan Mijoo saat ini, jelas dia tidak bisa mengatur detak jantungnya.

"Ayo kembali ke kelas."

Sehun merangkul pundak Mijoo dan membawanya melangkah pergi dari atap sekolah. Mijoo kembali tersentak dengan apa yang Sehun lakukan saat ini, detak jantungnya semakin tidak beraturan. Ia bisa menghirup aroma Sehun dan merasakan tangan Sehun di pundaknya begitu hangat. Siapapun bisa tolong Mijoo sekarang juga untuk menghilang dari rangkulan Sehun? Mijoo hanya takut jantung yang ia miliki tidak mampu menahan detaknya.

"Bagaimana jika minggu ini kita pergi berkencan?"


**




ini apa lagi plizzz hmz

btw nyom gak ngerti harus akhirin cerita ini kayak gimana, hmz

bhay.

Falling // oshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang