5th

1K 152 10
                                    

Sudah sekitar tiga hari Mijoo terus menghindarkan dirinya dari segala sesuatu hal yang mungkin mempertemukannya dengan Sehun. Ia datang begitu pagi, pulang jika hari sudah mulai gelap dan menghabiskan jam istirahatnya berkumpul dengan buku-buku di perpustakaan. Bukan tanpa alasan ia hanya tak ingin berurusan lagi dengan Oh Sehun.

"Mijoo apa ini tidak berlebihan?" Jiae manaruh kepalanya diatas meja baca perpustakaan.

"Entahlah, aku juga bosan Jiae-ya." Mijoo melakukan hal yang sama dan menaruh buku yang tadi sempat ia baca.

"Aku rindu kantin Mijoo, ayo kesana." Jiae merengut dan menggoncang-goncang pergelangan tangan Mijoo.

"Baiklah." Mijoo dengan enggan berdiri.

Jiae tersenyum lebar dan menyeret secepat yang ia bisa untuk segera membawa Mijoo ke kantin, ia sungguh merindukan susu kotak dingin rasa strawberry yang dijual disana. Lain dengan Mijoo, dia begitu enggan melangkah keluar dari perpustakaan yang sudah ia anggap sebagai tempat perlindungan yang paling aman menurutnya. Ia berharap mereka tidak bertemu dengan si jahil itu atau siapapun yang berhubungan dengannya.

Saat ini di atap sekolah sudah berkumpul laki-laki yang kebanyakan perempuan disekolah ini mereka puja ketampanannya. Mereka sedang bersantai dan memejamkan mata mereka. Menikmati semilir angin yang mulai berhembus dingin. Sehun tiba-tiba menegakkan tubuhnya dan menghadap kearah Kyungsoo yang wajahnya masih tertutup buku catatan yang tadi ia baca.

"Kyungsoo, apa kau melihat buruanku?"

"Apa maksudmu Sehun?" Kyungsoo menyingkirkan buku dari wajahnya dan membuka matanya perlahan, menyesuaikan cahaya yang seolah saling berebut memasuki retinanya.

"Kau punya buruan baru Sehun? Mengapa aku tak tahu?" Chanyeol tiba-tiba saja menegakkan tubuhnya dan terduduk diantara Sehun dan Kyungsoo.

"Maksudmu Lee Mijoo? Yak! Tidakkah itu jahat memanggil Mijoo sebagai buruanmu?" Kyungsoo berdecak.

"Lee Mijoo? Perempuan yang memenangkan lomba menyanyi di pentas seni kita?" Chanyeol mengarahkan pandangannya pada Kyungsoo yang hanya dibalas angkatan bahu olehnya.

"Kurasa Sehun menyukainya, bahkan dia mempermasalahkan Mijoo yang tidak menyapanya hyeong." Kyungsoo tersenyum jahil.

"Benarkah? Wahh~ yak! Oh Sehun." Chanyeol tertawa, ia belum percaya dengan apa yang Kyungsoo katakan barusan.

"Diamlah hyeong." Sehun memutar matanya sebal.

Chanyeol tak hentinya menggoda Sehun dan membuat Sehun semakin tak betah berlama-lama dengan mereka. Ingin rasanya dia menjatuhkan saja mereka satu persatu dari atas atap ini dan menaburkan bunga untuk mereka, Sehun sudah tak tahan dan merasa malu sendiri, entahlah bahkan dia tidak mengelak saat Kyungsoo terus saja memggodanya bahwa dia menyukai Mijoo. Sehun sudah mulai hilang sabar, ia berdiri dan berjalan menuju tangga penghubung antara atap sekolah dan lorong utama sekolah ini.

"Yak! Kau marah Sehun?" Chanyeol berhenti tertawa.

"Yak! Aku tadi lihat Mijoo baru keluar dari perpustakaan, cepatlah." Kyungsoo tersenyum lebar, baru kali ini ia merasa menang dari seorang Oh Sehun.

"Apa dia Marah?" Chanyeol menepuk bahu kyungsoo.

"Entahlah, tapi kurasa dia hanya merindukan Mijoo."

Mereka berdua tersenyum penuh arti hingga akhirnya tertawa terbahak bersama, seolah Sehun adalah sesuatu yang begitu lucu.

Sehun terus saja berjalan, suara tertawa Chanyeol dan Kyungsoo seolah masih terngiang dikupingnya. Menjengkelkan, Sehun merasa dirinya kehilangan separuh dari dirinya. Disepanjang jalan menuju kelasnya, tak hentinya dia memikirkan ada apa sebenarnya dengan dirinya sendiri, ini terlalu aneh dan belum pernah ia alami sebelumnya. Kakinya terus melangkah dan bahkan pintu kelasnya sendiri ia lewati.

"Yak! Mau apa dia kemari?"

"Apa dia akan melakukan ritualnya lagi?"

Bisikan anak-anak yang melihat Sehun memasuki kelas mereka terhenti ketika Sehun sudah berada tepat diambang pintu kelas itu. Sehun menyapu setiap sudut ruangan ini dengan tatapannya, setiap anak yang melihat ini hanya terdiam tak ingin berulah hingga menyita perhatian Sehun. Apa yang dicarinya ia temukan, ia melangkahkan kakinya mendekat.

Mijoo yang melihat ini seketika semakin membeku, ia dan Jiae baru saja kembali dari kantin. Belum berapa menit berlalu sejak ia duduk di kursinya dan kemudian Sehun datang membawa ketegangan baru hari ini.

"Yak! Lee Mijoo." Sehun berhenti beberapa bangku di depan Mijoo dan Jiae.

Mijoo semakin mempererat genggaman tangannya dengan Jiae, ia takut sesuatu yang buruk akan terjadi lagi. Haruskan dia berlari keluar sekarang juga? Sehun melangkahkan kakinya kembali dan kini ia sudah benar-benar berada tepat dihadapan Mijoo dan Jiae. Sehun memasukkan tangannya kedalam saku celananya, seolah mencari sesuatu.

"Maaf, dan berhentilah bersembunyi, itu semakin membuatku ingin mencarimu." Sehun meletakkan tiga buah permen cokelat di atas meja Mijoo, menatap Mijoo sebentar lalu dalam hitungan detik ia sudah tak ada dikelas itu.

Mijoo dan Jiae masih terdiam membekudan memandangi ketiga permen tersebut. Sebenarnya ada apa ini? Itu yang sedaritadi mereka pikirkan. Keadaan kelas semakin gaduh dengan segala bisikan hingga sorakan anak-anak di kelas Mijoo saat Sehun sudah tak ada disana. Mereka bertanya-tanya, itu jebakan atau benar-benar hanya permen cokelat?  

*** 

Falling // oshTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang