Oh tidak... ini buruk... Listrik supermarket ini mati. Sebastian berkacak pinggang tepat di depan supermarket ini sambil memikirkan jalan masuknya.
"Ayolah Bas! Ini adalah ide yang bodoh! Kita tidak bisa masuk... cari tempat lain saja!" Rengek Axel mencoba mengubah pikiran Seba.
"Maaf Sel... Cuma ini satu-satunya tempat yang menyediakan makanan kaleng dan keperluan lain dengan lengkap."
"Tapi ini sama saja mempertaruhkan nyawa! Lebih baik diusir caranya daripada seperti ini!"
Sebastian tampak tenang, mencoba tidak menggubris rengekan Axel.
"Begini saja, biar saya coba menghidupkan generator listrik supermarket ini. Aku ingat generator disimpan disamping mall ini, mungkin hanya berjarak 50 meter untuk kesana. Kau dan Khalid tunggu aku di kios itu." Ia menunjuk kios baju di samping supermarket
"Baiklah, aku tidak dapat menolongmu jika terjadi sesuatu. Namun cobalah berteriak, mungkin kami bisa mendengarmu." Baru kali ini aku mendengar Axel peduli terhadap orang lain.
"Haha Baiklah! Kau meremehkanku dengan berkata seperti itu.. Aku pergi!"
Seiring sosok Sebastian yang semakin menjauh kami berjalan ke kios itu.
"Lama juga orang itu!" , "Aku sudah tidak kuat menunggu disini!" , "Ayo kita pergi!" Ajak Axel secara beruntun.
"Lalu kau ingin meninggalkan Seba sendirian? Bagaimana Jika terjadi apa-apa?" balasku
"Tidak mungkin terjadi apa-apa, dia itu kuat sampai bisa mengalahkan penerjang sendirian."
"Tapi tidak ada salahnya kita menunggu kan? Bukannya aku takut, namun akan lebih aman jika bersama Seba."
"Aku tidak peduli. Tadi aku agak takut sekarang tidak. Aku baru ingat makhluk itu hanya berjalan di tempat yang ada cahayanya." Kata-katanya ini meyakinkanku untuk pergi dengannya.
Akhirnya aku menerima ajakannya, walaupun secara terpaksa. Aku berpikir ini dapat menjadi latihan ketangkasanku di tempat gelap.
Aku mulai memasuki ruangan supermarket ini. Axel terlihat menyalakan handphonenya untuk menerangi daerah sekitar. Ia menyuruhku mengambil keranjang belanjaan, aku mengambil 3 keranjang sekaligus; untukku, Axel dan Sebastian. Kalian pasti bingung mengapa aku tidak menggunakan troli. Alasannya ada suara troli terlalu berisik, bisa menyadarkan mereka atas keberadaan kami disini.
Dengan perlahan dan nafas yang teratur kami maju ke tempat keperluan yang kami cari; Tisu, Sarden, Popok, Susu semua umur, makanan ringan, makanan instan dan keperluan mandi.
Akhirnya beres juga! Dan Axel sepertinya sudah mengenal tempat ini jauh lebih baik dariku. Wajar saja karena dia ngekos di kos-kosan sebelah universitas itu. Setelah itu kami kembali kedepan, mungkin Sebastian tidak berhasil dan menunggu kami disana.
Saat kami berjalan keluar tiba-tiba aku ingat sesuatu; aku lupa membawa keranjang peralatan mandi.
"Kak.. Keranjang mandi tidak kebawa, lupa."
"Aduh sia***, kau memang tidak bisa teliti sekali saja."
"Maaf kak.. Jadi gimana?"
"Ya ambil!"
Aku kembali kebelakang, mengambil keranjang itu. Namun ada hal janggal yang terjadi. Lantai menjadi terasa agak basah, aku tidak tahu asal cairan itu. Aku mengabaikannya sambil berjalan menghindar dengan perlahan. Kulihat Axel sesekali menengokku untuk mengecek.
Oh Tidak! Aku melihat sepasang mata berwarna biru tua menyala baru saja melewatiku! Aku tidak ingin berteriak karena aku tidak ingin dikatakan lemah oleh Axel, dan jika aku berteriak juga bisa memanggil makhluk yang lain disini.
Itu dia keranjangnya! Aku mendekati keranjang itu lalu....
TEK...TEK...TEK....
Bersambung~

KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Dark Fear Stories: Strange Behavior
Научная фантастикаBangun di pagi hari akan terasa menyenangkan jika kita dikelilingi oleh para anggota keluarga. Namun bagiku itu adalah hal yang mustahil, semua telah berubah, anggota keluargaku pergi ke tempat yang belum pasti kutemukan, lalu... makhluk-makhluk ini...