Second Night

23 4 0
                                    

24th April 2016 on 23.45 PM

Malam begitu sepi. Aku sendirian. Kakek sedang pergi keluar sebentar. Entah untuk apa. Sudah begitu lama Beliau pergi. Beliau pergi sejak jam tujuh tadi. Hingga saat ini, Beliau belum juga pulang.

Aku khawatir. Aku takut terjadi sesuatu pada Beliau.

Aku keluar dari kamar dan melihat sebuah catatan di kulkas.

To: JW

Maaf aku tidak memberitahumu aku pergi kemana. Aku hanya ingin mengunjungi makam anakku.

Dr.F

Jadi begitu? Kenapa begitu lama?

Aku memutuskan untuk menyusul kakek. Ini sudah terlalu malam. Meskipun ketakutan menyelimutiku, aku tak peduli. Pokoknya aku harus menemukan kakek!

Aku mengambil jaket yang ada di tasku. Aku sengaja mengambilnya tadi sore untuk persediaan baju ganti entah sampai kapan.

Aku pun keluar dari rumah dan melihat jalanan. Jalan begitu sepi. Dan malam ini begitu gelap. Awan menutupi bulan yang seharusnya menerangi Bumi.

Aku berjalan dengan santainya di malam ini. Udara dingin berhembus dengan pelan. Suara-suara di malam hari membuat malam sedikit ramai.

Semua lampu rumah dan toko di matikan entah mengapa. Itu membuat malam hari semakin gelap saja.

Kakek, apa Anda benar-benar di sana?

Itu yang ku pikirkan. Mana mungkin Beliau berlama-lama di sana.

Tiba-tiba saja rasa takutku kembali muncul. Aku kembali merasa merinding.

Ada apa ini? Apa dia akan muncul lagi?

Aku tak peduli. Aku tetap melanjutkan perjalananku meskipun pemakaman itu sangat jauh dari rumah kakek.

Tapi... Sepertinya aku tersesat. Aku tak tahu arah yang harus di tuju karena aku tidak ingat jalan yang di tuju tadi pagi.

Aku pun berlari dan pergi ke arah yang ku inginkan. Dengan insting aku harus bisa sampai!

Huu....

Huu...

Huu...

Burung hantu bersuara dengan seramnya di malam ini. Aku semakin takut dibuatnya.

Tak ada satu pun orang yang menolongku. Tak ada satu pun orang yang menunjukkan arah. Aku bingung. Aku tersesat. Ini salahku. Aku tak memperhatikan jalan dan sibuk bicara dengan kakek.

Tapi ada satu orang di luar sini. Tapi dia tak bisa di percaya. Dia tak dapat ku percaya sama sekali.

Aku butuh bantuan. Dari manusia yang sesungguhnya. Aku tak mau meminta dari monster itu. Dia akan membunuhku. Semoga saja kami tidak di pertemukan.

Aku semakin jauh dari rumah. Entah aku pergi ke mana. Tapi aku melihat seseorang. Dia menangis. Apa dia juga tersesat? Mengapa ada seseorang di luar padahal ada bahaya yang mengancam.

Hiks... Hiks...

"Ma... Maaf. Aku hanya ingin bertanya."

Dia tak melihatku sedetik pun. Rupanya juga tak terlihat jelas karena gelap.

"Apa yang kau lakukan di luar sini? Kenapa kau bertanya padaku?"

"Aku hanya ingin bertanya di mana Pemakaman Grenisa. Aku tersesat." Jawabku

"Seharusnya kau tidak bertanya tentang itu. Pemakaman itu telah menjadi tragedi bagiku."

"Tragedi?"

"Ya. Aku kehilangan ayahku tadi saat ia mengunjugi makam kakakku. Untungnya aku berhasil lolos."

"Apa kau melihat siapa yang menyerangnya?" Tanyaku

"Aku tidak tahu. Tapi dia... Memiliki mata merah yang begitu menyeramkan." Jawabnya

"Apa warnanya seperti darah?" Tanyaku

"I... Iya. Dia juga memiliki tatapan yang menakutkan." Jawabnya

"Zaide." Kataku yang sudah menebak dengan pasti

"Zaide? Se... Sensei Zaide?" Tanyanya

"Benar. Dia kakakku. Dia adalah monster. Sebaiknya kau pergi sebelum bahaya mengancammu juga." Jawabku

"Be... Berarti kau juga monster?" Tanyanya

"Bukan. Aku manusia biasa. Dan Sensei Zaide bukanlah kakak kandungku. Dia kakak tiriku." Jawabku

"Makam Grenisa sudah dekat. Kau tinggal jalan lurus dari sini." Katanya

"Baiklah. Sampai jumpa lain waktu." Kataku

"O ya, aku Leo. Salam kenal."

"A... Aku John. John West."

"Terima kasih atas peringatanmu. Aku akan pergi sekarang." Kata Leo

"Baiklah."

Tap... Tap...

Aku pergi ke tempat tujuanku dengan cepat. Aku takut bahaya mengancam Beliau.

Zaide, jangan lakukan apapun pada kakek. Ku mohon.

Cayaha bulan tertutup awan.

Kegelapan mengancam.

Kini diriku takut lagi.

Rasa takut ini tak dapat hilang.

Jangan kau bunuh kakek.

Jangan lukai orang tak berdosa.

Janganlah kau menjadi seseorang yang kejam.

Continue on next chapter....

The Second of Black Moon TragedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang