Pagi ini aku dan Tama bersantai sambil berbincang mengenai kehidupan kami masing-masing. Ya, kalian bisa berkata kami saling curhat. Tapi asal kalian tahu, menemukan seseorang yang bisa diajak mengobrol itu sulit. Contohnya setiap makhluk yang kutemukan hanya mencoba mengejar dan memukulku, lalu kelompok yang kutemukan sebelumnya adalah kelompok yang hanya mencoba memanfaatkanku.
Aku tahu saat ini aku tidak seharusnya tidak hanya diam di satu tempat dan merasakan kenyamanan sementara. Orang tuaku mungkin saat ini masih kebingungan mencariku dan berandai-andai apakah aku selamat atau tidak. Semoga saja mereka tidak membahayakan nyawa mereka karenaku.
"Tama, sore ini setelah aku shalat ashar, aku akan pergi untuk mencari orang tuaku, kau bisa tinggal jika kau mau, biar aku pergi sendiri saja." Ujarku pada Tama yang sedang melamun.
"Oh seperti itu kah kau? Akan meninggalkanku seperti itu saja? Tentu saja aku akan ikut!"
"Aku bukannya tidak ingin mengajakmu, tapi keadaan berkata lain, aku tidak ingin melihat muka jelekmu hancur akibat makhluk itu meninju mukamu."
"Hahaha bodoh. Dari awal, kau sendiri yang lebih lemah dariku, jika aku tidak ikut kaulah yang akan mati duluan."
"Tidak bisa begitu, siapa yang dengan sekali tonjokannya dapat membuat seseorang hampir pingsan? Aku, bukan?"
"Si*l*n! Terserah kau saja, aku ikut."
"Silahkan saja, aku tidak memaksamu akan tinggal atau ikut. Sekarang, bantu aku memasukan barang-barang ini ke tas yang kau ambil dari toko yang kita lewati kemarin!"
Tama memang begitu, sifatnya yang kadang kekanakan dapat menimbulkan perdebatan yang konyol. Setidaknya akan ada hiburan di jalan nanti.
Segera setelah bersiap dan shalat ashar kami berangkat dari tempat tempat ini. Aku masih belum yakin ingin mencari keluargaku kemana. Tempat yang kutuju itu belum pasti. Mereka bisa saja pergi ke Lampung lewat tol, ataupun pada skenario terburuknya mereka meninggal di perjalanan. Hatiku tak karuan memikirkannya.
"Hei Khalid! Akan lebih baik jika kau melihat keadaan sekitar! Jangan melamun saja!"
"Oh ba..."
Belum saja aku selesai menyelesaikan perkataanku, tiba-tiba pemukul menerjang kearahku!
"Tama bantu aku!"
Aku menahan pukulannya sambil meringis kesakitan, ternyata kekuatan mereka sangatlah kuat, jika tidak ada benda tajam, aku tidak dapat membunuhnya. Tama mencoba mendorong makhluk itu agar lepas dariku. Setelah itu aku mengambil senapan yang kutemukan sebelumnya, lalu kupukulkan kearah mukanya.
Makhluk itu terlihat kehilangan keseimbangan, aku dan tama memukulnya dengan kencang untuk sekali lagi, lalu kami kabur kearah bangunan bekas pabrik. Ah aku tidak tahu kapan makhluk ini akan menyerah, Ia bangun kembali!
"Grah!!!"
Suara makhluk itu dapat membuat merinding orang yang mendengernya.
"crank!"
Bodohnya aku, aku tidak sengaja menginjak kaca, rupanya ini adalah daerah pembuangan; banyak sekali kaca disini. Makhluk itu mendelik kearah kami. Pemukul tidak akan dapat berlari kencang, jadi aku dan Tama mencoba berpikir dahulu kemana selanjutnya kami akan pergi. Akan berbahaya jika kami asal masuk tempat dan nantinya dikepung oleh makhluk si*l*n ini.
AH! Dugaan kami meleset! Peninju itu berlari kearah kami layaknya seorang penerjang!
"Khalid! Cepat kau putuskan! Kita akan pergi kemana?"
Terlihat dalam wajah Tama kekhawatiran yang menjadi-jadi sehingga hamper saja ia mengeluarkan air mata, tangannyapun gemetaran, mungkin ia belum pernah mengalami kejadian seperti ini.
"Masuk saja ke ruangan pabrik tekstil yang paling depan itu, cepat!"
Aku memilih memasukinya karena aku tidak ingin membahayakan temanku; akupun tidak ingin babak belur seperti Axel ataupun saat aku baru keluar dari rumah.
"DAK!"
Tama menendak pintu itu sangat keras karena pintu itu memang terkunci. Untungnya pintu tersebut adalah pintu bukaan dorong/tarik sehingga kami dapat menyelipkan sesuatu pada gagang pintu agar makhluk itu tidak masuk.
"Khalid, tempat apa ini?" ujar Tama sambil berbisik.
"Mana kutahu! Aku belum pernah ke tempat ini juga sebelumnya, instingku mengatakan akan lebih baik jika kita kesini."
"Instingmu ya? Hahaha jika instingmu memang bagus kau tadi tidak akan menginjak pecahan kaca itu."
"Sudahlah ma! Aku tidak ingin berdebat! Setidaknya tadinya pintu ini terkunci, tempat ini pasti belum dimasuki makhluk-makhluk itu!"
"Uh terserah kau saja lah"
Untungnya Tama mengerti perkataanku. Sebuah perdebatan konyol di tempat yang belum diketahui seperti ini dapat membuat kita mati sia-sia. Ya, karena makhluk-makhluk itu dapat mendengar suara, kami sudah pasti akan didatangi oleh mereka.
"Hey Khalid! Cepat kemari!"
"Apa yang kau lihat? Jangan sentuh apapun ma, bisa saja jebakan! Aku pernah melihat makhluk yang dapat memerintah penerjang, makhluk gendut, makhluk yang satunya aneh! Ia memiliki seperti moncong ikan cucut di kepalanya, aku tak tahu apakah itu, yang jelas aku yakin makhluk itulah yang mengontrol mereka!"
"Aku tidak sebodoh itu"
Aku dan Tama mulai maju perlahan sambil membawa senjata masing-masing. Tama memegang stik bisbol, dan aku memegang senapan.
"Lid, ini laboratorium ya?" Tama bertanya kepadaku.
"Mungkin iya, banyak sekali kandungan kimia disini. Setahuku ini adalah pabrik tekstil, apa mungkin ini zat kimia yang mereka campur untuk mewarnai kain?"
"(Sambil memegang sesuatu) Disini tertulis Arsenik (As), satu lemari dengan sianida. Mungkinkah pabrik tekstil punya zat kimia seperti ini?"
"Bisa saja, Arsenik juga dapat digunakan untuk membuat kaca khusus. Sebentar..."
Aku yakin, sangat yakin perusahaan gedung ini masuk kedalam kompleks pabrik tekstil. Adanya Garmen di samping gedung ini menguatkan kemungkinan bahwa ini benar-benar pabrik tekstil. Namun, mengapa ada banyak sekali kaca dan arsenik di ruangan ini?
"Coba baca tulisan yang ada di atas itu Ma."
"Matamu tiba-tiba minus huh? Itu Pasir Silika."
"Tidak kelihatan. Lumayan jauh dari sini. Oh pasir... Silika?"
Tidak mungkin! Benar adanya ini adalah tempat pembuatan kaca!
Aku mulai memasuki ruangan yang ada di lorong gedung ini satu-persatu. Setiap ruangan seperti memiliki unit kerjanya masing-masing. Pintu pertama yang kumasuki adalah tempat mereka menaruh cairan-cairan yang tidak kuketahui cairan apakah itu. Salah satu botol cairan itu memiliki nama "Eksperimen 28". Ugh bertambahlah rasa curigaku, eksperimen apa yang mereka maksud di sini?
Lalu aku mulai berjalan lagi menuju pintu kedua saat Tama sedang mencari sesuatu di gundukan yang ada di lobi. Pada pintu kedua terdapat tulisan "Supervisor Room – Mr. Hadinugraha", ah rupanya pintunya terkunci. Kucoba untuk mendobraknya, namun gagal.
Tiba-tiba aku merasakan punggungku di sentuh oleh seseorang...
"Astaghfirullah! Kau mengagetkanku saja Tama!"
"Lihat ini Lid, gedung ini adalah tempat eksperimen!" Sambil menyodorkan sebuah buku kearahku.
Aku keheranan menatapnya, lalu membuka buku yang diberikan Tama.
Bersambung~

KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Dark Fear Stories: Strange Behavior
Science FictionBangun di pagi hari akan terasa menyenangkan jika kita dikelilingi oleh para anggota keluarga. Namun bagiku itu adalah hal yang mustahil, semua telah berubah, anggota keluargaku pergi ke tempat yang belum pasti kutemukan, lalu... makhluk-makhluk ini...