Chapter 9

273 4 0
                                        

Hari telah berganti. Kini saatnya Elma Jessica Rudiall kembali melakukan rutinitasnya. Hari ini aku akan menghadiri acara jumpa persnya si Bieber. aku juga baru ingat kalau tugas awal yang di beri kan mba Grays belum aku selesaikan, ahhh gimana ini. Apa yang akan aku sampaikan nanti di depan mba Grays? "El, mau kemana?" Luthfi menyeruku dari belakang meja kerjanya. "Aku mau ke ruangan mba Grays Fi." jawab ku yang terus berjalan menuju ruangan mba Grays.

Mba Grays terlihat lagi sibuk mengetik di depan laptopnya. Perempuan cantik satu ini bisa dibilang cewek karir yang sukses diusianya yang masih bisa dibilang muda. Ia juga sudah menduduki posisi yang penting di perusahaan ini. Itu salah satu penyemangat ku agar aku bisa meraih mimpiku seperti itu. "Emmmm, Mba akuuuu—" Baru saja aku ingin melakukan sesuatu mba Grays memotong kata - kataku.

"El, sebentar lagi kalian akan menuju lokasi tempat jumpa persnya si Justin Bieber, mengapa kamu masih disini?" Tanya mba Grays. "Tapi mba tugas ini? Ku sodorkan sejumlah berkas ditanganku. "Oohhh, aku sampai lupa. Begini tugas itu akan saya pindah alih kan, jadi kamu tidak usah mengurusi tugas itu lagi!" Ucapnya dengan ramah. Mba Grays memang sosok yang baik. "Ahhh, oke mba. Siappp!" Seruku bersemangat.

~Hotel ~

Disini terlihat telah banyak media yang telah siap dengan segala perlengkapan mereka. Aku, Luthfi dan para anak interns dari media yang sama berkumpul menjadi satu. Lisa yang sedari tadi tidak bisa diam mengetahui bahwa dia akan menemui idolanya begitu antusias dan sedikit berlebihan. Terbalik dengan ku, sungguh. Kalian bisa melihatnya. Aku sama sekali tidak bersemangat.Terlihat tidak peduli dengan hal ini.  Tapi sesekali kuyakinkan diriku kalau Aku harus melakukan tugas ini dengan baik, tak peduli narasumbernya itu siapa. So Fighting El. Aku kembali bersemangat.

Acara pun dimulai. Para media telah siap berdiri di depan bangku panjang yang terlihat masih kosong, dan tak lama kemudian sejumlah orang keluar dari sudut ruangan ini. Ya, itu Justin Bieber, Scooter Braun dan para pengawal pribadi Bieber. Semua orang bertepuk tangan saat mereka keluar. Tak terkecuali dengan ku. Suara Braun membuka acara ini. Ia sedikit menyampaikan beberapa kata sambutan mengenai konser Bieber nanti malam, dan mengenai album baru mereka. Sampai sesi yang ditunggu - tunggu pun tiba. 

–Sesi pertanyaan– bagi para media.

Justin menjawab satu demi satu pertanyaan dengan ramah ala 'Bieber-nya'. Aku merasa senang saat melihat senyumnya merekah dari setiap sudut bibir manis itu. Tetapi, lagi - lagi. Mata ini menunjukkan rasa sedihnya, rasanya aku tak kuat untuk berlama - lama di tempat ini. Entah apa arti kesedihan ku. Mengingat tentang kejadian yang pernah ku alami dengan Justin membuat ku punya keyakinan untuk mendapatkan perhatian lebih darinya, namun melihat ia saat ini, membuat ku tak yakin Justin masih mengingat ku.

Pertemuan itu. Kenapa harus terjadi? Aku tak bisa berhenti berlalu dari masa lalu itu. Semuanya menyakitkan. "Elma?? Heiii!" Suara itu membuatku kembali merespon suasana.  "Ah? Ada apa Fi? kau mengagetkan ku tau? Always, you know !" Sedikit menggerutu. "Kapan kau ingin bertanya? Sudah cepat acungkan tangan mu El!" Perintahnya sedikit memaksa. Aku tak suka paksaan. Baiklah, ku acungkan tanganku segera. Sekarang semua perhatian tertuju padaku termasuk Justin Bieber itu.

"Emm, Ehhem." Aku tak yakin ingin bertanya. Apa nanti Justin akan mengenali ku? "El?!" Ditambah lagi Lutfi yang terus memaksa ku tak jelas. Anak itu. "Bagaimana hubungan anda dengan Sayna Maurer saat ini? Apa benar kalian telah mengahirinya?" Itu bukan sepenuhnya pertanyaan dari ku. Luthfi punya andil besar. Mengapa tidak dia saja yang bertanya? Dasar.

"Pertanyaan yang bagus. Wait, do I know you?" Justin balik bertanya. "Sudah, jawab saja JB!" Pinta Braun. "Oke, baiklah." Justinpun menjawab pertanyaan itu. Ia mengatakan selayaknya Sayna adalah satu - satunya wanita yang ia inginkan. "Kami sebenarnya tidak putus. Hanya ada masalah sedikit. Tapi masalah itu kecil. Sayna tak benar - benar marah. Aku telah menemuinya kemarin. Ia satu - satunya wanita yang ku sayangi setelah ibu, dan adik perempuan ku. I really love her." Tungkasnya sangat jelas. Tidak kusangka. Aku kembali tak merespon suasana. Pikiran ku tertuju pada satu titik. Justin membuat Sayna menjadi seperti perempuan yang paling beruntung mendapatkan cinta darinya. Mendengar semua penjelasan Justin. Aku kembali tersadar. Aku tak selayaknya mengharapkan cinta dari seorang bintang sepertinya.

Lagi, aku tak kuat. Ingin sekali aku pergi dari sini. Aku tak bisa menahan tangis ku lagi. "Elma!! Luthfi menyeruku. Biar saja. Aku tak kan berbalik. Ku tinggalkan dia, dan acara yang sedang berlangsung.

Hikkss, huh..Lihatlah aku sekarang! Hancur. Kaca toilet dihadapan ku ini menjadi saksi bisu kelemahan ku. Kenapa nangis sih El? Kenapa? Kau sudah melupakannya! Aku terus memandangi wajah ku yang miris dan menyedihkan. Ditambah lagi dengan bedak tipis ku yang sudah semakin luntur. Ah, siapa peduli. Aku memang bodoh.

~Justin's POV ~

Aku tidak suka acara ini. Semua orang seperti sangat ingin tau tentang kehidupan ku. Mereka siapa? Tunggu! Siapa dia? Maksudku, gadis itu? Apa aku pernah mengenalnya? Mungkin tidak! Ia memberi ku pertanyaan. Tentang Sayna? Mengapa harus dia? Baiklah tak apa. Pertanyaan yang bagus. Wait do I know you ? Aku balik bertanya. Aku begitu penasaran. Apakah aku benar pernah mengenalnya? Rasanya berbeda "Sudah, jawab saja pertanyaannya JB!" Pinta Braun. "Oke, baiklah." Ucapku. Begini jadinya kalau mereka sangat ingin tau kehidupan ku. Aku tak mungkin membeberkan masalahku begitu saja pada media. Sebenarnya, aku mengatakan hal yang sedikit tidak benar. Karena aku  tidak mau masalah ku dengan Sayna terbongkar secepat ini. Memang, aku masih mencintainya. Tapi entah mengapa, rasa itu tidak sekuat dulu. Seperti ada orang lain.

"Braun!" Kepalaku mendadak sakit. Ku lihat gadis itu keluar. Ada apa dengannya? Apa aku salah? Aku mencoba mengejarnya. Namun para pengawal ku mencegah niattan ku itu. Untuk apa? Dia bukan siapa - siapa. Tapi, "Braun!" "Sebaiknya acara ini disudahkan dulu. Justin perlu istirahat. Sampai jumpa" Kalimat penutupnya membuat para pers jadi semakin bertanya. Ada apa denganku? Ada apa dengan Justin? Please someone explain to me!

###

Setelah itu.

"Kalian telah menyelesaikan tugas jurnal kalian. Tapi belum selesai. Ada satu artis remaja lagi yang tak kalah  fenomenalnya, dan kalian harus meliput dan gali apapun tentang dirinya!" Selama itu bukan dia. Aku akan berusaha sebaik mungkin. "Dia adalah—" Perlu ya. Skip aja aku bisa tanya Luthfi siapa yang akan kami wawancarai.

***

STUCK ON YOU (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang