No Control

9 5 0
                                    

Aku sudah begitu lelah menunggu. Aku mencoba membuka pintu untuk memastikannya. Ini memang tidak baik. Tapi aku khawatir padanya.

Ckrek...

Aku melihat Zaide yang duduk di tempat tidurnya. Kepalanya tertunduk dan tak bergerak sedikit pun. Tapi tampak air mata mengalir dengan pelannya.

"Zaide,"

Zaide masih tak bergerak. Apa dia masih memikirkan anak Nenek Tasya?

Aku masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya. Kemudian aku duduk di samping Zaide.

Dia begitu menakutkan jika tidak bergerak begini.

Aku mencoba mengguncang tubuhnya agar tidak terjebak dalam pikirannya yang panjang lebar itu. Tapi dia hanya memejamkan matanya.

"Aku tahu, John. Kau tidak mau aku terperangkap dalam pikiranku. Tapi aku butuh sendirian saat ini."

"Zaide, bicaralah. Masalah bisa terselesaikan dengan bantuan." Kataku

"Aku tahu itu. Tapi kau juga sama, kan? Mengapa kau tidak meminta bantuan untuk membebaskanku dari pikiran aneh ini? Dari kehidupan aneh ini?"

"Aku tidak mau orang lain terlibat." Jawabku

"Aku juga sama denganmu, John. Aku ingin kau tidak terlibat! Sebenarnya siapa kau? Mengapa kau ada dihidupku? Apa hubungannya dirimu denganku? Kita bukan saudara kandung! Kita tidak punya ikatan! Kau seperti seorang teman."

"Zaide, aku adikmu. Walau kita tidak punya hubungan keluarga, tapi ayahmu... Dia menikahi ibuku!"

"Lalu mengapa? Mengapa kau masih ada di sampingku? Aku bisa mengancammu setiap saat!"

"Zaide, jangan berpikir seperti itu!"

"Itu semua adalah fakta. Kau bukan adik kandungku! Kau bukan saudaraku! Kau bukan penghiburku! Kau hanyalah seseorang... Yang salah memilih teman."

"Tidak! Aku ingin membantumu! Dan aku tidak pernah memilih teman! Walaupun dia baik atau jahat, dia tetap temanku!"

"Kau tidak akan membantuku. Kau mungkin akan berdiri dan akan tertusuk pisauku. Kau akan ku bunuh, West!"

Aku langsung terkejut dan baru sadar. Dia bukan Zaide!

"Terkejut? Itu sudah biasa!"

Tiba-tiba aku terdorong dan terjatuh ke lantai. Aku melihat Zaide yang sudah mulai terpengaruh lagi.

"Kau! Bebaskan dia!"

"Bebaskan? Tidak. Aku masih Zaide. Tapi dengan mode berbeda. Aku ingin tahu bagaimana rasanya menyingkirkanmu. Karena aku ingin sendiri!"

"Apa?!"

"Aku hanya berniat membunuh saat ini. Dan korbannya adalah... Diriku sendiri!"

"Aku kebingungan dengan semua ini! Dunia pikiranku sudah rusak dan tidak normal lagi! Isinya hanya para monster yang mulai menguasaiku! Sejak lama aku sudah menginginkan nya! Tapi aku tidak pernah berhasil membunuh diriku sendiri!"

"Zaide, jangan!"

"Mengapa? Kau ingin aku membunuhmu di masa yang mendatang? Tidak bisa! Aku akan merasa sangat berdosa untuk itu!"

"Lakukanlah! Bunuhlah aku jika kau ingin sendiri! Aku sudah tahu ini! Aku berada di ujung kehidupan! Dan pembunuhnya adalah monstermu, Zaide!"

Zaide hanya menatapku. Dia tidak bicara lagi. Lalu dia mulai mengacak rambutnya sendiri.

"Apa yang telah kukatakan tadi, John? Aku mulai tidak terkendali. Maafkan aku."

Zaide berdiri dan berjalan ke balkon. Aku hanya terdiam melihatnya yang terlihat tidak beres saat ini.

Zaide, dirimu mulai terlihat seperti... Aku tidak tahu. Tapi... Kendalikan pikiranmu, kak.

"Maafkan aku. Kau jadi ikut berteriak. Apa yang salah denganku? Mengapa aku jadi seseorang yang pemarah begini? Diriku mulai tidak terkendali."

"Zaide, kendalikan amarahmu. Kendalikan pikiranmu. Janganlah kau terpengaruh olehnya."Kataku

"John, tolong aku. Bawalah aku pada kakek. Biarkan Beliau selesaikan semua masalahku saat ini."

The Second of Black Moon TragedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang