Parfum 9

356 41 4
                                    

"Apa kau yakin, kau bisa?" Tanya Sungkyu sekali lagi. Meski wajahnya masih sepucat hari pertama dia berada di rumah sakit ini, Woohyun tersenyum kearah Sungkyu yang hanya pasrah memandangnya. Woohyun adalah seseorang yang keras kepala. Sekali dia mengatakan sesuatu maka sekalipun dunia kiamat tidak akan bisa membuatnya mengubah hal itu.

"Aku yakin hyung, lagipula kau sudah dengar apa yang di katakan dokter tadi? Ini hanya serangan mendadak. Aku masih punya 30% peluang untuk bertahan" Woohyun memasukkan satu per satu baju ke dalam tas yang ada diatas tempat tidur.

"Dan kau berencana menghabiskan 30% itu?" Tanya sungkyu menatap Woohyun tajam. Woohyun tersenyum.

"Aku berencana menikah dengan Eun ji" degh. Kata-kata Woohyun itu membuat Sungkyu terpaku di tempatnya. Diam seribu bahasa. Dia tidak tahu, kenapa sekarang rasanya dia ingin meninju wajah Woohyun, di saat seharusnya dia memeluknya dan memberi selamat.

"Hei, hyung! Ada apa? Kau baik-baik saja?" Woohyun menghampiri sungkyu setelah menyelesaikan semua hal yang dilakukannya tadi.

"Aahhh...yah...tentu. Ayo kita pulang" dan Sungkyu mendahului Woohyun melangkah keluar dari kamar rawat inap rumah sakit itu, berjalan menuju pintu keluar dalam diam. Woohyun perlahan merasa aneh, dia tahu, ada sesautu yang tidak beres dengan hyung-nya ini.

~

Jam 12 siang. Ragu-ragu, Eun ji melangkahkan kaki kedalam kantor HRD. Dia 99% yakin dia akan di pecat hari ini, dia hanya datang untuk memastika 1% nya lagi.

"Kau datang? Bagaimana perjalanan bisnismu ke Busan?" Tanya Bo young begitu Eun ji menampakkan dirinya di dalam ruangan HRD. Apa? Perjalanan bisnis? Ke Busan? Eun ji terdiam, apa mungkin dia sedang melupakan sesuatu?

"Kami di beritahu, kau sedang melakukan perjalanan bisnis bersama Gm Nam ke Busan, hah, kau pasti bahagia sekali, meskipun itu hanya sebuah perjalanan bisnis, kau hanya berdua dengan Gm tampan itu. Apa terjaid sesuatu?" gida Kyo eun begitu Eun ji duduk di kursinya. Apa ini berarti dia tidak akan dipecat?

"Hei, jangan diam saja! Mana oleh-oleh untukku" Kyo eun lagi. Eun ji terdiam.

"Ah maaf, Kyo eun nie, selama di sana, aku tidak mengecek ponselku, lagi pula kami terlalu sibuk untuk bisa melakukan hal lain" Eun ji terbatah, menjawab pertanyaan dari teman yang duduk disampingnya ini.

"Yyahh!!! Berhenti mengelak! Apa kau terlalu asik bersama Gm Nam?" goda Kyo eun tidak ada habisnya. Kini dia malah mencolek colek perut Eun ji, membuat gadis itu merasa geli, dan merasa lebih baik, sepertinya semua baik-baik saja disini.

Tunggu dulu. Kalau dia bersama Gm Nam, apa itu berarti selama 3 hari ini Woohyun juga tidak masuk kerja? Lalu kemana pria itu? Dia sama sekali juga tidak menghubunginya? Apa terjadi sesuatu?

"Park Eun ji, anda di perintahkan untuk pergi ke kantor presdir" teriak Bo young padanya. Baguslah. dia memang butuh penjelasan untuk semua yang terjadi ini. Dengan mantap, Eun ji berdiri dan melangkah menuju lift yang akan mengantarnya naik ke ruangan Presdir Kim berada.

~

Aneh. Itulah yang ada dipikiran Eun ji saat pertama kali menginjakkan kakinya di lantai tempat kantor Presdir berada. Ini bukan pertama kalinya Eun ji kesini, dan dia ingat betul, bahwa seharusnya yang pertama kali di temui saat pertama kali menginjakkan kaki di tempat ini adalah dua orang sekretaris dan seorang security yang di tempatkan khusus untuk menjaga lantai ini. Tapi sekarang? Tak seorang pun yang Eun ji temui, tidak dengan dua orang sekretaris dan tidak juga dengan security nya, tempat ini se-sepi pemakaman!

Tapi apapun itu, Eun ji tidak peduli. Dia memberanikan diri berjalan terus melewati ruang meeting dan rest room yang kosong, menuju kantor Presdir.

"Masuk" ucap Sungkyu dari dalam ruangan begitu Eun ji mengetuk. Eun ji memutar kenop pintu, dan disanalah dia. Pria itu nampak berdiri dengan angkuh di depan rak buku yang ada di kantornya, seperti sedang membaca sebuah buku dan terlarut didalamnya.

Sungkyu membalik tubuhnya begitu menyadari keberadaan Eun ji di ruangannya. Eun ji menahan nafas, saat melihat Sungkyu dengan style seperti saat ini. Begitu rupawan dan mempesona. Sungkyu mengenakan kacamata tipis, dan melepas jas resmi yang biasanya melekat di tubuhnya, hanya mengenakan kemeja yang di gulung santai hingga siku.

"Kau datang?" Tanya sungkyu ramah. Datang?! Bukankah Sungkyu yang meminta Eun ji kesini?

"Ah yah, maaf, maksudku, silahkan duduk nona Park" Sungkyu meletakkan buku yang dipegangnya kembali ke dalam rak, dan berjalan menuju sofa di tengah ruangan, kemudian duduk. Memandangi Eun ji dengan kening berkerut karena Eun ji tidak bergerak se-senti pun dari tempatnya berdiri sekarang.

"Kau tidak berminat untuk duduk?" Tanya Sungkyu menatap Eun ji. Eun ji hanya diam.

"Sepertinya reuni kita tidak berjalan dengan baik. Dan aku menyayangkan hal itu" lanjut Sungkyu lagi menghembuskan nafas, jelas sekali dia merasa tidak puas dengan situasi yang terjadi sekarang antara dirinya dan Eun ji. Bukan hal seperti ini yang dia inginkan. Dia hanya berharap, setidaknya, Eun ji bisa menyambutnya dengan hangat, setidaknya, mereka bisa kembali tertawa bersama mengingat kenangan-kenangan masa kecil mereka, tapi sepertinya itu hanya akan jadi harapan bertepuk sebelah tangan Sungkyu.

"Apa sebenarnya yang anda pikirkan? Dan Busan apa? Aku bahkan tak sehari pun berada disana!" tuntut Eun ji menatap Sungkyu nanar. Kebekuan terjadi di antara mereka, dan apa itu? 'Anda'? Sungkyu memicingkan matanya saat Eun ji memanggilnya dengan panggilan se formal itu, bukan panggilan oppa yang senang di dengarnya dari bibir mungil Eun ji yang dulu.

"Apa kau tidak mengerti dengan sesuatu yang di sebut koneksi? Kau sekarang sedang berhadapan dengan koneksi terbaikmu di perusahaan ini, bukankah seharusnya kau bersikap lebih sopan?" ada kegetiran dari nada bicara Sungkyu. Dia benci harus mengatakan hal itu. Tapi dia tidak punya pilihan lain, yang dia inginkan sekarang hanyalah berbicara secara baik-baik dengan Eun ji, tapi sepertinya gadis itu sudah di selimuti oleh emosi saat menuju ke kantornya ini.

"Sekarang anda berbicara mengenai koneksi? Aku tidak cukup beruntung untuk..." kalimat Eun ji terputus saat kemudian dia menolehkan kepalanya ketika melihat Woohyun dengan setelan formalnya melangkah dengan santai memasuki ruangan Sungkyu.

"Hyung, aku..." Woohyun menghentikan langkahnya tepat di sisi Eun ji, kemudian menoleh kan kepalanya, tersenyum seketika itu juga menatap Eun ji yang sedang susah payah menahan air matanya agar tak jatuh.

"Nam Woohyun, kau brengsek!" dan sebuah tamparan keras mendarat di pipi Woohyun.

"Nona Park Eun ji!" bentak Sungkyu, berdiri dari duduknya, tapi hal itu pun tak di indahkan oleh Eun ji, ia lalu berlari meninggalkan ruangan presdir dengan berderai air mata, dan dia sangat beryukur di tempat itu tak ada siapapun atau apapun kecuali kegetiran yang kini setia menemaninya.

Tapi meski begitu, bukannya berlari menuju lift, Eun ji malah berbelok menuju tangga darurat, berlari menuruni tangga sejauh satu lantai dan berhenti di tengah anak tangga, duduk, kemudian menangis sebisanya! Berteriak semampunya! Ia tak peduli, toch tak ada siapapun yang akan mendengarnya, sekalipun ada, orang itu hanya akan berpikir hal itu adalah perbuatan dari hantu penunggu gedung bukan dari seorang Park Eun ji yang beberapa hari belakangan sedang menjadi topik panas pembicaraan di kantor karena di tugaskan ke Busan bersama kekasihnya Gm Nam, yang sebenarnya hanya cerita fiktif karangan bos mereka sendiri.

Eun ji tersenyum sinis, ke Busan apanya? Beruntungnya apa? Kalau hal itu sungguh kenyataan betapa beruntungnya dia, sayangnya, bagi Eun ji itu hanyalah cerita pahit yang alih-alih harus di tertawakan bersama Woohyun seperti biasanya kini harus dia telan sendiri. Harus dia rasakan sendiri getirnya, apa ini berarti hubungannya dengan Woohyun berakhir sampai disini?

~

Hai all!!!

I'm Back!

Kan sudah janji untuk update begitu ada kesempatan ? Hehehe....Cuap cuap kali ini gak banyak deh, aku cuma mau ngucapin terima kasih buat semua yang masih membaca cerita ini dan masih setia dengan vote dan comment-commentnya. Terima kasih banyak. Tolong untuk terus mendukung aku, yah...

Hug, Kiss, and Love

_Deshiwu_

ParfumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang