Parfum 13

351 36 2
                                    

Selama ini dia dikenal sebagai orang yang easy going, dia tidak suka mempersulit segalanya, asalkan ada jalan keluar, maka yang termudahlah yang akan di laluinya. Ini persoalan terumit pertama dalam hidupnya. Sunggyu memegang bibirnya kebiasannya saat dia sedang berpikir keras. Ini rumit, sepertinya dia sudah menempatkan dirinya sendiri dalam sebuah kisah cinta segitiga, sayangnya, dialah yang menjadi orang ketiganya, dan Sunggyu tidak suka itu. Tapi waktu sudah berjalan, bumi berputar pada porosnya, sesuatu yang sudah terlanjur terjadi tak bisa diulang atau pun dihapus dari ingatan, semuanya sudah terjadi, cintanya sudah dia jatuhkan pada seorang Eun ji, dan hal itu harus dia perjuangkan.

Sunggyu tersadar dari lamunannya saat pintu ruang kerjanya di ketuk. Dia sudah tahu siapa yang datang menemuinya, tadi dia sendiri yang memanggil wanita itu untuk datang, jadi Sunggyu merapikan sedikit kemeja dan dasinya, kemudian berjalan menuju sofa di tengah ruangan setelah dia mengatakan kata "masuk" untuk wanita yang tadi mengetuk pintu kantornya.

Wanita itu berjalan dengan ragu, tapi tetap meyakinkan diri untuk bisa bertahan dan menghadapi segalanya, setelah dia membungkuk sedikit kepada Sunggyu yang berstatus bosnya, wanita itu hanya bisa menunduk, menatap lantai, seolah lantai yang berwarna grey itu sangat menarik untuk di pandang.

"Silahkan duduk, Nona Park" ucap Sunggyu sopan, kemudian dia snediri duduk di sofa tunggal yang berada tepat di tengah deretan sofa panjang, setelah Eun ji duduk dengan tenang di salah satu sudut sofa panjang.

"Aku yakin kau sudah mendengarnya dari orang tuamu" Sunggyu memulai. Eun ji terdiam, menunduk. "Aku tidak akan memaksamu, kau bisa memikirkannya. Jangan merasa terganggu karena hal ini" lanjut Sunggyu, Eun ji masih setia dengan kediamannya.

"Nikmati waktumu dan bersikaplah dewasa" jelas Sunggyu lagi. Kemudian diam diantara mereka. 5 menit, 10 menit, 15 menit...

"Ahh, maaf Tuan Kim, apa aku boleh meminta sesuatu?" Sunggyu menoleh, menatap wajah Eun ji, terdengar ganjil rasanya Eun ji memanggilnya tuan, tapi dia berusaha dengan sangat keras menutupi ketidaksukaannya itu, dia tidak ingin Eun ji merasa terganggu karena tatapannya.

"Apa kau bisa merahasiakan hal ini dari Woohyun? Aku tidak ingin dia tahu apa yang terjadi diantara kita. Lagipula, jika anda dalam hal ini tidak memaksa saya, berarti seharusnya anda bersedia menerima jika seandainya saja saya menolak untuk di jodohkan dengan anda" ucap Eun ji, dia sendiri terkejut dia bisa mengutarakan maksudnya dengan sangat lancar seperti itu. Sunggyu menatap Eun ji penuh minat, membuat Eun ji tertunduk malu.

"Baiklah. Semuanya akan berjalan seperti yang kau inginkan" ucap Sunggyu. Eun ji tersenyum senang. Dia tidak menyangka semuanya akan semudah ini, kalau Presdir Kim akan memenuhi permintaannya, apa Presdir Kim memang selalu sebaik ini? Eun ji menatap Sunggyu dengan mata berbinar. Ahh, mungkin dia salah, mungkin tidak sebaik itu juga.

"Ehm, kalau begitu saya permisi" dan begitu saja, Eun ji berdiri dari duduknya, sedikit menunduk kepada Presdir Kim dan berlalu. Ketika Eun ji menghilang dari peglihatannya, Sungkyu menghembuskan nafas, dia mati-matian menjaga imagenya tadi, tapi entah mengapa jantungnya berdegup sangat cepat, lebih cepat dari biasanya.

[http://nulisbuku.com/books/view_book/7276/ok-fix-kita-bercinta]

"Apa kau tahu?" Woohyun menengadahkan wajahnya menatap Eun ji, Eun ji sibuk menyiapkan meja dan mengatur makanan untuk makan malam mereka berdua.

Eun ji tersenyum dan menatap woohyun "aku tidak tahu dan tidak ingin tahu, perbaiki posisimu dan kita akan makan sekarang!" lalu Woohyun menurut, dia tidak ingin melawan, baginya kata-kata Eun ji adalah ultimatum, segalanya harus di lakukan, apapun yang terjadi, hukumnya wajib.

"Apa kau akan menginap disini malam ini?" Tanya Woohyun kemudian memasukkan beberapa potong labu kedalam mulutnya.

"Kau mau mati?" Eun ji menyumpitkan ikan kepada Woohyun, dan untuk dirinya sendiri.

"Apa kau tidak takut pulang jam segini?" Tanya Woohyun lagi.

"Apa kau tidak akan mengantarku pulang?" Eun ji bertanya bailk. Woohyun menghentikan makannya dan terkikih.

"Yyah! Eun ji yyah! Aku ini pasien! Kau tidak tahu? Aku bahkan mengambil cuti sakit di kantor dan pacarku sendiri tidak tahu" celoteh Woohyun mencoba menggoda, tapi eun ji masih tanpa ekspresi dan terus mengunyah makanannya.

"Kalau begitu, aku akan pulang sekarang" Eun ji meletakkan sumpitnya di atas meja dan berdiri dari duduknya saat Woohyun menarik tangannya dan cekikikan.

"Aku bertanya-tanya apa kau sedang 'dapat' sehingga membuatmu sensitive seperti ini" Tanya Woohyun, kini matanya dan Eun ji saling bertemu, "tapi sepertinya kau memang sedang sensitive, sayang, harusnya 'tanggalmu' sudah lewat seminggu yang lalu" dan Woohyun menarik Eun ji hingga terduduk di pangkuannya. Wajah Eun ji semerah kepiting rebus, dia mencoba melawan dan berontak saat Woohyun merangkulnya erat, tapi percuma, apa Woohyun sungguh sedang sakit? Mungkin lebih ke sakit gangguan mental atau kejiwaan ? Eiii, itu sungguh tidak mungkin, kan?!

Woohyun mendekatkan wajahnya ke wajah Eun ji. Tangannya yang bebas mulai nakal, membuka satu persatu kancing kemeja Eun ji, mata mereka masih saling bertemu. Kancing pertama, kancing kedua, kancing ketiga, jarak wajah mereka kurang dari 3 cm, jelas terlihat hasrat di mata Woohyun, Eun ji tahu jelas itu, maka dia menghembuskan nafas panjang, pasrah, jika ini saatnya maka...dengan satu hentakan Eun ji menginjak kaki Woohyun, membuat Woohyun mengerang keras karena kesakitan.

"Jangan berharap melakukan apapun, kau bodoh" Eun ji memperbaiki letak kemejanya dan mengancingkan kembali kancingnya. Woohyun tersenyum gemas sambil memegangi kakinya yang kesakitan, yah, seperti itulah Eun ji yang ia kenal, tidak akan mudah luluh meski siapapun tahu, Eun ji berusaha keras menahan keinginannya untuk menyentuh Woohyun.

"Baiklah, baiklah, lanjutkan makanmu" ucap Woohyun sedikit kecewa, kemudian kembali meraih sumpitnya, Eun ji meringis dan duduk kembali di kursinya, kembali makan dengan tenang.

[http://nulisbuku.com/books/view_book/7276/ok-fix-kita-bercinta]

ParfumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang