"Sayna tidak sepenuhnya salah El, dia ada benarnya juga. Kita memang sedang melakukan tugas kan?" Ucap Luthfi dalam mobil.
"Udah ah, tidak usah dibahas. Maless tau!" Gerutu El.
Dalam perjalanan pulang mereka, El memilih tak banyak bicara. Ia berbeda 360° dari sikapnya di awal.
Tidak usah memikirkannya lagi, pikir El. Walaupun ini memang pernyataan yang kesekian kalinya ia tanamkan. Namun yang untuk saat ini ia benar - benar bertekad untuk melupakan lelaki itu.
###
"Bagaimana? Journal kalian tentang Justin sudah selesai?" Tanya mba Grayse pada El dan Luthfi yang tengah berdiri di hadapannya
"Sudahh.." Ucap Elma malas
"Baikk.. Sekarang tugas itu kalian bisa publish segera. Sebelum ada yang mendahului kita!" Ucapnya lagi.
El dan Luthfi segera melaksanakan perintah mba Grayse. Sebelum mereka pergi, mba Grayse meminta Elma untuk tetap tinggal di ruangannya sementara Luthfi melanjutkan perintah yang ia katakan.
"Ada apa ya mba?" Tanya Elma
"Kamu bisa ceritakan kepada saya Justin sakit apa?"
Raut wajah Elma berubah. Ia begitu tak bergairah berbicara tentang topik ini. Namun karena ia tau kalau atasannya ini telah 'terhipnotis' akan sosok Justin, orang yang benar benar tak ingin ia ingat lagi.
Elma dengan terpaksa menceritakan hal apa saja yang ia dapatkan dalam pertemuannya dengan Justin. Ia menceritakan secara apa adanya. Walaupun sebenarnya pertemuan terakhir itu tidak sama sekali menyangkut pekerjaannya. Justin saja yang langsung mempercayai kata - kata Sayna.
"Sekarang Justin ada dimana?" Tanya mba Grayse begitu antusias
"Aku tidak tau. Maksud ku. Ya, aku tau. Justin sekarang pasti telah berada di France. Salah satu tempatnya menggelar konser." Ucap Elma lekas menunduk.
"Kita kesana ya!" Apa? Kita?
"Maksud mba? 'Kita'?" El tercengang
"Yaa,, kita akan ngeliput Justin disana." Nafas El seakan berhenti dengan kata - katanya tadi. Baru saja ia ditugaskan meliput Justin kemarin. Apa harus ia bertemu dengan pria itu lagi?
"Tapi, mungkin Luthfi bisa menemani mba saat meliput nanti." El mencoba menolak secara halus. Ia tak ingin membuat mba Grayse kecewa.
"Tidak bisa. Luthfi masih punya banyak pekerjaan disini. Memangnya kenapa? Kau tak mau?" Tanyanya.
"Tidak, bukan begitu."
Aduh gimana nih, batin El
"Bukannya tidak mau. Tapi aku benar - benar tidak bisa. Aku bisa menggantikan pekerjaannya Luthfi disini, dan dia yang akan menemani mba selama di France. Bagaimana?" Jelas El.
Mba Grayse terlihat menimbang - nimbang. Lalu Elma permisi keluar dan cepat menemui Luthfi. Ia segera menceritakan tentang obrollannya dengan mba Grayse. Serta menanyakan tentang tawarannya untuk pergi bersama ke France.
"Kau mau ya?! Please."
"Nanti aku pikirkan." Ucap Luthfi
"Lagian, kalian itu memang benar - benar diciptakan untuk bersama. Buktinya, ada saja kesempatan untuk bisa bertemu." Ucapnya lagi seraya terus memandang ke layar laptopnya.
Jodoh? Itu kan telah di atur sama yang Kuasa, El membatin lagi
###
Elma's POV
Luthfi harus mau menerima ajakkannya mba Grayse. Kalau tidak, pasti aku lagi yang akan mendapatkan tugas itu. Aku tidak mau. Sudah cukup ya aku merasa sakit. Hal itu tak akan terulang
Aku berjalan menelusuri lorong - lorong gang kecil disekitar rumah ku. Matahari tampak sangat cerah pagi ini. Aku memilih untuk berdiam diri di tempat rahasia ku. Rasanya sudah sangat lama aku tidak mengunjunginya. Terakhir kapan ya?
Aku berkeliling mengitari setiap sudut tempat ini. Membayangkan, dan mengingat - ingat lagi tentang ku dan masa masa yang telah terjadi
Tapi tidak dengan lelaki itu. Walaupun dia terus mencoba masuk ke dalam pikiran ini.
Dia sudah jauh El. Jauh sekali. Kini tak ada lagi aku di pikirannya.
Pasti itu.
Dia bisa sangat mudah melupakan ku. Dia mempunyai orang - orang yang dapat membuatnya tak sedikit pun mengingat ku.
Sementara aku?
Kau kira aku bisa melupakannya?
Aku terus berusaha. Ini sungguh ku lakukan. Tapi tak ada sesuatu yang bisa mendukung ku untuk melupakan sosoknya.
Rasanya semakin jauh dengannya, malah aku merasa semakin mempunyai banyak urusan yang menyangkut dirinya.
Orang - orang yang semakin banyak kagum akan sosoknya membuat ku sama sekali sangat susah untuk pura - pura tidak tau apa - apa.
Sampai kapan aku merasakan perasaan ini..
Sungguh, aku benar - benar sakiiit.. Di satu sisi. Aku sadar aku ini siapa? Dan dilainnya, aku tidak bisa membohongi perasaan ku sendiri.
Tapi aku yakin.
Semua ini akan berlalu. Dan perasaan ini juga akan berlalu bersama hal hal baru yang akan ku dapatkan kedepannya.
"Ehemm...." Seseorang terdengar berdehem. Aku lekas berbalik menuju suara itu.
"Ahh, Luthfi. Aku tau itu kamu." Ia menghampiri ku.
"Aku sudah terima ajakkannya mba Grayse." Ucapnya.
"Oh, ya. Makasih.." Ucap ku datar. Kemudian, aku memeluknya saat itu.
"Sudah,, aku dan mba Grayse akan berangkat besok. Dan aku mau ponsel mu selalu aktif. Karena aku akan menelphone mu setiap saat." Aku tersenyum padanya. Apapun itu asalkan aku tetap berada disini.
Tidak disana.
###
"Jaga dirimu baik - baik ya!" Ucap El pada Luthfi yang segera akan pergi dengan mobil yang telah menunggunya.
"Aku tidak tega meninggalkan mu sendirian." Luthfi mengelusi rambut El. Sahabatnya ini akan merasakan hal yang sama di saat Luthfi masih di luar negeri bersama ibu dan ayahnya.
"Kau tak usah kawatir. Aku akan baik baik saja. Walaupun mama papa ku memang masih di Eropa, dan tak tau kapan pulangnya.
"Sudahlah mobil itu sudah mengklaksoni mu dari tadi."
Kemudian Luthfi pun pergi bersama mobil hitam yang membawanya.
-Tidak perlu menyesali apa yang telah kamu putuskan-
Kata - kata itu terus El ingat saat dirinya kembali teringat dengan Justin maupun Luthfi, yang sekarang juga telah jauh dengannya.
***
PLEASE GIVE ME YOUR VOTE. ITS MEAN A LOTS FOR ME :*

KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU (COMPLETED)
FanfictionBertemu dengan Justin adalah mimpi pahit Elma. Ia bahagia sekaligus berduka. Ketika masalah semakin membuatnya harus melepaskan Justin, Elma memilih bertahan menderita dengan sikap Justin yang kian berubah. Bila waktu dapat berputar, ia tidak ingi...