Belum saja aku dapat membantu Axel, tiba-tiba di belakangnya muncul lagi sesuatu...
Oh itu Sebastian rupanya. Ia langsung memukul kepala makhluk itu dan seketika makhluk itu terjatuh. Ia memukulnya tanpa ampun sehabis itu.
Aku datang menolong Axel; melepas sweaterku lalu mencoba membalut tangannya yang bercucuran darah.
"Hei Khalid! Cepat ambil barang barang itu! Kita pergi dari sini!"
"Baik kak!"
Aku mengisyaratkan Axel agar terus menempelkan sweaterku ditangannya. Lalu aku segera mengambil 2 keranjang yang tadi dipegang Axel dengan kedua tanganku.
Kami berjalan kembali keluar mall itu. Waktu menunjukkan pukul 5.33 sore, itu tandanya sebentar lagi matahari akan hilang dari pandangan.
"Yang lain kemana! Kita sudah sepakat agar tidak lama-lama di dalam!" Bentak Sebastian.
"A...Aku tidak tahu kak"
"Kalau begini biarkan mereka ditinggal disini. Kita bisa kembali lagi. Sekarang yang penting kita cari mobil untuk ke base mengobati Axel."
"Oke saya bawa mobil Xenia itu!"
Aku bergegas mendekati mobil Xenia yang kulihat di depan jalan itu dengan tongkat baseball di tangan kananku. Aku melihat sesuatu di dalam, saat aku membuka pintu mobil....
"ARGH...ARGH...GRAH!"
Oh.. hanya peninju rupanya. Peninju tidak memiliki kecepatan yang berarti seperti penerjang, namun pukulannya terasa lumayan sakit. Aku membuka pintu belakang mobil sambil menghindari makhluk jalang ini. Setelah makhluk itu keluar aku memukulnya lalu cepat-cepat masuk mobil itu. Aku cukup beruntung dapat mengendarai mobil, coba saja jika makhluk ini sudah menyerang namun aku baru belajar pastinya sangat membuang waktu.
"Ayo kak!" Teriakku sambil menghentikan mobil di depan mereka.
Mereka langsung menaiki mobil. Axel terlihat sangat kesakitan hingga mukanya pucat. Darahnya pun terus menetes. Kekhawatiranku satu-satunya adalah Axel meninggal karena kehabisan darah.
Aku mengemudikan mobil ini sekencang yang kubisa kemudikan. Mungkin sudah 5 peninju atau penerjang yang kutabrak. Jujur saja pikiranku saat ini kacau karena tadi tidak bisa menolong Axel. Ini sangat buruk, pergelangan tangan kiri Axel putus. Aku berharap dokter yang dimiliki mereka adalah dokter yang cukup handal, mungkin dokter bedah yang Axel perlukan.
Sesampainya kami di gerbang base.
"Pak punten ini Axel tangannya patah. Kita perlu dokter sekarang, dokter dimana ya pak?" Tanyaku.
"Innanillahi... Coba kamu ke Fakultas Kedokteran daerah Unpad! Hari ini wilayah itu baru dibersihkan. Cari Bapak Yayan."
"Iya makasih pak, kami langsung kesana."
"Aduh hati-hati ya.. Itu tangannya juga sudah berdarah banyak seperti itu."
Aku tidak sempat menjawab perkataan bapak itu, hanya membalas lewat senyuman saja.
Base kami memang berada di wilayah universitas ini. Sebastian terlihat sibuk menahan tangan Axel sambil menenangkannya. Tidak terasa aku sudah berada di depan Fakultas.
Singkat cerita akhirnya Axel saat ini sudah dirawat. Kini aku mendapat evaluasi dan menunggu hasil apakah aku dapat bertahan disini atau tidak. Sebastian di malam hari ini kembali ke mall mengevakuasi teman-temannya.
"Oke Khalid. Kenapa temanmu bisa seperti itu?" Tanya pak Lurah memecah lamunanku.
"Oh.. i..itu pak tadi ada penerjang memegang tangan kak Axel, saya sudah bantu lepaskan tapi tidak bisa. Jadi kak Axel menyuruh saya mengambil pisau untuk memotong tangan makhluk itu. Tapi belum saja saya sempat mengambil pisau, makhluk itu kembali bangkit. Padahal saya sudah yakin makhluk itu jatuh."
"Kenapa kamu tinggalkan dia? Lalu Sebastian dimana saat itu?"
Aku menjawab dengan jujur, sambil pasrah terhadap keputusan lurah itu masih ingin membuatku bertahan disini atau tidak. Aku juga menceritakan bahwa ada belut raksasa yang menyerang kami saat itu. Kemudian...
"Baiklah Lid, sebelumnya mohon maaf. Kau tidak bisa tinggal disini. Kau tidak membawa bahan makanan satupun. Hanya Sebastian yang membawa satu keranjang. Lalu kau membiarkan temanmu Axel seperti itu, sikap seperti ini tidak bisa saya tolerir. Mohon maaf" Kata-kata Pak lurah ini mengiris hati. Aku tidak tahu kemana aku akan pergi selain disini. Orangtuakupun masih belum memberi kabar.
Aku hanya mengangguk.
"Baiklah sekarang kau tidur. Kau boleh pergi besok. Kami tetap akan menyiapkan makananmu. Anggap saja sebagai pesangon."
Setelah itu ia pergi mengobrol dengan orang lain. Sangat kejam memang. Aku berlalu ke kamarku menyiapkan barang-barangku untuk besok.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
*Setelah Khalid pergi ke kamarnya.
"Permisi pak. Ternyata sekarang sudah saatnya tahap 3. Mereka terus bermutasi untuk saat ini." Ujar
Pak Lurah
"Baiklah... ini saat yang bagus untuk memasang pagar di sekitar wilayah ini. Kita tidak ingin makhluk itu terus menerjang. Bukan?" Balas seorang bapak berseragam polisi.
End of Chapter 2: "Much Talk, Ends Hard"
SFX : "Jeng, Jeng, Jeng"

KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Dark Fear Stories: Strange Behavior
Science FictionBangun di pagi hari akan terasa menyenangkan jika kita dikelilingi oleh para anggota keluarga. Namun bagiku itu adalah hal yang mustahil, semua telah berubah, anggota keluargaku pergi ke tempat yang belum pasti kutemukan, lalu... makhluk-makhluk ini...