Di karenakan dee medapat masukan di dunia orange maupun dunia medsos dari beberapa reader yang penasaran dengan akhir kisah cinta segitiga antara Bita, Romeo dan Endra, dee akan melanjutkan cerita ini. Selamat membaca ya reader tercintah....
***
"Kenapa kamu Bit? Pagi-pagi udah lecek begitu mukanya kayak baju gak pernah di setrika aja" Ayu menatapku keheranan.
"Pagi-pagi aku udah dapet sarapan omelan dari pak bos kita" jawabku kesal. Keyboard komputer yang tak bersalah ikut jadi sasaran pelampiasan kekesalanku. Aku mengetik dengan kasar.
"Dia marahin kamu lagi? Nggak bosan-bosannya tuh orang. Emangnya kamu salah apalagi sih?"
"Laporanku ada yang kurang spasi doang, tapi ngamuknya kayak aku korupsi duit kantor semilyar" ini bukan lebay ya guys, kenyataannya yang ku rasain emang gitu kok. Dia memperlakukanku seperti narapidana koruptor.
"Apalagi kalo kamu beneran korupsi ya? Udah di bunuh kali kamu Bit. Dia itu emang galaknya gak ketulungan. Lagian kamu juga sih pake salah segala. Udah tau orangnya super perfeksionis"
"Aku juga manusia kali. Salah dikit-dikit juga. Au ah. Aku mau ke pantry dulu bikin kopi pahit biar mataku membelalak waktu kerjain revisi laporan nanti" aku beranjak dari dudukku.
"Suruh OB aja Bit. Nanti kalo pak boss panggil, kamu nggak di tempat, dia marah lagi loh"
"Ah...bodo amat..." aku meninggalkan Ayu begitu saja. Agak gak sopan sih, padahal dia tadi yang nyamperin aku ke meja kerjaku malah aku pergi meninggalkannya.
"Loh Bit...? Bita...? Gimana sih nih bocah...ckckck..." ku abaikan Ayu yang samar-samar mengomel. Dia pasti kesal karena dia bagai tamu yang di tinggalin tuan rumahnya.
Tumben pantry sepi. Sepertinya semua OB sedang mengantarkan pesanan minuman para staf. Oke, akan ku racik sendiri kopi yang hari ini ku inginkan lebih pahit dari biasanya. Sepahit nasibku pagi ini.
Saat aku sedang memasukkan sesendok kopi dalam cangkirku, tiba-tiba...krekkk...ada seseorang yang membuka pintu. Awalnya ku pikir seorang OB atau OG yang datang, ternyata setelah ku balikkan badan, oh dia lagi..dia lagi...si malaikat maut pencabut mood.
"Pak..." sapaku kikuk. Mulutku seperti habis di olesin alteco, untuk tersenyum saja sangat kaku.
"Kamu disini?"
"Iya pak, pengen kopi"
"Kan bisa nyuruh OB. Sengaja kamu ya? Biar bisa kelayapan. Pantesan kerjaanmu itu gak ada yang beres" Tuhan...berdosakah aku jika suatu hari nanti aku akan mendorong orang dzolim ini masuk ke dalam kandang yang berisi tujuh harimau kelaparan?
"OB nya sibuk semua pak" aku berusaha tetap tenang sambil mengaduk kopi di cangkirku, walaupun emosi yang tengah ku tahan mati-matian ini cukup membuat jemariku gemetar. Semoga dia tak menyadarinya.
"Kan kamu bisa menunggu giliran. Tentu saja OB harus mendahulukan pesanan staf yang lebih dulu memesan minuman. Masak kamu baru pesan tapi maunya kopi langsung datang. Enak aja. Kantor mbahmu apa?!" Ralat Tuhan, aku nggak jadi mengumpankannya ke harimau. Aku akan mencincangnya saja, ku rendam dengan bawang putih dan garam lalu ku goreng. Setelah itu aku ingin menjadi Sumanti, ehhh...
"Permisi pak. Saya sudah selesai. Mau balik ke ruangan" ku bawa cangkirku dengan hati-hati. Ku lihat dia juga sedang menyeduh kopi hitam.
"Baguslah. Cepat kerja sana"
"Iya pak. Bapak juga cepat kembali ke ruangan. Kalo kelayapan jangan lama-lama" entah mulutku ini dapat ide dari mana. Naluri balas dendam itu hadir begitu saja. Tapi aku tak menyesali ucapanku, malah bangga pada diri sendiri karena punya ide cemerlang seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Merah Jambu
General FictionBita belum pernah bertemu dengan Edu, tapi dia yakin bahwa dia telah menemukan cinta pertamanya. Setelah sekian lama saling berkirim surat, kenapa Bita masih saja sulit bertemu dengan Edu? Bita mulai merasa ada yang janggal dengan sosok lelaki yang...