Chapter 1: "The Flashback", Part 4

173 11 0
                                    

Akhirnya aku bisa keluar dari ancaman warga perumahanku. Hal yang ingin kulakukan sekarang adalah mencari tempat yang aman untuk tidur dan menghubungi kedua orang tua serta adikku.

Oh ya ampun...

Kota ini seperti kota mati.. Jika kau hanya menonton film resident evil dan kau membayangkan bahwa akan seperti itulah kotamu jika zombie menyerang, itu salah, disini lebih buruk.

Jalan-jalan seringkali ramai dengan "makhluk-apapun-itu" tersebut. Aku tidak bisa memanggil mereka zombie. Zombie memakan daging manusia ataupun hewan yang ada, namun ini hanya menyiksa manusia ataupun hewan tanpa memakannya. Aku belum tahu apa yang mereka makan, untuk sekarang.

"Tolong A... Tolong!!!"

Jeritan bapak itu memecah lamunanku.

Aku memelankan motorku, lalu melihat bapak itu. Oh ternyata dia manusia. Aku menghentikan motor di tempat yang aman.

Aku melihat ia dikejar oleh makhluk jalang itu, lalu menyiapkan batu sebesar genggaman tanganku untuk menjatuhkannya.

Perlahan aku berjalan mendekati bapak itu. Tetapi aku terlambat, makhluk itu sudah menerjang bapak itu.

Aku berlari kesana lalu memukul kepala makhluk itu sekuat tenaga. Alhasil, kepala makhluk itu keluar darah dengan deras, aku merasa sangat bersalah telah memukulnya walaupun ia sudah melukai bapak itu.

Aku segera mengangkat bapak itu dengan cepat. Kulihat di kakinya terdapat luka sobek. Ugh.. Itu terlihat sangat parah.. Seperti luka sobekan sang ibu di film the impossible.

"Kamu ambil motornya, gak usah ngegotong saya berat." kata bapak itu.

"oke, tu..tunggu pak" balasku, lalu dengan sigap aku berlari ke tempat motorku diparkirkan.

Aku berpikir mungkin dua orang lebih baik dibandingkan satu orang. Jadi, menurutku ini adalah pilihan yang tepat dengan mengajak Bapak ini bersama.

Deg.. Tunggu dulu..

Bagaimana jika Bapak ini hanya ingin mengambil motorku?

Keadaan seperti ini kadang memaksa seseorang berbuat egois untuk menyelamatkan dirinya sendiri.

Secara tidak sadar motorku sudah mendekati bapak itu, lalu aku memutar balik. Bapak itu mencoba menaiki motorku, namun aku tancap gas.

"Dik!!", teriaknya. "Tolonglah saya ini. Saya udah gak bisa jalan".

"Saya tau Bapak cuma perlu sama motor saya! Ambil aja motor lain pak kenapa harus punya saya!" Balasku. Aku tidak tahu mengapa aku berbuat seperti demikian.

"saya gak ada pikiran begitu!" teriaknya lagi.

"Mohon maaf pak! Saya gak bisa!" balasku lagi. Aku hanya ingin mencari aman tanpa perlu mengambil resiko.

Saat aku ingin pergi tanpa menggubrisnya, ia berkata kembali, "Dik... Saya tau tempat yang mungkin aman buat kamu dan saya. Warga2 saya ada disana!", imbuhnya

Seketika saja aku mengerem, lalu memutar balikan motorku kembali mendekati Bapak itu.

"Baik pak, tapi bapak yang nyetir." Aku menyuruhnya menyetir, jadi jika dia berbuat macam-macam aku bisa menjatuhkan motor ini.

"Baik dik, tapi kaki saya...", kubalas "maaf pake kaki satunya saja pak. Mohon maaf tapi saya takut terjadi seperti yang ada di film-film."

"Baiklah dik.." balasnya, lalu menaiki motorku dengan perlahan.

Ia tahu, ia tak akan bisa memaksaku, ia lebih memilih mengalah. Aku tidak mengobrol dengannya di sepanjang perjalanan.

Singkat cerita kami pergi ke sebuah supermarket. Baru saja kami melangkah turun ke supermarket, makhluk itu mengerubungi kami!

"AAAARRGHHH!!!!"

Salah satu makhluk menerjang kearahku, untungnya bapak itu membantuku dengan menendangnya.

Aku bertarung dengan tangan kosong, begitupun dengan Bapak itu yang bertarung sambil mengumpat makhluk-makhluk itu;

"Sini A*****!, Sini G*****!, situ gak bisa bunuh saya!!!".

"AAAAAAAHHHHHH!!!!"

Beberapa saat kemudian terdengar jeritan dari bapak itu. Salah satu dari makhluk itu menarik luka sobeknya. Aku mencoba kembali membangunkannya namun percuma ia hanya meringis kesakitan. Aku mencoba menendang, menonjok, namun semua percuma; aku harus menerima kenyataan, kalah jumlah.

Aku tersungkur ke tanah, hidungku berdarah, mataku sudah samar tak bisa melihat apapun lagi. Aku merasakan darah mengalir di kakiku, aku sudah mati rasa.

Disaat mataku mulai bengkak dan menutup, aku melihat sekelompok orang datang. Entah asalnya dari mana, namun syukulah.. Harapan masih ada di dalam diriku.

Bersambung~



Deep Dark Fear Stories: Strange BehaviorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang