17th

799 103 6
                                    

Matahari semakin perlahan merangkak naik menuju puncak tertingginya siang ini, hembusan angin bercampur sinar matahari yang cerah membuat suasana menjadi hangat sekaligus menyejukkan. Siang ini Mijoo dan Ibunya sedang sibuk berkutat dengan berbagai alat bercocok tanam di pekarangan rumah mereka.

Pekarangan rumah keluarga Mijoo memang tidak terlalu luas, namun bisa dibilang sangat cukup untuk membuat sebuah taman sederhana berjajarkan pot-pot bunga berbagai ukuran. Hari minggu seperti ini memang jarang sekali Mijoo habiskan bersama Ibunya, mengingat terkadang ibunya masih harus berkerja.

"Eomma, ini harus ditaruh di mana?"

Mijoo mengangkat dua buah pot berukuran kecil di kedua tangannya yang terbungkus sarung tangan plastik berwarna merah jambu menyala. Pot itu berisikan tanaman kaktus persis seperti yang Sehun miliki, seketika ingatannya seolah kembali pada hari di mana Sehun menunjukan tanaman itu.

"Bawa kemari."

Satu ucapan dari ibunya membuat Mijoo tersadar lalu melangkah mendekat ke tempat di mana ibunya berada. Menaruh satu persatu pot bunga yang ia bawa lalu membersihkan ceceran tanah.

"Apa itu temanmu Mijoo?"

Mijoo memutar kepalanya mengarah kepada ibunya yang kini sedang berdiri dan menatap ke arah luar gerbang kecil rumah mereka. Apa yang membuat ibunya sampai terdiam begitu? Buru-buru Mijoo berdiri dan mengikuti arah pandang ibunya.

"Oh Sehun?"

Mijoo mengerutkan dahinya heran, untuk apa Sehun di sini? Bahkan sekarang dia tersenyum ke arah Mijoo, membungkuk seolah memberi salam pada ibu Mijoo, apa lagi ini?

"Mengapa kau hanya diam Mijoo? Ajak dia kemari, itu temanmu kan?"

"Baiklah Bu."

Mijoo dengan perlahan berjalan menuju gerbang kecil rumahnya, membuka kunci tangan lalu menariknya hingga terbuka. Mijoo bisa melihat Sehun dengan senyumnya yang sudah berdiri di hadapannya memakai kaus putih bertuliskan "I'm Cool" pada bagian dadanya.

"Mau apa kau kemari Sehun?"

"Sudah kubilang kita akan berkencan bukan?"

Sehun tersenyum menampilkan deretan giginya, menatap Mijoo yang masih mematung di hadapannya. Sebenarnya entah apa yang membawa Sehun hingga kini di sudah ada di depan rumah Mijoo dan malah berkata untuk mengajaknya berkencan, yang ia tahu ia sangat ingin bertemu dengan Mijoo.

"Jadi ajakanmu itu benar?"

Sehun mengangguk dengan yakin menjawab pertanyaan Mijoo.

"Masuklah, tunggu aku, aku harus menyelesaikan pekerjaanku dulu."

Mijoo semakin melebarkan gerbang kecil rumahnya seolah mempersilahkan Sehun untuk masuk lalu berjalan mendahului Sehun yang baru satu langkah memasuki kawasan baru baginya. Ini rumah Mijoo dan ada ibunya di sini, sungguh Sehun cukup gugup untuk hal itu.

"Selamat siang."

Sehun membungkukan badannya tepat di hadapan ibu Mijoo yang kini masih asyik dengan tanaman-tanaman di kebun kecilnya. Ibu Mijoo sontak mengalihkan pandangannya dan tersenyum hangat pada Sehun.

"Oh ya, Selamat siang, apa kau teman Mijoo? Wah, apa semua teman laki-laki Mijoo setampan kau?"

Sehun tertawa mendengar perkataan ibu Mijoo, haruskah Sehun memberi tahu Ibu Mijoo bahwa dirinya adalah kekasih Mijoo? Ohayolah, Sehun rasa ini belum waktu yang tepat dan nyalinya belum cukup kuat.

"Baiklah, Mijoo tolong lanjutkan ya, ibu akan membawakan kalian minuman."

Mijoo mengangguk menjawab perkataan ibunya yang kini sudah melangkah memasuki pintu utama rumah mereka. Suasana hening seketika menyelimuti Mijoo dan Sehun, mereka berdua masih berdiri mematung.

Sehun memperhatikan Mijoo yang kini membelakanginya, rambut Mijoo tergerai lurus menutupi sebagian punggungnya. Mijoo memutar tubuhnya dan kini tatapan mereka bertemu, beberapa detik hingga akhirnya Mijoo kembali melangkah menuju tempat di mana pot-pot bunga yang belum selesai ia rapihkan, seolah mengabaikan Sehun yang masih menatapnya lekat.

Pergerakan tangan Mijoo seperti tidak ingin berhenti memindahkan pot-pot bunga milik ibunya, merapihkan hingga sesekali menggosok-gosok mencoba membersihkan. Geraian rambutnya seolah mengoda, mencoba menghentikan pergerakan Mijoo dengan terus saja terjatuh menutupi pandangannya hingga membuat Mijoo sesekali harus menyibakkannya kebelakang.

Sehun yang masih setia memperhatikan setiap gerakan Mijoo tersenyum karena tingkah Mijoo yang terlihat kerepotan hanya karena rambutnya sendiri, bagaimana bisa Mijoo begitu terlihat lucu saat ini? Beberapa langkah Sehun membawanya tepat berdiri di belakang tubuh Mijoo, membuatnya kembali tersenyum.

Satu gerakan Sehun menggapai helaian rambut Mijoo, mengumpulkannya menjadi satu lalu menggenggamnya. Sentuhan halus dari jari jemari Sehun yang tak sengaja melewati permukaan kulit leher Mijoo membuat Mijoo seketika membeku dan detak jantungnya mulai terpacu.

"Haruskah aku memegangi rambutmu? Mengapa kau terlihat begitu kerepotan?"

Desiran dalam diri Mijoo kembali terjadi, desiran aneh yang membuat perut hingga bagian dadanya merasa ada sengatan kecil yang menggelikan. Bagaimana tidak? Sehun seolah berbisik saat berkata padanya, bahkan Mijoo bisa merasakan hembusan napas Sehun di lehernya. Apa Sehun sedang menggodanya?

**

hmz, ini apa lagi? its been a long time bruuhhhh.

writer block got me crazzz. bhaaa

Falling // oshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang