4th

1.2K 162 17
                                    

Matahari sudah mulai beranjak menuju tempat persembunyiannya, jam sudah menunjukan pukul tiga sore dan ini waktunya sekolah Mijoo pulang. Mijoo sedang memasukkan semua peralatan yang sudah ia pakai untuk mata pelajaran terakhir tadi. Entah kenapa Mijoo rasanya ingin sekali memperlambat pergerakannya untuk mengemas peralatannya, ia ingin menghindari Oh Sehun. Mijoo masih sangat belum siap jika harus dijahili lagi olehnya, belum kering luka dilutut Mijoo haruskah dia mendapat luka lagi?

"Mijoo, ayo pulang. Sekolah sudah mulai sepi." Jiae sudah berdiri diambang pintu kelas mereka dengan tangan yang berada disaku rompi sekolahnya.

Mijoo berjalan menuju dimana Jiae berdiri. Sebenarnya ia masih sedikit ragu jika harus pulang sekarang, namun jika dia harus terus diam disekolah itu malah lebih menyeramkan. Belum lagi banyak desas-desus beredar kalau sekolah mereka memang cukup menyeramkan jika hari sudah mulai gelap.

Jiae menarik pergelangan tangan Mijoo untuk mempercepat langkah mereka. Saat akan menuruni tangga tak sengaja mereka melihat Park Chanyeol, kakak kelas mereka sekaligus salah satu teman dekat Sehun, sontak itu membuat Mijoo menarik kembali Jiae untuk bersembunyi.

"Yak! Apa yang kau lakukan Mijoo?" Jiae membulatkan matanya tak habis pikir dengan apa yang barusan sahabatnya ini lakukan.

"ssttt~ diamlah sebentar." Mijoo meletakkan telunjuknya tepat didepan bibirnya dan kembali memeriksa jika saja Chanyeol sudah tidak ada.

"Sebenarnya ada apa? Kau suka pada Chanyeol seonbae?" Jiae mengerutkan keningnya.

"Aku hanya tak mau bertemu Oh Sehun."

"Lalu, apa hubungannya dengan Chanyeol seonbae?"

"Bukankah mereka teman dekat?" Mijoo menatap Jiae.

"Mereka hanya berteman, bukan pasangan Mijoo. Heol~"

Jiae memutar bola matanya jengah. Lalu kembali menarik pergelangan tangan Mijoo, menuruni anak tangga dan menuju tempat penyimpanan sepeda. Sampai di tempat penyimpanan sepeda Mijoo bernapas lega karena sampai sini ia tidak melihat tanda-tanda adanya Sehun.

Jiae dan Mijoo berjalan menuju gerbang dengan Mijoo yang mendorong sepedanya, sayangnya mereka pulang berlainan arah dan Jiae harus menunggu sekitar beberapa menit untuk giliran busnya. Mijoo melambaikan tangannya saat dia dan Jiae sudah berada diluar gerbang dan harus segera menuju arah masing-masing.

Mijoo mulai menaiki sepedanya dan mengayuh santai pedal dikakinya. Perasaannya sudah benar-benar tenang sekarang, ia sudah sangat yakin bahwa Sehun pasti sudah berada dirumahnya saat ini. Mijoo tersenyum dan menikmati hembusan angin sore hari disepanjang jalan menuju rumahnya.

Mijoo baru saja membelokan sepedanya menuju salah satu jalan yang harus ia lewati untuk sampai kerumahnya, jalan ini melewati taman dengan pohon-pohon yang cukup rindang. Taman ini sudah mulai sepi, hanya tinggal sebagian anak kecil yang masih asyik bermain disana.

Baru saja Mijoo memasuki kawasan taman ini, perasaan tenangnya sudah benar-benar hilang. Beberapa meter dihadapannya sudah berdiri seseorang yang sangat ia hindari sejak pulang sekolah tadi. Bagaimana bisa dia ada disini? Mijoo seketika berhenti mengayuh sepedanya dan hanya memandang lurus kearah Sehun, memundurkan sepedanya dan mengatur jarak yang menurutnya aman.

"Lee Mijoo, kemarilah!" Sehun harus sedikit mengeraskan suaranya jika ingin Mijoo mendengar perkataannya dengan jelas, jarak mereka cukup jauh.

Mijoo terdiam. Entah harus apa yang dia lakukan saat ini, yang ada dipikirannya hanya rumah, ibunya dan air minum, tenggorokannya seketika mengering saat dia melihat Sehun sudah ada dihadapannya.

"Yak! Cepatlah! Atau kau mau aku yang mendatangimu?" Sehun melangkahkan kakinya.

Mijoo melebarkan matanya, ia bingung apa yang harus di lakukannya saat ini. Satu hal, ia harus melarikan diri. Jika harus memutar kembali sepedanya ia hanya akan menjauhi rumahnya, namun jika terus kedepan disana sudah jelas ada Sehun, ini benar-benar membingungkan. Mijoo terdiam hingga Sehun semakin mendekat kearahnya.

Tanpa pikir panjang, Mijoo menginjak pedal dan mengayuh sepedanya sekencang yang ia bisa kearah Sehun, ia bukan ingin menabrak Sehun dan membuat luka dilututunya seperti apa yang Sehun lakukan padanya, dia hanya ingin pulang itu jalan satu-satunya menuju rumah Mijoo.

"Yak! Yak! Berhenti! Atau aku akan ...." Tangan Sehun sudah berada didepan badannya, dia mencoba membuat pertahanan jika memang sepeda Mijoo menabraknya.

"Yaaaakkkk!!" Mijoo terus mengayuh sepedanya sekencang mungkin dan berharap ia bisa lolos dari Sehun.

Brukkkk..

Mijoo berhasil lolos dan terus mengayuh sepeda menuju rumahnya, namun malangnya Sehun terjatuh. Ia terjatuh bukan karena Mijoo menabraknya tetapi saat ia mencoba menghindar kaki Sehun tersandung pembatas jalan ditaman itu.

"Yak! Mati kau Lee Mijoo! Aish~ benar-benar." Sehun berdiri dan menepuk-nepuk pantatnya yang terasa sakit lalu kembali menatap Mijoo yang kini hilang di ujung jalan taman ini.

Mijoo terus mengayuh sepedanya dan berakhir tepat dihalaman rumahnya. Paru-parunya seolah mengecil dan ia kesulitan bernafas. Mijoo cepat-cepat membuka pintu rumahnya dan berlari menuju dapur. Ibunya yang tengah mencuci sayuran untuk makan malam terlonjak kaget hingga cipratan air membasahi apronnya. Mijoo menyambar segelas air minum di atas meja makan, meneguknya cepat dan menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat duduk.

"aishh~ Mijoo-ya ada apa?" Ibu Mijoo memperhatikan anaknya.

"Ibu, hari ini jalanan pulang semakin berbahaya, kurasa aku akan gila."

Mijoo menaruh kepalanya keatas meja makan, menutup mata dan mencoba mengatur nafasnya. Hari ini sungguh luarbiasa.

***

Falling // oshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang