"Kamu pakai baju papa El dulu ya?" Aku tersenyum. Ia baik sekali. Aku tau itu. Seharusnya anaknya bisa lebih baik dari ini. Ku dengar mama El memanggil putrinya. Tidak hanya sekali. Nama itu ia panggil berulang kali. Aku yakin Elma tak mau datang karena keberadaan ku disini. Kurasakan tubuhku menggigil hebat. Aku berusaha menahan agar semua ini tidak semakin menyusahkan. "Ada apa?" Ucapnya malas. "Kau temani Justin dulu disini! Mama mau menyiapkan Justin teh hangat." Setelah berkata itu mama El langsung pergi menuju dapur. Jangan kira El mau begitu saja. Ia hanya tak sempat saja menolak perintah ibunya. "Kalau kau tak mau juga tak apa." Ucap ku. "Ini karena permintaan ibuku. Tak bisa ku bantah!" Jelas El. Sudah kubilang. Ia tak benar - benar sungguh menemaniku.
Diantara kami tak ada yang mau memulai pembicaraan. Suasana menjadi sunyi. Kami sama - sama terdiam. Elma tak kunjung bersuara. Ia juga tak ingin sekedar melihat ku. Aku berusaha kuat, dan mencoba melontarkan pertanyaan. "Kenapa kau menjauhi ku?" Tak ada respon. El tak mau menjawab. Sekali lagi. "Apa aku salah?"
"Kenapa? Ku mohon jawab!" Kini ku memohon. Apa ia tega membiarkan ku diliputi rasa penasaran seperti ini?
"Kau tak perlu tau!" Jawabnya ketus. Ia terus membuka lembar demi lembar majalah yang ia baca dan mengacuhkan ku di hadapannya.
"Kenapa, aku tak boleh tau?"
"Apa yang kau tidak suka dari ku?"
"Tak ada yang tidak kusukai dari mu. Kau tak salah." Elma meluruskan.
"Lalu?" Lanjut ku tak berhenti bertanya.
"Lalu, berhenti menanyakan hal itu!". Kemudian aku terdiam. El sudah berubah. Ia berubah karena siapa?
Tak lama setelah itu, mama El datang dengan teh hangat di tangannya.
"Sebentar El!" Ucap mama yang melihatnya ingin segera meninggalkan ku. "Seperti ini kah sikap mu terhadap tamu? Bukannya Justin ini teman mu? Kau seharusnya menemaninya. Tidak mengacuhkannya seperti ini!"
"Kenapa mama tak menyuruhnya pulang saja. Pasti banyak orang yang telah mencarinya."
"Di luar hujan El. Kau tak bisa lihat!" Ia dan mamanya berdebat, dan ini hanya gara - gara keberadaanku.
"Dia membawa mobil ma!"
"Apa kau mau Justin celaka di jalan, hanya karena mengendarai mobil saat kondisinya masih menggigil seperti itu?"
"Siapa dia? Aku sudah merasa tak mengenalnya! Cukup, aku butuh istirahat. Tidak untuk berdebat seperti ini!" Ia lalu masuk begitu saja. Kalian bisa mengerti bagaimana rasanya berada diposisiku sekarang. Mama Elpun tak bisa mengerti, ada apa dengan anaknya?
##
Apa yang akan aku susun dari laporan yang sedikit ini? Aku memang tidak banyak mendapatkan berita dari Austin. Ku rasa aku tidak akan menjadi crew tetap di tempat ku sekarang. Setelah merasa terlalu lama berpikir, aku baru saja mengingat suatu hal. Ide cemerlang. Sejauh ini belum ada yang mengetahui hubungan ku dengan Justin maupun Austin, ya hanya sekedar keluarga ku dan Luthfi. Aku keluar dari kamar. Sudah merasa siap dan begitu bersemangat ingin menyampaikan laporanku pada Grayse. "Pagii!" Hah? "Tidak, untukmu!" Ucapku lagi cepat. Rupanya aku lupa kalau Justin telah menginap di rumahku sejak tadi malam. "Siapa yang mengizinkanmu tinggal disini?"
"Elma!" Sahut mama.
Aku tau, pasti mama kembali sensi kalau aku menyindir Justin. Sepertinya Justin telah dianggap seperti anaknya sendiri."Pagi,El!" Luthfi.
"Heii..."
"Ayoo, kita pergi!" Aku menarik lengan Luthfi menuju mobilnya.
"Sebentar, ada apa? kenapa buru - buru? Aku kesini, bukan berarti mengajak mu langsung berangkat." Luthfi masuk lagi. Ia menyapa mama dan papa ku seperti biasanya.
"Justin?"
"Apa kabar?" Tanyanya ramah. Apa ia tak mengerti?
"Fi, aku ingin menemui Grayse. Jadi cepatlah!"
"Kau tak mau sarapan dulu! Ayollah!" Ucapnya. Baik, aku mengalah.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU (COMPLETED)
ФанфикBertemu dengan Justin adalah mimpi pahit Elma. Ia bahagia sekaligus berduka. Ketika masalah semakin membuatnya harus melepaskan Justin, Elma memilih bertahan menderita dengan sikap Justin yang kian berubah. Bila waktu dapat berputar, ia tidak ingi...