Parfum 19

348 34 1
                                    

Sementara itu kantor sudah mulai ramai. Para karyawan yang lain sudah mulai berdatangan, tapi eun ji tidak peduli, eun ji berlari pergi, dia harus menemui woohyun.

Eun ji bahkan sudah tidak peduli dengan pandangan menatap orang-orang padanya, eun ji juga tidak peduli dengan penglihatannya yang memburam karena tumpukan air mata yang makin banyak di pelupuk matanya hingga ia menubruk seseorang.

"eun ji?" ucap orang itu. Eun ji tidak bisa melihatnya dengan jelas, tapi dia hanya membungkuk sebentar lalu melanjutkan berlari, tapi orang itu malah menahannya.

"hei, hei ada apa? Kau harus mengatakannya padaku, apa yang terjadi ? kau baik-baik saja?" ucap orang itu lagi menarik eun ji hingga menatapnya, air mata eun ji kembali berjatuhan, kini dia bisa melihat orang itu dengan jelas, sunggyu oppa. Eun ji jatuh terduduk. dia bisa merasakan sunggyu oppa panik karena di pandangi orang-orang , dia lalu ikut berjongkok didepan eun ji.

"oppa, kau pasti tahu dimana woohyun berada, tolong, aku mohon padamu bawa aku bertemu dengannya, banyak hal yang ingin aku tanyakan padanya, aku mohon bawa aku padanya!" tuntut eun ji di sela-sela tangisnya. Sunggyu oppa kembali memandang sekeliling.

"apa kau bisa menahannya?" Tanya sunggyu membuat eun ji tidak mengerti karena dia benar-benar tidak bisa berpikir rasional saat ini, jadi eun ji mengangguk saja. Lalu sunggyu meraih eun ji, menggendongnya ala bridal style dan menuju parkiran. Eun ji hanya bisa pasrah, merangkul leher sunggyu, dan membiarkannya membawa eun ji, yang terpenting baginya sekarang adalah bertemu dengan woohyun. Woohyun membutuhkannya.

~parfum~

Mereka tiba di sebuah apartemen. Bukan, bukan apartemen woohyun seperti yang di tahu eun ji sebelumnya. Sunggyu menuntun eun ji untuk turun dari mobil. Eun ji mengikutinya. Dan berjalan dalam diam. Hingga mereka tiba di flat nomor 304. Sunggyu tidak memencet bel dia memencet passport. Passport? Apa orang ini membohongiku sekarang? Apa mungkin dia membawaku ke apartemennya dan bukan bertemu woohyun? Kalau benar begitu maka dia sungguh....

Pintu flat itu terbuka, sunggyu menarik eun ji masuk, dan tanpa melepas sepatu eun ji hanya bisa pasrah, hingga akhirnya eun ji melihatnya, dia disana, sedang duduk membelakang dan menonton tv. Sosok yang sangat eun ji rindukan, woohyun. Ingin rasanya eun ji berlari dan memeluknya, tapi, mungkinkah dia akan menerima eun ji?

"woohyun?" lirih eun ji, dan pria itu membalik tubuhnya. Tersenyum ramah menyambut eun ji. Eun ji mendekap mulutnya, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Tubuh woohyun kini mengurus, dia mungkin kehilangan setengah berat tubuhnya, wajahnya sepucat mayat dan matanya sayu, tak ada lagi aura kehidupan dari dirinya. Dia terlihat panik menatap eun ji, dengan cepat berjalan ke arah eun ji, tanpa eun ji sadari dia sudah menyerertnya keluar dari flat dan menutup pintu di depan eun ji begitu saja.

"woohyun, woohyun, kumohon buka pintnya" teriak eun ji dari luar. Tak ada respon sama sekali dari dalam. Eun ji kembali terduduk. Seperti pengemis didepan pintu itu, tapi masih terus menggedor semampunya.

Lalu pintu itu berderit, perlahan terbuka. Eun ji mengusap air mata yang jatuh menentes, tak ingin woohyun melihatnya menangis, tapi yang Nampak justru sosok sunggyu.

"itulah sebabnya aku bertanya apa kau bisa menahannya" ujar sunggyu berjongkok didepannya.

" eun ji ku yang manis, apa kau sangat mencintai woohyun?" Tanya sunggyu mengusap air mata yang menetes di pipi eun ji dengan ibu jarinya. Ekspresi wajah sunggyu tak terbaca, seperti campuran dari rasa kecewa dan rasa kasihan, tapi tetap ada senyum di bibirnya. Eun ji menatap mata sunggyu, perlahan mengangguk. Meskipun eun ji tahu, anggukannya pasti menyakiti hati sunggyu.

ParfumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang