Entah kenapa, aku terbangun sepagi ini. Rumah sakit? Ku kira aku berhasil kabur dari studio musik itu. Ku ubah posisi duduk ku lebih bersandar. Huftt, gimana caranya pergi dari lelaki ini. Ku pikirkan itu saat melihat Justin tertidur disampingku. Luthfi pun terlihat sedang tidur di sofa panjang ruangan ini. Aku mencoba untuk bangun, namun gerakan ku itu rupanya membuat Justin tersadar dari tidurnya. Ia langsung bangun dan mendekati ku. "Kau tak apa?" Tanyanya. "Ya, not too bad." Ucap ku singkat.
Aku melangkah ke arah kamar kecil di ruangan ini. Namun entah karena aku masih merasa pusing atau mungkin karena kecerobohan ku sendiri aku pun tersandung. Justin sigap memegangi ku tanpa sempat membiarkan ku terjatuh. Ia lalu tersenyum dengan gaya khasnya. Mmmp, please. Jangan tunjukkan senyuman itu! Iya mencoba untuk menuntun ku ke kamar kecil namun aku menolak. "Aku masih bisa berjalan sendiri." Tutur ku semakin cuek. "Baiklah." Jawabnya.
Setelah beberapa lama kemudian aku keluar dan melihat tak ada Justin di hadapan ku. Biarkan saja. Aku tak peduli. Mungkin ia sudah pergi, Braun menyuruhnya dan bla, bla,bla. Karena ruangan ini letaknya berada di lantai atas dan memiliki balkon kecil yang dibatasi dengan pintu kaca dan sebuah kain, aku tertarik untuk mendekat. Ku lihat pintu itu terbuka, dan melihat Justin disana. Ku urungkan niat ku untuk menghampirinya. Aku tak mau saja perasaan ini kembali muncul. Aku kembali ke ranjang ku. Tapi sebelum itu, aku menghampiri Luthfi yang sedang tertidur. "Kau begitu baik Fi." Ucap ku pelan. Justin terlihat masuk kembali.
"El?" Ia tau aku takkan menggubrisnya. "Kau menyayanginya?" Pertanyaan mudah. "Of course. Dia yang selalu menemani ku selama ini." Ucap ku sangat jelas. Justin hanya tersenyum simpul. Sudahlah, Ku putuskan untuk kembali tidur.
***
fajar telah menyinsing. Ku buka pelan kedua mataku. "Ada apa?" Grayse, Luthfi, mama, papa, Alex emm, dia lagi. Mereka semua tersenyum yang membuatku tidak mengerti dengan sikap mereka. "Happy birthday, El" Ucap mba Grayse. Haa,, "Happy Birthday sayang." Kata mama seraya memeluk ku, begitu pun papa, dan Luthfi menyusul dengan ucapan dan satu cubitan di pipi ku.Mmp, sementara Alex tersenyum dan mengelus pelan rambut ku. Ini semua maksudnya apa? Birthday mereka bilang? "Hari ini ulang tahun ku?" Tanyaku dengan polos. "Ya iyalah! Kau tak mengingatnya?" Luthfi menambah cubitannya. "Ish, sakit. Kau kira aku tahan kau cubit terus!" Huh.. "Sekarang kan September and the day its your birthday El!" Mba Grayse memperjelas.
Eh, iya ada mba Grayse. Aku belum meminta izin atas kesakitanku ini. Aku juga belum menyusun laporan jurnal ku tentang Austin, waduhh gimana nih? Mba Grayse nanyain tidak ya? "Makasih semuanya, oh iya mba maaf, aku belum menyelesaikan tugas jurnal ku." Aku sedikit terduduk. "Tak usah kau pikirkan El." Sahutnya. Ku kembangkan senyuman ku dengan lebar. Namun berubah seketika. Di antara yang datang disini aku merasa ada yang kurang. Aku melihat ke arah pintu keluar. "Siapa yang kau cari El ?" Tanya Alex. "Apa? Tidak ada." Senyum ku lagi. Rupanya mereka mulai heran melihat tingkah ku itu.
###
~Sweet Home~
Luthfi terlihat begitu antusias menemani ku. Bahkan saat telah sampai di rumahpun ia masih saja membuat ku seperti orang yang sakit keras, kemana - mana diikutin, terus apa - apa harus ditemenin. Bagus sih dia care, Cuman itu, membuatku sedikit risih. Sampai aku masuk ke dalam kamar, iya masih saja mengekori ku dari belakang. "Stop!" Langkahku berhenti. Aku berbalik dan lekas menyuruhnya keluar.
Drett derrtt..
Nomer siapa ini? Ragu tuk mengangkatnya. Tapi, kucoba saja. "Hallo?" Suara pertama ku ucap kan.
~Percakapan telphone ~
"Hallo, El Happy birtday. I dont know about it. Sorry Im too late."

KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU (COMPLETED)
Hayran KurguBertemu dengan Justin adalah mimpi pahit Elma. Ia bahagia sekaligus berduka. Ketika masalah semakin membuatnya harus melepaskan Justin, Elma memilih bertahan menderita dengan sikap Justin yang kian berubah. Bila waktu dapat berputar, ia tidak ingi...