2 Mei 2015
Akhirnya mereka memberikan tugas penentuanku. Aku diperintahkan untuk melakukan "sweeping" di sebuah mall di daerah ini, jika aku gagal, mereka mengatakan bahwa secara terpaksa aku akan diusir! Terdengar gila memang. Tempat seperti itu pasti akan banyak dipenuhi oleh makhluk-makhluk jalang yang haus akan kekerasan, belum lagi penerangan sudah mulai meredup. Hmm... Jika saja aku dapat menjamin jika keluar dari kelompok akan membawa keamanan, aku pasti sudah keluar.
Timku terdiri dari 7 orang; Axel, Ujang, Rahman, Fitra, Gifari, Sebastian dan aku. Tidak ada satupun dari mereka yang terlihat seumuran denganku. Mereka terlihat seperti kakak-kakak berumur 23 tahun yang bertampang garang. Aku merasa beruntung akan hal itu; aku merasa aman di dekat mereka.
"Ini pegangan kalian, gunakan hanya jika dalam keadaan genting. Mereka tidak akan memburumu jika kau tidak mengeluarkan suara sialan itu pada saat kau berjalan. Mengerti?" Ujar kepala kelompok kami Bapak Gunawan sambil membagikan pemukul baseball. Pembina kelompok ini adalah seorang pensiunan TNI.
"Siap! Mengerti Pak!" Kami serentak membalas.
"Oke sekarang kalian akan saya turunkan di depan mall itu langsung. Sekarang jam 4 sore, jangan sampai kalian belum pulang sebelum maghrib nanti jika tidak ingin terlibat dalam masalah. Kalian sudah tahu apa yang terjadi jika kalian gagal?"
"Siap sudah Pak!"
Setelah itu kami bergegas menaiki mobil kijang; mungkin itu adalah mobil bapak itu.
Sesampainya kami ditempat, betapa terkejutnya kami karena melihat banyak sekali makhluk itu di halaman mall. Memang mereka tidak terlihat agresif seperti yang pernah kulawan dulu, namun tetap saja jika mereka datang bergerombol seperti itu akan membuat kesulitan.
Aku mulai menuruni kendaraan, diikuti dengan teman satu kelompokku. Ketuanya adalah Sebastian karena memang dia yang terlihat paling pintar diantara kelompokku; namun hey... ia tetap tidak terlihat lebih pintar dariku.
"Selamat berjuang nak! Semoga kau bisa menyelesaikan ini!" Itulah kata-kata terakhir yang aku dengar dari Pak Gunawan sebelum kami mulai memasuki lingkungan mall.
"Jadi begini, kita ada 7 orang, jadi saya akan coba bagi 2 kelompok. Walaupun memang yang bertiga tidak adil dan tidak aman jika kita berpencar, ini menghemat waktu. Kita hanya punya waktu 2 jam kurang sebelum magrib datang. Aku, Axel dan Khalid akan pergi ke daerah supermarket. Sedangkan sisanya, coba cari makanan di foodcourt. Bawa minuman sebanyak yang kalian bisa. Aku menunjuk Fitra sebagai ketua sub-kelompok kalian. Mengerti?"
"Aku setuju saja, Bas!" Respon mereka terhadap ide Sebastian tadi.
"Ayo kita langsung berpencar! Jangan lupa berdoa!" Ucapan Sebastian ini menandakan kami siap meregang nyawa jika terjadi sesuatu.
Aku pergi bersama Sebastian dan Axel. Kami langsung menaiki tangga masuk ke mall tersebut.
Ah! Kupikir mall ini gelap gulita, dugaanku salah. Ternyata disini sangat terang sama seperti mall pada umumnya namun tidak ada pengunjung.
"Hei Hei kemari!" panggilan Axel memecah lamunanku.
"Kau ini bodoh! Ditempat begini bisa-bisanya kau melamun! Kau mau mati? Oh... Tetapi aku tidak peduli."
Aku hanya mengangguk. Axel memang seperti itu orangnya. Jika saja ia tidak lebih tua dariku dan saat ini kita tidak sedang dalam tugas, mungkin aku sudah memukulnya.
"Sel! Kau gak boleh begitu, mau bagaimana juga dia adalah teman kita." Seba membelaku.
"Terserah..." balasnya, ia mungkin tidak ingin kita berdebat.
Kesunyian saat berjalan ke Supermarket di mall ini sangat mencekam. Bagaimana tidak; jalanan mall yang tadinya bersih menjadi hitam, terkadang aku melihat darah pada dinding. Aku mencoba berpikir positif akan hal itu, mungkin makhluk bengis itu berada di tempat yang jauh dari sini sekarang.
"Kau ingat Bas saat dulu kita pergi ke bioskop di mall ini? Banyak film seru yang kita ton..." Belum saja Axel menyelesaikan kata-katanya, terlihat makhluk yang berlari kearah kami.
"A*****! Saya pukul zombienya!"
"Jangan sel! Kita sembunyi aja. Kalo berisik yang lain bisa datang."
"Huh.." Dengan nada kesal ia terpaksa menuruti kata-kata Sebastian
Akhirnya kami bersembunyi di sela-sela kios, mungkin dulunya adalah kios sepatu. Suasana begitu hening hingga makhluk itu lewat. Sampai-sampai nafas kami pun terdengar sangat pelan.
Begitu makhluk itu lewat,
"Fyuh.. Ternyata dia terlihat lebih buruk dari jika dilihat dari dekat." Ujar Axel sambil mencoba untuk bangun. Namun secara tidak sengaja ia menjatuhkan tumpukan box sepatu dibelakangnya.
"Ups.. Salahku."
Makhluk yang tadinya sudah lewat itu kini kembali mendekati kami. Dengan cekatan Axel keluar secara perlahan dari kios dan mendekati makhluk itu.
"Axel! Kemarilah! Makhluk itu hanya kaget, pasti tidak akan menemukan kita!" Bisik Sebastian
"Ya kak Axel jangan bertindak bodoh" Ujarku.
Aku sebenarnya tidak ingin menasihati, namun tingkahnya ini membuat perasaanku tidak enak.
"Ah... Kalau terus nyumput, mau kapan sampainya?" Seraya mengayunkan stik bisbolnya ke kepala makhluk itu.
"Aduh a*****! Ternyata mereka banyak! Jika penerjang ada diantara mereka, kita bisa gawat. Ayo keluar!" Ajak Axel sambil melihat arah dalam mall dengan muka yang agak ketakutan.
Kami langsung berlari hingga Sebastian menghentikan kami dan mengambil beberapa kaleng celengan.
"Hey Bas! Bukan saatnya menabung untuk saat ini, mau apa kau?"
"Ambil saja 2 atau 3 kaleng. Jangan banyak tanya, nanti juga kau tahu."
Axel langsung mengambil apa yang diperintahkan Sebastian, tampaknya ia agak merasa bersalah dengan keluar dari kios lalu memukul kepala makhluk itu.
Kami kembali berlari, namun kini kami tidak berlari menjauh, melainkan mendekat. Setelah merasa agak dekat, Seba kembali menyuruh kami untuk menyumput. Pintar rupanya, Seba menjadikan kaleng-kaleng celengan itu sebagai pengalih perhatian. Ia memotong atas celengan tersebut dan memasukan sepatu yang kecil sebagai permberat di dalamnya. Akupun menirunya.
"Ayo! Kita lanjut lagi sambil berjalan perlahan. Biar para pemukul itu menikmati kaleng celengan berisi sepatu. Hehehe." Ia berkata demikian sambil tertawa kecil
Kami berjalan mendekati supermarket disana.
Bersambung~

KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Dark Fear Stories: Strange Behavior
Science FictionBangun di pagi hari akan terasa menyenangkan jika kita dikelilingi oleh para anggota keluarga. Namun bagiku itu adalah hal yang mustahil, semua telah berubah, anggota keluargaku pergi ke tempat yang belum pasti kutemukan, lalu... makhluk-makhluk ini...