Parfum 4

458 42 2
                                    

Sungkyu menyiramkan sedikit air ke daerah yang terkena tumpahan wine, dan melapnya dengan tissue, tapi tetap saja masih ada bekas noda disana. Akhirnya Sungkyu memutuskan untuk menyerah melakukan hal itu. Sudahlah, dia akan membuang baju itu saja, nanti setelah sampai di rumah. Kemudian Sungkyu memandang dirinya sendiri di cermin, dan pantulan adegan Woohyun dan Eun ji yang cukup mesra kembali terputar ulang di depannya, ada rasa sedikit iri pada pasangan itu, entah kenapa, Sungkyu seperti merasa cemburu dengan keduanya, padahal mengenal Eun ji saja baru hari ini. Apa mungkin dia cembru pada Woohyun? Sungkyu menggelengkan kepala, eiihh...tidak mungkin! Dia masih pria normal. Meski di campakkan oleh Seolhyun begitu membuatnya frustasi, tapi dia yakin itu tidak akan membuatnya berubah menjadi seseorang yang tidak normal, lalu perasaan apa ini?

~~

Pria tua itu tersenyum. Jaket dan baju hangat sudah ia kenakan. Kini ia hanya perlu menunggu supirnya membukakan pintu untuknya dan membawanya keluar dari mobil. Tak perlu menunggu lama, si sopir sudah membukakan pintu mobil untuknya, dan membantunya keluar dari mobil kemudian membantunya duduk di kursi roda yang telah disiapkan sebelumnya oleh si supir. Setelah semuanya beres, si supir mulai mendorong majikannya mengitari pinggiran sungai han. Saat itu udara sedang sejuk, dan juga tak banyak orang, jadi mereka bisa dengan nyaman menikmati pemandangan indah sungai han. Cukup lama mereka berjalan-jalan dalam diam, dan si supir pun tak mengeluh sedikit pun karena harus mendorong kursi roda milik majikannya cukup jauh.

"Pak Park" sapa si majikan kemudian memecah keheningan di antara mereka.

"Yyehh...sajangnim" jawab si supir.

"Aku mendengar kau sedang kesulitan keuangan" kata si majikan pelan, berusaha agar tidak menyinggung si supir, si supir hanya diam.

"Apa Eun kyung baik-baik saja? Terapinya lancar?" lanjut si majikan. Si supir tersenyum.

"Dokter mengatakan, jika dia tidak mendapatkan pendonor kali ini, mungkin akan lebih sulit untuk kedepannya" jawab si supir lagi, masih terus mendorong kursi roda majikannya. Si majikan terdiam, mengingat kembali masa-masa kejayaannya dulu sebelum dia terkena stroke dan menjadi lumpuh seperti sekarang, pak Park selalu setia berada di sisinya. Di samping sebagai seorang supir, pak Park sudah lebih seperti seorang teman baginya.

"Kau, lanjutkanlah terapi untuk Eun kyung, kau tidak usah mengkhawatirkan mengenai dana" ucap si majikan kemudian.

"Yyehh...gomapseumnida, sajangnim" ucap si supir terharu, ternyata, waktu tak merubah kebaikan hati yang dimiliki majikannya itu, dia masih saja dermawan seperti dulu.

"Hmmm...apa Eun ji baik-baik saja?" Tanya si majikan lagi, mereka berhenti tepat di pinggiran sungai han, di tempat yang terdapat sebuah kursi taman. Si supir memarkirkan kursi roda majikannya disana, dan dia sendiri duduk di kursi taman.

"Yyeh...dia bekerja dengan penuh semangat setiap hari di perusahaan" jawab si supir.

"Apa dia sudah bertemu dengan Sungkyu?" Tanya si majikan lagi. Si supir tidak menjawab, dia tidak tahu jawabannya. Eun ji tak pernah menceritakan mengenai hal itu. Tiap hari, setelah pulang dari kantor, Eun ji hanya makan malam lalu masuk ke dalam kamarnya, atau sesekali keluar bersama pacarnya Woohyun.

"Hah...Sungkyu anak itu, mungkin karena usianya yang sudah matang, dia menjadi mudah marah, terkadang membuatku berpikir apa sudah benar membuatnya menjadi Presdir?" lanjut si majikan mengeluh mengenai anak tunggalnya.

"Tapi bagaimana pun, Presdir Kim adalah satu-satunya anak anda, dan kudengar, perusahaan banyak mengalami kemajuan setelah dia mengambil alih" ucap si supir hati-hati, takut menyinggung perasaan majikannya.

"Kau benar mengenai hal itu. Aku mendidiknya dengan baik untuk menjadi seorang pewaris, tapi dia menjadi gila kerja sekarang, terlebih lagi saat dia memutuskan hubungan dengan tunangannya, padahal seharusnya sebentar lagi mereka menikah" cerita si majikan. Si supir kembali hanya diam, menyimak dengan seksama.

"Apa aku perlu mencarikan calon istri untuknya?" Tanya si majikan kini memberikan kode kepada si supir untuk menjawab.

"Heemm...menurut saya, tuan muda mungkin tidak akan suka ide itu tuan" jawab si supir lagi.

"Ah yah..kau benar. Sungkyu itu sangat mirip denganku, kami berdua sama-sama tidak suka di atur, keinginan kami hukumnya mutlak, dan kami memilih sendiri orang-orang yang ada di sisi kami" jelas si majikan, si supir membungkuk sedikit, membenarkan. Si majikan kemudian terdiam sesaat. Selama ini dia sudah membangun perusahaannya menjadi perusahaan yang cukup kuat untuk tidak bertopang atau bergantung dengan keberadaan perusaaan dari grup lain, sehingga tidak perlu adanya sesuatu yang di sebut pernikahan politik, dan Sunggyu membuat grup Kim milik mereka makin kuat, lebih kuat dari sebelumnya.

"Oh, kemarin ibu Sungkyu mengatakan sesuatu mengenai Eun ji, kudengar dia tumbuh menjadi gadis yang baik dan santun" lanjut si majikan. Si supir terpaku di tempat selama beberapa detik, kemudian membungkuk.

"Kapan-kapan, katakan pada Eun ji untuk berkunjung, sudah lama sekali sejak terakhir kali dia datang" lanjut si majikan, sekali lagi si supir hanya membungkuk, mengiyakan. Mereka terdiam lama, saat angina tiba-tiba bertiup lebih kencang dari sebelumnya, udaranya menjadi semakin dingin.

"Apa seharusnya aku menjodohkan Eun ji dan Sungkyu saja?" si majikan tampak berpikir dan mata si supir nyaris membulat sempurna mendengarnya, tapi tetap diam, tidak memberikan komentar.

"Ah, pak Park kupikir sudah waktunya pulang sekarang, sepertinya sebentar lagi akan turun hujan" ucap si majikan. Si supir membungkuk lagi, kemudian kembali mendorong kursi roda majikannya menuju tempat mobil mereka di parkirkan.

Flashback on

"Eun ji yyah...Eun ji yyah..." teriak seorang anak laki-laki berumur 9 tahun dari dalam kamarnya.

"Eun ji yyah! Park eun ji !" teriaknya makin lantang, seorang gadis berusia 6 tahun berlari masuk ke dalam kamar tempat anak laki-laki itu berada.

"Oppa! Kau memanggilku seperti besok akan kiamat! Ada apa denganmu?" Eun ji berkacak pinggang sambil memandang nanar ke arah anak laki-laki itu. Tadi, dia sedang asik membantu ibunya di dapur yang sedang menyiapkan makan malam untuk keluarga Kim.

"Ad-ada laba-laba, aku ingin keluar tapi tidak bisa! Ada laba-laba disana!" anak laki-laki itu menunjuk tepat di gagang pintu. Seekor laba-laba bertengger di sana, dan tidak bergerak sama sekali. Eun ji tertawa terbahak.

"Yyah,,Kim Sungkyu! Kau pikir berapa umurmu? Dan seekor laba-laba membuatmu takut seperti itu? Ckckck...." Eun ji tanpa diminta langsung mengambil kertas, dan menyingkirkan laba-laba itu dari sana, membuangnya kedalam tong sampah dan mengikat plastik yang melapisi tong sampah itu.

"Kau lihat? Hanya butuh waktu kurang dari 3 menit untuk menyingkirkannya" ucap Eun ji kemudian. Sungkyu melompat dari atas tempat tidurnya dan segera memeluk Eun ji, dan mengecup pipinya.

"Gomawo...Eun ji yyah" ucapnya, sekali lagi Eun ji memandangnya nanar, dia tidak nyaman setiap kali Sungkyu melakukan hal itu, jadi Eun ji hanya mencubit pipi Sungkyu dan keluar dari kamar anak laki-laki itu dengan sebal, kembali ke dapur membantu ibunya.

Itu adalah terakhir kali Eun ji bertemu dengan Sungkyu, karena setelahnya, Eun ji sibuk dengan sekolahnya dan Sungkyu di kirim ke Washington untuk bersekolah.

Flashback off

~~


ParfumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang