Parfum 22

582 35 10
                                    

seoul city. Hujan mulai mengguyur kota ini, dan cuaca mulai tidak bersahabat. Bahkan di beberapa kota lain ada yang terkan dampak sunami karena cuaca yang memburuk. Eun ji terdiam. Memandang keluar, dari arah pintu yang mengarah ke balkon apartemen, memandangi setiap tetes hujan yang mengguyur kota ini. Pikirannya melanmbung jauh, ia menyesali mengapa dulu dia tidak menikmati saat-saat bersama woohyun, dan menjaga keintiman mereka berdua, jika eun ji tahu akhirnya akan seperti ini, saat woohyun bercanda ingin kawin lari, harusnya dia ia kan saja.

Eun ji masih larut dalam ingatan-ingatan masa lalunya ketika ia mendengar bunyi pass di pencet oleh seseorang dan pintu terbuka.

"aku tahu kau disini" ucap sunggyu tersenyum, berjalan menhampiri eun ji yang tak bergeming bahkan hanya untuk sekedar mengucapkan kata anneyong haseyo.

"tiga hari kau lenyap, dan aku harus menjelaskan ke orang-orang kalau kau sedang liburan keluar negeri" cerita sunggyu, eun ji hanya terdiam. "tahu apa yang mereka pikirkan?" sunggyu menatap eun ji yang terus memandang keluar pintu balkon, terdiam. Tidak merespon.

"oppa apa kau sudah memikirkan semuanya?" eun ji menatap sunggyu, senyum dan tawa di wajahnya seketika memudar lagi, entahlah, mungkin eun ji lebih suka melihatnya gugup atau cemas, tapi tiap kali sunggyu berusaha ceria dan menghidupkan suasana, tanggapan eun ji selalu jauh dari kata positif.

Sunggyu menundukkan kepalanya, memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya, dan ikut memandnag keluar, melalui pintu balkon yang tertutup rapat, memandang ke titik-titik hujan yang kian deras membasahi kota seoul.

"karena kau sudah mengungkapkan semuanya padaku, kurasa tidak adil jika aku tidak melakukan hal yang sama" eun ji terdiam, menunggu apa yang akan di katakan oleh sunggyu selanjutnya. Hanya ada kesunyian diantara mereka, selain suara tetesan air dan angin yang bersamaan menerpa pintu kaca di hadapan mereka.

"aku dulu masih terlalu muda dan munafik untuk menyadarinya. Aku berlindung di bawah kenakalan teman-temanku dan berlindung di bawah naungan harta kedua orang tuaku hanya untuk mengingkari bahwa sebenarnya aku mencintaimu" eun ji tak lagi diam, dia menatap sunggyu dan wajahnya menyiratkan keterkejutannya, mungkin dia sedang bermimpi, tapi rasanya begitu nyata, eun ji tak percaya apa yang baru saja di dengarnya.

"aku menghinamu, agar menyadarkanku bahwa kita tak mungkin bersatu, dunia kita berbeda, tapi itu tidak cukup bagiku, bukannya menjauhkanmu dariku, perasaanku padamu justru semakin dalam" lanjut sunggyu "aku tak bisa menerima kenyataan bahwa aku telah benar-benar jatuh cinta pada seorang park eun ji anak seorang supir, jadi aku memutuskan untuk pergi, mungkin dengan jarak yang jauh perlahan aku bisa melupakanmu, dan mendapatkan wanita yang lebih layak disisiku" sunggyu terus memandang ke depan, seolah-olah menerawang ke masa tersulit ketika dia berjuang sendiri untuk menghapus perasaan bergejolak yang mengisi ruang di hatinya untuk seorang park eun ji.

"tapi lagi-lagi aku salah, terpisah jarak, ruang dan waktu tak serta merta membuatku lupa padamu, tiap saat aku selalu mengingatmu" sunggyu akhirnya memutar tubuhnya, pria itu kini sepenuhnya berhadapan dengan park eun ji.

"dan ketika aku mendnegar sendiri darimu bahwa hal itu membuatmu trauma, aku justru makin tidak bisa memaafkan diriku sendiri" lirihnya getir, suaranya tercekat. Air mata eun ji menetes, bukan ini jawaban yang ia harapkan dari seorang kim sungkyu, bukan jawaban yang menyakitkan ini, hatinya sakit, dia tak pernah tahu bahwa selama ini sungkyu menyimpan perasaan padanya. Penglihatan eun ji tiba-tiba memudar, dan dalam hitungan detik, ia ambruk, jatuh ke lantai.

~

Bau segar menguar di indra penciuman eun ji. Rasanya nyaman sekali. Sesuatu yang lembut terus menyentuh wajahnya, perlahan eun ji membuka matanya.

ParfumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang