28th April 2016 on 13.12 PM
Ugh...
Aku membuka mataku. Dan aku berdiam diri tanpa bergerak selama beberapa menit. Tapi...
Di mana aku?
"Zaide, Zaide! Apa yang terjadi?"
"A... Aku tidak tahu. Aku tidak tahu mengapa aku begini."
"Tenanglah, nak. Tenangkan dirimu. Kendalikan dirimu. Jangan lakukan itu."
"Aku... Berusaha, kek."
Aku merasa penasaran. Tapi aku tahu apa yang terjadi. Aku bangkit dari posisi terbaring dan bersandar pada dinding di sebelah kiriku.
"John,"
Zaide yang duduk di tempat tidur di hadapan kakek melihatku dengan cemasnya. Jika aku melihatnya, aku juga merasa cemas karenanya. Karena percakapan mereka tadi.
"Tak apa, John. Aku baik-baik saja." Kata Zaide yang sudah tahu dengan ekspresi wajahku. Cemas.
"Kakak juga tidak perlu khawatir. Aku juga begitu." Kataku
"Oh... Foregin. Sudah lama sekali!"
Aku terkejut dan melihat ke asal suara. Yang datang adalah seorang wanita tua yang masih terlihat cantik.
"Oh... Kau. Apa kabar?"Tanya Dr.Foregin
"Ah... Aku baik, kok. Kau masih terlihat dingin. Jangan begitu, Foregin."Jawab wanita tua itu
"Ah... Baiklah."
"Oh... Siapa mereka?"Tanya wanita tua
"Hmm... Ini temanku saat ini. Yang berambut coklat itu John. Dan ini Zaide."Jawab Dr.Foregin
Wanita itu langsung mendekati Zaide.
"Kau menemukannya, Foregin?"Tanya wanita tua
"Apa maksudmu?" Tanya Dr.Foregin
"A... Arieze,"
"Arieze? Si... Siapa dia?" Tanya Zaide
Oh... Apa maksud wanita itu... Zaide Arieze Liam Foregin? Anak kakek? Jangan-jangan... Wanita itu adalah istri kakek!
"Kau tidak ingat, nak. I... Ini ibumu."
"Namaku Zaide. Bukan Arieze." Kata Zaide yang suaranya terdengar halus dan lemah
"Ya, anakku. Aku tahu. Kau adalah Zaide. Zaide Arieze Lord Foregin."
"Tidak. Namaku Zaide West." Kata Zaide
"Foregin, apa yang terjadi pada anak kita?"
"Hm.. Itu bukan anak kita, Tasya. Arieze sudah meninggal 15 tahun yang lalu. Apa kau tidak ingat?" Tanya Dr.Foregin
Benar. Wanita itu adalah istri kakek. Dan nama Beliau adalah Tasya.
"Apa itu benar, Zaide? Kau bukan anakku?" Tanya Nenek Tasya
"A... Aku tidak tahu. Anda membuatku bingung, nyonya yang baik." Jawab Zaide
Aku berdiri dan berjalan mendekati lokasi pembicaraan itu.
"Permisi, nek. Maafkan aku. Seperti yang kakek bilang, aku John. John West. Dan maaf mengenai kakakku. Dia lupa dengan kehidupannya. Bisakah Anda tidak membuat kakakku itu kebingungan?" Kataku panjang lebar yang diakhiri dengan pertanyaan
"Oh... Begitu, ya? Baiklah. Maafkan aku, Zaide. Aku begitu rindu dengan anakku Arieze. Karena tragedi itu! Karena anak kecil itu! Karena anak berambut pirang itu! Karena anak yang bermata merah darah itu! Anakku meninggal karenanya!" Kata Nenek Tasya
Zaide langsung terkejut dan langsung memegang kepalanya.
"Ya ampun..."
Aku juga terkejut setelah mendengarnya.
Kau yang membunuhnya, Zaide?
"Zaide, kau tidak apa-apa?" Tanya Dr.Foregin
Zaide terlihat ketakutan. Pegangan tangannya terlepas dari kepalanya dan terjatuh ke pahanya.
"Zaide,"
Aku duduk di sampingnya dan mulai mengelus tangannya yang terjatuh tadi. Aku begitu khawatir padanya.
"Tidak..."
"Tidak... Ti-tidak..."
"A... Aku... Aku... Aku membunuhnya..."
"Aku yang telah membunuh anak Anda, nyonya."
"A... APA?!!!"
"Ma... Maafkan aku..."
Zaide... Mengapa? Mengapa kau akui itu? Nenek Tasya bisa saja menghancurkanmu, kak.
"Aku tidak percaya padamu, Zaide West! Kau membunuh anakku?!"
"I... Iya."
"Zaide, ada apa denganmu? Kenapa kau begitu? Kau tidak melakukannya." Kata Dr.Foregin
"Itu benar! Aku ingat itu! Itu salah satu ingatanku yang masih ada, kek! Mengapa Anda masih bersamaku setelah aku membunuh Arieze? Mengapa, kek? Mengapa?"
"Za... Zaide... Ka... Kau tidak ingat? Aku ingin membantumu. Aku ingin membebaskanmu dari monster itu!"Kata Dr.Foregin
Hiks... Hiks...
Zaide turun dari tempat tidur dan kemudian berlari meninggalkan kami semua yang ada di sini.
"Zaide! Jangan pergi!"
Aku berlari mengejar Zaide. Tapi kakek menghentikanku dengan menarik tanganku.
"Biarkan dia dulu. Dia butuh sendirian. Dia akan memikirkan segalanya." Kata Dr.Foregin
Kakak...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second of Black Moon Tragedy
FantasiSebuah tragedi telah hilang sejak satu tahun yang lalu. Hidup John beserta temannya sudah kembali tentram. Tapi... Bagaimana jika itu kembali? Akankah rasa takut akan menyelimuti malam? Dari sebuah papan penuh dengan kertas hingga liburan selama 10...